Ibupedia

Tips Memilih Skincare Aman untuk Kulit Remaja

Tips Memilih Skincare Aman untuk Kulit Remaja
Tips Memilih Skincare Aman untuk Kulit Remaja

Dulu mungkin Ibu baru kenal skincare waktu sudah kuliah. Tapi sekarang, anak-anak SMP saja sudah paham kapan harus cuci muka pakai sabun khusus wajah dan pakai pelembap sebelum tidur. Ada yang karena ikut tren, ada juga yang benar-benar ingin belajar merawat diri.

Sebagai ibu, kadang kita bingung ya, Bu. Di satu sisi bangga karena anak mulai peduli kesehatan kulitnya, tapi di sisi lain khawatir, aman nggak sih produk yang mereka pakai? Apalagi sekarang banyak produk viral dengan kandungan aktif tinggi yang belum tentu cocok untuk kulit remaja.

Itu sebabnya penting bagi ibu untuk tahu cara memilih produk skincare yang aman untuk remaja, supaya mereka bisa belajar self-care dengan bijak tanpa merusak kulitnya sendiri.

Kulit Remaja Butuh yang Lembut, Bukan Sekadar Populer

Perawatan kulit di usia remaja bukan tentang mencari hasil cepat, tapi tentang membentuk kebiasaan sehat sejak dini. Di fase ini, kulit anak sedang mengalami banyak perubahan hormon yang bisa membuatnya lebih mudah berminyak, muncul jerawat, atau justru kering di beberapa area. Karena itu, fokus utama bukanlah mencerahkan atau mengencangkan, melainkan menjaga kulit tetap bersih, lembap, dan seimbang.

Ibu bisa mulai membantu anak memahami bahwa skincare bukan soal “biar cantik”, tapi tentang menjaga kesehatan kulit supaya mereka merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Saat anak mulai tertarik pakai skincare, ada beberapa hal penting yang bisa dijadikan panduan:

1. Pilih produk dengan formula ringan, lembut, dan pH seimbang.

Kulit remaja cenderung lebih reaktif dibanding kulit dewasa. Hindari produk dengan kandungan alkohol tinggi, parfum berlebihan, atau bahan aktif yang terlalu kuat seperti retinol, AHA, dan BHA dengan kadar besar.

Fokuskan pada tiga produk dasar yang benar-benar aman:

- Facial wash dengan pH rendah (sekitar 5.5) agar tidak merusak skin barrier.

- Moisturizer ringan berbasis air yang membantu menjaga kelembapan kulit tanpa membuatnya berminyak.

- Sunscreen yang ringan dan tidak menyumbat pori, karena perlindungan dari sinar UV adalah langkah awal mencegah jerawat dan flek.

Ibu bisa bantu anak mencari tahu tipe kulitnya (kering, berminyak, kombinasi, atau sensitif) agar produk yang dipilih lebih sesuai.

2. Pastikan produk sudah terdaftar BPOM dan memiliki label halal.

Banyak remaja sekarang tertarik pada produk viral di media sosial. Namun, belum semua produk yang tren punya izin edar resmi. Ajarkan anak untuk selalu memeriksa nomor BPOM di kemasan atau di situs resmi BPOM. Selain memastikan keamanan bahan, ini juga menghindarkan mereka dari produk palsu atau berbahaya.

Label halal juga penting, karena menandakan bahan-bahan di dalamnya telah melalui proses seleksi ketat dan aman digunakan untuk kulit. Proses ini bisa jadi momen belajar yang menyenangkan, anak jadi lebih kritis dan sadar bahwa merawat diri juga perlu tanggung jawab.

3. Hindari layering atau penggunaan produk berlapis-lapis.

Banyak remaja yang terinspirasi dari skincare routine 10 langkah ala Korea. Padahal, semakin banyak produk belum tentu semakin baik. Kulit remaja justru bisa stres kalau menerima terlalu banyak bahan aktif sekaligus. Cukup tiga langkah dasar setiap hari:

Pagi: cuci muka, pelembap, sunscreen.

Malam: cuci muka, pelembap.

Kalau sudah terbiasa dan kulitnya stabil, baru bisa menambahkan produk lain seperti serum ringan.

Ibu bisa bantu mengingatkan bahwa yang penting bukan banyaknya produk, tapi konsistensi.

4. Ajarkan arti kulit sehat yang sebenarnya.

Remaja sering membandingkan dirinya dengan influencer atau teman-temannya yang punya kulit “glowing”. Di sini peran ibu penting untuk menanamkan makna baru tentang cantik: bahwa kulit sehat bukan berarti putih atau tanpa pori, tapi kulit yang terasa nyaman, lembap, dan bebas iritasi.

