Keluarga

Toxic Parenting, Perilaku Yang Bisa Melukai Hati Anak

Toxic Parenting, Perilaku Yang Bisa Melukai Hati Anak

Mendidik dan mengasuh anak memang bukan sebuah tugas yang mudah bagi tiap orang tua. Apalagi tidak ada anak memiliki sifat dan watak yang sedari lahir sudah baik.

Sehingga mendidik dan mengajarkan mereka menjadi sesuatu yang sangat menantang dan mungkin dapat menguji kesabaran orang tuanya. Namun dalam mendidik anak, orang tua tentu tidak selalu sempurna ya Bu.

Ada saja kesalahan yang dilakukan dan tanpa sadar justru tergolong jadi sebuah tindakan toxic parenting. Misalnya saja seperti memaksakan kehendak ke anak sesuai dengan keinginan orang tua, tanpa tahu peduli apa yang diinginkan anaknya.

Tindakan toxic parenting lambat laun juga dapat melukai hati anak lho! Untuk itu, yuk kenali apa itu toxic parenting dan apa bahayanya bagi anak-anak dalam ulasan berikut ini.

Apa itu toxic parenting? 

Menurut Psikolog anak dari Cleveland Clinic Dr. Chivonna Childs, PhD, toxic parent atau toxic parenting adalah sebuah pola asuh orang tua yang toksik dan tidak memperlakukan anak mereka dengan baik. Hal ini kemudian dapat menyebabkan anak merasa, ketakutan, sering merasa bersalah dan anak merasa harus sangat  patuh pada orangtuanya.

Dr. Childs mengungkapkan, toxic parenting termasuk perilaku orang tua yang mengedepankan ego alias mementingkan diri sendiri. Toxic parenting berdiri atas dasar orang tua yang lebih memprioritaskan kebutuhan mereka dibanding kebutuhan anak-anaknya.

Terlebih jika orang tua memiliki keinginan yang tidak bisa dipenuhi oleh dirinya sendiri. Sehingga menganggap anak-anaknyalah yang dapat mewujudkan cita-cita orang tua tersebut. Perilaku toxic parenting sendiri ada berbagai macam di antaranya terdiri dari:

  • Mementingkan diri sendiri: Biasanya dilakukan orang tua tanpa memikirkan perasaan anak yang bisa saja terluka dengan perbuatan yang dilakukan orang tuanya.
  • Pelecehan fisik: Biasanya ditandai dengan perilaku disipliner tertentu seperti memukul jika keinginan orang tua tidak dipenuhi anak.
  • Pelecehan verbal: Kerap berteriak dan memaki-maki anak di depan umum bahkan menyebut anak dengan kata-kata yang kurang pantas. Lagi-lagi ini merupakan imbas dari keinginan orang tua yang tidak dipenuhi.
  • Pelecehan emosional: Memberikan silent treatment ketika anak berbuat salah tanpa memberi tahu dengan jelas apa salah anak.
  • Memanipulasi: Memanfaatkan anak demi keinginan pribadi orang tua dengan iming-iming tertentu.
  • Tidak menghargai privasi anak: Bahkan dalam bergaul dengan teman-temannya.
  • Gemar menyalahkan anak: Terutama jika pilihan anak tidak sesuai dengan keinginan orang tua misalnya saja dalam hal memilih pasangan hidup yang tidak sesuai kriteria orang tua.

Ciri-ciri toxic parenting

Dalam dunia psikologi, toxic parenting juga bisa digambarkan sebagai narcisstic parents. Dalam kasus yang lebih parah, toxic parenting ini membuat orang tua dapat mengalami gangguan kepribadian seperti gangguan kepribadian narsistik yang mengedepankan ego dalam mendidik anaknya.

Sementara itu, melansir Parenting For Brain ternyata toxic parenting juga memiliki ciri-ciri yang cukup khas. Namun, terkadang hal tersebut justru tidak disadari oleh anak maupun orang tua, di antaranya adalah:

1. Mementingkan diri sendiri

Toxic parenting biasanya memiliki ciri utama yaitu cenderung egois. Orang tua toxic biasanya lebih menempatkan kebutuhan mereka sendiri di atas kepentingan anak-anaknya. Orang tua juga cenderung tidak memiliki empati terhadap orang lain.

2. Keras kepala

Ciri toxic parenitng selanjutnya yang paling umum adalah keras kepala. Mereka cenderung bersikeras bahwa pendapat dan pemahaman mereka benar, dan orang lain yang menentangnya adalah salah. Orang tua seperti ini akan kemudian akan memaksa anak-anak mereka untuk mengadopsi pendapat dan nilai-nilai yang sama seperti mereka.

