Keluarga

6 Tips Agar Bisa Rukun Saat Tinggal Bersama Mertua

6 Tips Agar Bisa Rukun Saat Tinggal Bersama Mertua

Tinggal bersama mertua kini menjadi pilihan kebanyakan pasangan yang baru saja memulai bahtera rumah tangga. Alasannya tentu bisa bermacam-macam, baik karena kesulitan ekonomi, menjaga orang tua atau karena budaya yang mengharuskan tinggal bersama mertua. Apapun yang jadi alasan untuk tinggal bersama mertua, situasi ini tidak pernah mudah bagi sebagian wanita. Ibu dan mertua mungkin sering bersitegang. Ada waktu di mana salah satu atau Ibu berdua ingin lebih banyak privasi dan kebebasan saat tinggal bersama.

Ibu, ternyata tinggal bersama mertua tak melulu menjadi momok dalam kehidupan berumah tangga loh. Ada juga keuntungan dari tinggal bersama mertua yang bisa Ibu temukan. Selain bisa menghemat uang dan saling membantu, ketika Ibu bekerja hingga larut malam, Ibu mertua tentu akan memasak hidangan makan malam. Mungkin ayah mertua bisa memperbaiki tempat cuci piring atau menjemput anak dari sekolah. Semua akan lebih mudah bila Ibu dan mertua bisa akur di bawah atap yang sama. Manfaat yang paling positif tinggal bersama mertua adalah Ibu bisa saling kenal dan bisa benar-benar jadi sebuah keluarga.

 

Masalah yang sering muncul ketika tinggal bersama mertua

Menikahi seseorang sering kali berarti Ibu menikahi keluarganya pula. Ketika Ibu menyatu dengan keluarga pasangan, Ibu perlu melakukan penyesuaian dan lebih pengertian terhadap beberapa hal. Kadang, perilaku atau pendapat mereka berbeda dengan Ibu, tapi ini tidak berarti Ibu harus berhenti mencoba menjalin hubungan baik dengan mereka.

Ketika tinggal bersama mertua, Ibu mungkin tidak pernah merasa senyaman tinggal dengan keluarga sendiri. Namun keluarga baru inilah yang nantinya akan senantiasa bersama Ibu. Tentu tidak mungkin untuk berseteru dengan orang yang sama-sama berada di 1 atap. Tapi ada cara untuk mendinginkan kepala meski menghadapi masalah yang paling panas saat tinggal bersama mertua.

Mari kita lihat beberapa masalah paling umum ketika tinggal bersama mertua dan cara mengatasinya dengan sehat dan positif yang akan membuat semua jadi lebih mudah.

   

  1. Mertua tidak punya batasan

    Ada mertua yang tidak menghormati privasi menantunya. Mereka tiba-tiba muncul dan mengira kehadirannya diharapkan. Menyelesaikan hal ini dengan komunikasi yang baik memang perlu tapi tentu tidak diperkenankan bila berlebihan.

    Kemungkinan mertua Ibu merasa tidak dibutuhkan atau didengar. Daripada mengubah perilaku mereka, buat mereka merasa dihargai. Gunakan sedikit lelucon agar situasi tidak terlalu tegang dan serius. Namun tetap hati-hati saat berkomunikasi untuk tidak menyakiti perasaan mereka.

       

  2. Mertua merasa Ibu khawatir berlebihan tentang keamanan buah hati

    “Saya terkejut ketika tahu bayi saya yang berusia 4 bulan bisa tidur sepanjang malam di tempat ibu mertua,” kata seorang ibu yang merupakan perawat dan suaminya sering bepergian ke luar kota. “Lalu saya tahu ternyata bayi saya ditidurkan tengkurap, yang berisiko sindrom kematian mendadak pada bayi.”

    Ketika ini terjadi, solusinya adalah bersikap tegas tanpa menuduh mertua membahayakan anak. Setenang mungkin beritahu mertua kalau Ibu merasa tidak nyaman ketika ia menidurkan si kecil dengan caranya. Ibu bisa katakan, “Dokter meminta kami untuk tidak menidurkan bayi di posisi tengkurap di malam hari, dan kami perlu pastikan tiap orang mengikuti instruksinya.” Mungkin mertua menganggap ini berlebihan, tapi ia akan bisa memahami kalau Ibu hanya mengikuti perintah dokter, bukan mengkritik kemampuan mertua untuk merawat anak.