Ibu bisa bilang, “Kalau kulit kamu nyaman dan nggak gatal atau perih, berarti skincare kamu sudah bekerja.” Cara sederhana seperti ini bisa membantu anak membangun kepercayaan diri tanpa terjebak pada standar kecantikan yang tidak realistis.

Setelah anak mulai memahami dasar-dasar perawatan kulit, biasanya mereka juga mulai menemukan hal-hal baru tentang dirinya. Dari sekadar mencuci muka dan memakai pelembap, mereka belajar mengenal kebiasaan, disiplin, dan rasa tanggung jawab pada tubuhnya sendiri. Dan di situlah sebenarnya makna penting dari self-care, bukan cuma soal pilih-pilih skincare, tapi tentang bagaimana anak belajar mengenal tubuhnya, memahami kebutuhannya, dan merasa nyaman dengan dirinya sendiri.

Menariknya, hal ini juga terlihat dari cerita tiga anak muda yang baru-baru ini jadi perbincangan. Mereka adalah Leya Princy, Naisa Alifia Yuriza, dan Xaviera Putri, tiga sosok Gen Z yang membuktikan bahwa merawat diri bisa jadi cara menemukan keseimbangan hidup.

Leya Princy: Keluar dari Zona Nyaman Tanpa Kehilangan Diri

Dalam sesi peluncuran Light+ by Wardah di Jakarta, Leya Princy berbagi pandangannya tentang pentingnya berani keluar dari zona nyaman agar potensi diri bisa berkembang. “Keluar dari zona nyaman pasti nggak nyaman, tapi ini hal yang penting,” ucapnya saat berbagi pengalaman di hadapan media.

Leya mengaku bahwa setiap kali mencoba hal baru, selalu ada rasa takut, tapi justru dari situlah proses belajar terjadi. “Untuk melangkah keluar dari comfort zone, kita perlu punya amunisi biar percaya diri,” katanya. “Confidence itu penting, tapi juga harus pas, jangan berlebihan, karena kalau terlalu over kita jadi nggak bisa belajar hal baru.”

Ia menambahkan, setiap pengalaman baru selalu membawa pelajaran tersendiri, dan perjalanan itu nggak pernah benar-benar berhenti. “Aku belum merasa sudah menguasai satu bidang. Tiap kali keluar dari zona nyaman, aku belajar hal baru, dan itu nggak ada habisnya,” ujarnya.

Bagi Leya, kunci utamanya adalah tetap merasa nyaman dengan diri sendiri. Karena tanpa kenyamanan itu, sulit untuk berkembang. “Kadang kita terlalu fokus pada hasil, padahal prosesnya juga penting. Kalau kita udah nyaman sama diri sendiri, langkah berikutnya jadi lebih ringan,” tuturnya.

Naisa Alifia Yuriza: Dari Tren ke Tujuan Hidup

Berbeda dengan Leya, Naisa Alifia Yuriza tumbuh besar di dunia digital sejak kecil. Ia mulai dikenal lewat YouTube sejak usia sembilan tahun, dan selama bertahun-tahun hidup di depan kamera membuatnya terus berusaha mengikuti tren agar tetap relevan.

“Sempat ada masa di mana aku ngerasa kosong banget,” ceritanya pelan. “Aku udah ngikutin semua tren, tapi malah capek. Karena tren itu nggak pernah berhenti. Setelah Mama meninggal waktu aku 14 tahun, aku sadar kalau dunia ini nggak selamanya. Aku pengin hidup dengan tujuan, bukan cuma ikut-ikutan.”

Kini, Naisa melihat perawatan diri sebagai bentuk refleksi dan cara menenangkan diri dari tekanan sosial media. “Aku suka skincare yang ringan dan nggak ribet, yang penting bikin kulitku nyaman dan aman,” katanya sambil tersenyum.

Baginya, rutinitas kecil seperti mencuci muka atau memakai pelembap bisa jadi cara sederhana untuk merasa terkoneksi dengan dirinya sendiri.

Xaviera Putri: Menemukan Waktu Tenang di Tengah Kesibukan

Sementara itu, Xaviera Putri, mahasiswi sekaligus kreator muda, punya tantangan lain. Dengan jadwal kuliah dan pekerjaan yang padat, ia belajar bahwa waktu tenang bukan sesuatu yang bisa ditunggu, tapi harus disediakan sendiri.