3. Sangat sensitif

Biasanya toxic parenting cenderung lebih sensitif dan mudah tersinggung terhadap suatu kritikan. Setiap kali pendapat, nilai, atau tindakan mereka ditantang dapat menimbulkan ledakan emosi dan perilaku reaktif yang tidak dapat diprediksi. Mereka juga bisa marah dan tak ragu meluapkan emosi tanpa pandang bulu, meski sedang berada di tempat umum.

4. Emosi yang tidak stabil

Orang tua yang toxic cenderung memiliki sifat temperamen dan emosi yang tidak stabil. Mereka sangat mudah marah hingga meledak-ledak dan merasa persaingan merupakan sesuatu yang baik.

Perilaku toxic parenting membuat orang tua bisa menjadi sosok yang tidak terduga. Pada provokasi sekecil apa pun, mereka menjadi dramatis, bermusuhan, agresif, dan kejam.

5. Biasanya sanga manipulatif

Manipulatif adalah salah satu ciri toxic parenting yang paling sering dilakukan. Mereka mungkin menggunakan rasa bersalah atau silent treatment untuk mengendalikan anak-anak mereka.

Mereka mungkin juga kerap memutarbalikkan fakta demi keuntungan mereka. Bahkan mereka tak ragu untuk berperan sebagai korban agar mendapatkan apa yang mereka inginkan.

6. Cenderung kasar

Nggak hanya manipulatif, ciri toxic parenting selanjutnya biasanya cenderung kasar. Biasanya meliputi, pelecehan verbal dan pelecehan emosional.

Orang tua toxic juga seringkali berteriak, menjerit, memaki hingga memanggil nama anak dengan kata-kata yang kurang pantas. Sayangnya kata-kata tersebut jadi sarana komunikasi utama mereka dengan anak-anaknya.

Segala bentuk ketegasan, perbedaan pendapat atau pemberontakan dipandang oleh toxic parenting sebagai bagian dari sebuah serangan. Mereka menggunakan rasa sakit fisik untuk mendisiplinkan dan menegakkan aturan keluarga yang kasar tersebut. Bahkan mereka juga tak ragu menambah penderitaan anak dengan melakukan pelecehan seksual.

7. Sangat mengontrol dan punya kendali penuh

Toxic parenting juga berkembang dengan sebuah kendali. Pola asuh mereka seringkali otoriter dan berupaya untuk mengontrol.

Mereka biasanya menggunakan rasa takut dari sang anak untuk memastikan bahwa anak-anak mereka patuh. Sayangnya, tuntutan orang tua yang tidak masuk akal dapat terbawa oleh anak hingga mereka dewasa.

8. Gemar menyalahkan orang lain

Menjadikan orang lain sebagai kambing hitam adalah ciri lain dari toxic parenting. Mereka tidak pernah bertanggung jawab atas tindakan mereka dan biasanya sering menyangkal bahkan menyalahkan orang lain atas kekacauan, ketegangan, dan permusuhan dalam rumah tangga.

Efek toxic parenting bagi anak

Efek dari toxic parenting bagi anak punya dampak yang cukup besar. Bahkan bisa menimbulkan trauma bagi sang anak.

Kebanyakan efek toxic parenting memang sangat negatif dan berdampak sepanjang hidup sang anak. Termasuk gangguan kesehatan mental, seperti depresi, trauma, kecemasan dan bisa membuat anak mudah terjerumus pada perbuatan kriminal.

Melansir Choosing Therapy berikut adalah efek dari toxic parenting yang bisa ditimbulkan:

  • Gangguan kesehatan mental pada anak yang berdampak hingga ia dewasa
  • Depresi dan mudah cemas
  • Kesulitan mengelola emosi sehingga jadi mudah marah
  • Adanya kemungkinan percobaan bunuh diri
  • Mudah terjerumus ke aktivitas negatif seperti narkoba dan alkohol
  • Mudah mengalami masalah kesehatan fisik
  • Minder dan merasa rendah diri

Cara berdamai dengan toxic parenting

1. Jangan abaikan perasaanmu, ingatlah bahwa pengalaman dan perasaanmu memang valid

2. Tetapkan batasan yang sehat, antara aturan orang tua dan keinginan anak

3. Jangan berharap orang tua bisa mengubah perilakunya

4. Minta bantuan dan dukungan orang yang lebih profesional seperti psikolog

5. Fokus pada diri sendiri. Sesekali cobalah untuk memberikan waktu untuk dirimu dan apresiasi atas apa yang telah berhasil kamu pertahankan hingga detik ini.

6. Tuangkan beban ke dalam sebuah tulisan, bisa juga manfaatkan journaling sebagai stress release.

7. Ingatlah bahwa perilaku toxic parenting terjadi bukan berasal dari salahmu.


Editor: Atalya