       

  3. Mertua turut campur

    Sulit bagi ayah dan ibu mertua untuk tidak memberi saran bagaimana cara membesarkan anak dengan baik. Tapi tidak semua masukan dapat ditelan secara mentah-mentah. Bila mertua memberitahu untuk memukul anak yang tantrum, Ibu bisa langsung mengatakan “Time out lebih tepat untuk si kecil.” Ibu tidak perlu mengubah posisi mertua untuk berpihak pada Ibu. Atau Ibu bisa langsung berkata, “Jangan khawatir, Bu, biar saya yang urus,” lalu ganti subjek pembicaraan.

    Namun kadang Ibu tidak bisa membiarkan begitu saja. Seorang ibu merasa marah ketika tahu mertuanya memutuskan untuk memberi terapi bicara pada anaknya yang berusia 3 tahun sedangkan mereka tidak ahli melakukannya. “Mertua selalu bilang kalau cara bicara anak saya aneh, dan saya selalu jelaskan kalau menurut dokter tidak ada masalah.”

    Ketika mertua sudah melewati batas seperti ini, beritahukan kalau Ibu tidak suka, tapi lembutkan kalimat Ibu dengan mengatakan, “Saya tahu ibu berusaha membantu, tapi ini masalah sensitif, dan kami ingin mengatasinya sendiri.” Mertua Ibu perlu tahu kalau Ibu yang jadi orang tuanya. Sekarang mereka tidak punya pilihan selain mengikuti keputusan Ibu, baik setuju atau tidak.

       

  4. Mertua tidak mendukung aturan di keluarga

    Bila anak-anak hanya bertemu kakek-nenek beberapa kali dalam setahun, mungkin Ibu bisa berkompromi dalam hal ini. Anak tidak akan sakit karena sesekali begadang atau menonton TV lebih lama. Tapi bila anak sering bersama kakek-nenek, sebaiknya Ibu turun tangan. Seorang ibu bercerita kalau mertuanya tinggal tak jauh dari rumah dan sering membawa kantong berisi penuh permen. Si ibu mencari cara agar mertuanya berhenti melakukan ini. Akhirnya dengan cara unik, ia mengirim semua tagihan dokter gigi ke rumah mertuanya.

    Biasanya tidak perlu langkah ekstrim untuk membuat kakek-nenek mau mengikuti aturan di keluarga Ibu. Berikan penjelasan sederhana saja dan tawarkan alternatif yang kemungkinan bisa  berhasil. Kakek-nenek hanya ingin membuat cucu senang, pun begitu tugas Ibu adalah memastikan agar mereka tidak melanggar aturan keluarga.

       

  5. Mertua menuntut berlebihan pada anak laki-lakinya

    Cerita seorang ibu, “Mertua meminta suami berkendara ke rumah mereka, selama 40 menit, beberapa kali seminggu hanya untuk menyiram tanaman ketika mereka keluar kota. Bila suami pergi setelah bekerja, maka ia akan tiba di rumah ketika anak sudah tidur.”

    Kakek-nenek mungkin tidak mengalami kewalahan ketika menjadi orang tua baru, jadi mereka tidak selalu memahami kondisi tertentu dalam keluarga. Satu solusi adalah memberitahu mereka seperti apa kehidupan Ibu agar mereka menyadari bantuan yang mereka minta sulit terpenuhi di kondisi ini. Setelah mereka mendapat gambaran, makan kemungkinan besar mereka akan berhenti memintanya.

    Namun bagi sebagian besar orang tua, meminta terlalu banyak pada anak lelaki yang menikah bisa jadi cara orang tua agar anak lelaki tetap ada di hidup mereka. Dan pria yang mematuhi permintaan orang tua yang tidak masuk akal, meski dapat menyebabkan ketegangan nyata pada keluarga sendiri, membutuhkan bantuan untuk mengatasi rasa bersalah ketika menolak permintaan orang tuanya.

    Bila mertua meminta suami untuk selalu datang, coba berkompromi dengan suami. Misalnya, suami bisa memberitahu orang tuanya kalau ia senang membantu di akhir pekan, dan mungkin bisa mencoba untuk meminta tolong tetangga selama suami Ibu bekerja. Apapun situasinya, pasangan Ibu tetap akan membantu orang tuanya, tapi di kondisi memungkinkan.

       

  6. Mertua tidak membantu Ibu

    Situasi ini bisa sulit karena kakek-nenek punya hak untuk membuat batasan sendiri, sama seperti Ibu. Mengurus anak kecil bisa melelahkan dan bila mertua sudah sibuk dengan pekerjaan atau hal lain, Ibu perlu menerimanya.