“Rutinitas aku lumayan padat. Tapi aku selalu sempatin waktu buat diri sendiri, sekecil apa pun,” ujarnya. “Biasanya aku journaling atau pakai skincare malam sebelum tidur. Itu caraku recharge energi.”

Xaviera punya kulit sensitif, jadi ia sangat selektif dalam memilih produk. “Aku suka produk yang ringan, lembut, dan nggak bikin kulit terasa berat,” tambahnya. Baginya, self-care bukan soal kemewahan, tapi tentang menghargai diri sendiri di tengah kesibukan sehari-hari.

Setelah mendengar cerita dari Leya, Naisa, dan Xaviera, ada satu benang merah yang terasa jelas. Anak-anak muda sekarang bukan cuma ingin tampil cantik, tapi juga ingin merasa nyaman dengan diri sendiri. Mereka tahu bahwa kepercayaan diri bukan datang dari penampilan, tapi dari perasaan tenang saat mengenal siapa diri mereka sebenarnya.

Dan di titik ini, peran kita sebagai orang tua jadi penting. Karena sebelum anak berani melangkah keluar dari zona nyamannya, mereka butuh merasa aman terlebih dahulu, baik secara emosional maupun fisik. Termasuk dalam hal sederhana seperti memilih skincare yang tepat.

Skincare yang Aman untuk Remaja dan Ramah untuk Skin Barrier

Remaja sekarang hidup di tengah paparan polusi, sinar gadget, dan tekanan sosial media. Banyak yang ingin mulai merawat diri, tapi belum tahu produk seperti apa yang benar-benar aman untuk kulit muda. Idealnya, produk skincare untuk remaja memiliki tiga karakter:

A. Ringan di kulit, tidak meninggalkan rasa lengket atau berat.

B. Formulanya lembut, menjaga kelembapan tanpa mengiritasi.

C. Sudah teruji aman, baik dari sisi BPOM maupun bahan-bahan yang digunakan.

Baru-baru ini, ParagonCorp melalui Wardah memperkenalkan brand barunya, Light+ by Wardah, yang diciptakan khusus dengan semangat itu memahami kebutuhan generasi muda yang aktif, kritis, dan ingin produk yang bekerja tanpa membuat kulitnya “terbebani”.

Menurut Ulfah Hasanah, Brand Building Manager Light+ by Wardah, lahirnya brand ini berawal dari hasil riset terhadap lebih dari seribu anak muda Indonesia. “Anak-anak muda sekarang itu tahu apa yang mereka mau,” jelasnya. “Mereka cari produk yang nggak cuma memberi hasil, tapi juga nyaman di kulit.”

Proses pengembangannya pun melibatkan co-creation langsung dengan lebih dari 1000 orang Gen Z. Mereka ikut menentukan warna, tekstur, hingga sensasi produk yang ingin mereka rasakan. “Light+ kami buat supaya nggak cuma terbukti secara ilmiah, tapi juga punya kedekatan emosional dengan penggunanya,” tambah Ulfah.

Formulasi Canggih tapi Tetap Ramah untuk Kulit Muda

Rangkaian Light+ by Wardah terdiri dari dua kategori utama, Face Care dan Decorative. Untuk perawatan wajah, produk andalannya mencakup Low pH Brightening Whip Facial Foam yang membersihkan tanpa membuat kulit terasa kering, Hydrashot Intensive Moisturizer untuk menjaga kelembapan hingga enam jam, dan Glowshot Day Moisturizer SPF 35 PA+++ yang memberikan perlindungan dari sinar matahari sekaligus efek cerah alami.

Semua produk Light+ diformulasikan dengan Teknologi Nano Niacinamide, yang partikel aktifnya 250 kali lebih kecil dari pori kulit. Teknologi ini membantu penyerapan bahan aktif lebih cepat dan lebih efektif, dengan hasil yang tetap lembut dan tidak menimbulkan iritasi.

Ada juga Light+ Cushion, complexion ringan dengan SPF 40 PA++++, Pollution Shield, dan Blue Light Protection yang melindungi kulit dari paparan polusi dan layar gadget — dua hal yang sangat relevan dengan kehidupan remaja masa kini.

“Untuk bisa keluar dari zona nyaman, seseorang harus dulu merasa nyaman dengan dirinya sendiri,” tutup Ulfah. Filosofi inilah yang menjadi dasar dari skin comfort first yang diusung Light+, dan menjadi pesan penting bagi generasi muda untuk mengenal diri tanpa tekanan.

Follow Ibupedia Instagram