    Sebaliknya, mertua mungkin tidak membantu karena mereka tidak menyadari kalau Ibu membutuhkan bantuan. Utarakan kebutuhan Ibu dengan jelas. Seorang nenek sering membatalkan kunjungan ke tempat cucu karena klien meminta bertemu di menit-menit akhir, tapi hal ini tidak lagi terjadi ketika anaknya diam-diam menjelaskan kalau istrinya mengalami depresi pasca persalinan. Setelah diberitahu apa yang terjadi, ia segera mengatur ulang jadwal agar bisa datang kapanpun ketika bantuannya dibutuhkan.

    Bila Ibu tidak tahu apakah mertua mencoba membuat batasan atau tidak menyadari betapa Ibu membutuhkan bantuan, tanyakan apakah mereka mau membantu mengasuh anak. Bila jawabannya, “Saya mau bantu tapi jadwal kita sudah padat sekarang,” jangan lagi bertanya. Dan bila jawabannya “Tentu,” maka Ibu bisa bersenang hati.

       

  7. Mertua berkata dan bersikap kasar

    Ketika tinggal bersama mertua, beberapa hal buruk bisa saja terjadi. Seperti ketika seorang mertua dengan bercanda mengatakan bahwa  menantu perempuannya bertambah berat badan. Tentu hal ini akan menyakiti perasaan si menantu. Meski berniat hanya sekedar bercanda, namun tanpa disadari si mertua sudah menyakiti perasaannya.

    Cobalah bersikap sopan meski terkadang perilaku mereka membuat Ibu emosi. Sangat penting untuk berkata jujur pada mereka, namun apapun yang Ibu lakukan, jangan berkata atau berbuat kasar . Perbanyak kesabaran Ibu. Ingatkan diri kalau mereka adalah bagian dari kehidupan orang yang Ibu cintai. Sehingga jalan terbaik adalah dengan sedikit membatasi interaksi dengan mereka.

       

  8. Mertua dramatis atau sangat sensitif

    Ketika Ibu bersikap jujur, beberapa mertua mungkin akan menangkap perspektif yang berbeda dan berujung sakit hati. Normalnya, wanita tidak secara langsung mampu beradaptasi untuk tinggal bersama mertua. Hal inilah yang memungkinkan Ibu tidak tahu bagaimana mereka bereaksi ketika dikritik.

    Solusinya dengan berbicara pada suami dan lakukan pendekatan sebagai team. Kenali mertua lebih baik. Apa yang membuat mertua senang dan sebaliknya. Tidak berarti Ibu harus selalu menyenangkan hati mereka, tapi terkadang Ibu perlu lakukan penyesuaian lebih. Kenali perasaan mereka dengan menjadi pribadi yang lebih sensitif.

       

  9. Mertua tidak menghormati Ibu

    Kurang menghormati bisa berwujud dalam banyak bentuk. Mertua yang tidak menghormati Ibu bisa memperlakukan Ibu seperti anak kecil, mengabaikan Ibu, atau bergosip tentang Ibu di belakang Ibu. Apapun yang mereka lakukan, ini berakar dari kurangnya rasa hormat terhadap Ibu.

    Ibu tidak bisa memaksa siapapun untuk menghormati Ibu, tapi Ibu bisa membela diri. Sering kali cara ini berhasil. Bicaralah dan jangan takut untuk melawan, tapi jangan sampai Ibu tidak menghormatinya. Mereka adalah keluarga suami yang kini menjadi keluarga Ibu juga. Lakukan percakapan pribadi dengan mertua bila dibutuhkan. Jangan biarkan ini berkelanjutan karena akan membuat Ibu terjebak di dalamnya.

       

  10. Mertua terlalu mengontrol

    Apakah mertua Ibu selalu ingin terlibat dalam tiap keputusan kecil? Ini bisa jadi masalah untuk pernikahan Ibu dan perjalanan Ibu menjadi orang tua. Meski saran mereka tidak berarti, Ibu perlu dengan tegas membuat batasan.

    Solusinya sederhana. Ibu bisa bersikap langsung dan jujur pada mereka, katakan Ibu tidak nyaman bila mertua turut campur atau Ibu tidak bisa menerima semua saran mereka. Mertua tipe ini adalah mereka yang sangat suka mengatur dan ingin merasa penting dan dihargai. Jangan jauhi mereka karena ini, cukuplah menjadi sosok yang lebih pengertian.   

   

Tips tinggal bersama mertua

Tentu saja, tinggal bersama mertua hanya berhasil bila Ibu berusaha dan melakukan persiapan dengan baik. Berikut ini beberapa cara agar tinggal bersama mertua jadi lebih mudah:

 

  1. Buat batasan

    Sebelum tinggal bersama mertua di satu atap, bicaralah pada pasangan tentang seperti apa gambaran tinggal bersama mertua. Buat beberapa aturan dasar untuk tiap orang. Misalnya, bergiliran membuang sampah dan memasak untuk menghindari salah satu pihak merasa bertanggung jawab untuk semua urusan rumah.

    Aturan lain contohnya Ibu dan pasangan harus setidaknya punya satu hari dalam seminggu untuk menghabiskan waktu berdua. Yang paling penting adalah menciptakan panduan yang akan membantu Ibu berinteraksi dan merasa nyaman dengan siapapun saat tinggal bersama mertua.

       

  2. Punya privasi

    Satu hal yang dibutuhkan pasangan yang telah menikah, terutama pengantin baru, adalah privasi. Ini jadi satu-satunya cara menuju  keintiman dan saling mengenal dengan lebih baik serta membangun keluarga Ibu sendiri.

    Meski akan lebih sulit memperoleh privasi ketika tinggal bersama mertua, ada beberapa cara yang bisa Ibu tempuh. Meski bila Ibu tinggal bersama mertua di rumah atau apartemen yang kecil, Ibu perlu tentukan area tertentu yang tidak boleh dijangkau oleh mertua. 

    Ibu dan pasangan perlu punya kamar sendiri. Lebih baik lagi bila Ibu dan pasangan punya ruangan sendiri dengan dapur kecil di rumah yang sama. Sehingga Ibu tidak harus bertemu mertua sepanjang waktu, dan tetap punya kemandirian tapi masih bisa saling memenuhi kewajiban.

       

  3. Hindari perdebatan keluarga

    Ketika pasangan tinggal bersama keluarga asalnya lagi, suami atau istri mungkin merasa terjebak atau marah dengan situasi ini. Dan secara tidak langsung hal ini bisa memicu perselisihan dengan orang tuanya. Bila suami Ibu mulai bertengkar dengan keluarganya, sebaiknya Ibu jangan turut campur. Pergi ke ruangan lain, dan biarkan mereka mengatasi masalahnya sendiri. Kadang, perdebatan terjadi ditengah-tengah keluarga, biarkan mereka  menemukan ritmenya masing-masing.

       

  4. Pilih mana yang perlu diatasi

    Selain menghindari pertengkaran yang dialami pasangan bersama keluarganya, Ibu juga perlu menghindari adu argumen dengan mertua. Kadang, mereka mengatakan atau melakukan sesuatu yang mengganggu atau membuat Ibu jengkel. Bicarakan bila Ibu tidak punya pilihan lain. Misalnya, bila mertua selalu masuk ke kamar Ibu tanpa memberitahu, Ibu perlu jelaskan kalau ia perlu mengetuk pintu lebih dulu.

    Bila adik ipar makan di ruang makan hanya dengan memakai pakaian dalam setiap pagi, Ibu bisa memintanya untuk berpakaian sopan sebelum keluar kamar untuk sarapan. Sebaliknya, bila mertua berkomentar tidak enak tentang perilaku keluarga Ibu, Ibu tidak perlu terlalu ambil pusing untuk hal ini.

       

  5. Tahu kapan harus diam

    Kadang mengungkapkan kebenaran dan kejujuran bisa menyakitkan. Bila Ibu tidak merasa nyaman meninggalkan si kecil hanya bersama mertua, cari pengasuh anak. Dan bila mertua tetap memaksa, katakan hal yang membuatnya senang seperti, “Saya senang banget ibu sudah mau bantu, tapi kalo ada pengasuh yang tahu kebiasaan si kecil, saya jadi lebih tenang. Saya juga sedang capek dengan urusan kantor, jadi saya akan sangat butuh pengasuh saat ini.”

       

  6. Minta bantuan bila membutuhkan

    Tinggal bersama mertua bisa menimbulkan stres dan emosi bagi siapapun. Bila situasi menjadi di luar kendali dan tiap orang selalu bertengkar, temui terapis atau konselor keluarga. Pihak yang objektif bisa membantu dan membuat situasi tidak begitu menimbulkan stres. Tak perlu malu meminta bantuan ketika Ibu membutuhkannya. Bila tinggal bersama mertua merusak pernikahan Ibu, coba berkonsultasi dengan konselor pernikahan atau cari cara untuk tinggal di tempat terpisah dari mertua. Pernikahan Ibu tetap harus jadi prioritas pertama.

 

Apakah Ibu pernah punya masalah dengan mertua? Bagaimana mengatasinya? Silahkan bagikan cerita Ibu di kolom komentar ya...


(Ismawati & Yusrina / Dok. Unsplash)