Keluarga

Waspada, Ini Dampak Akibat Gunung Semeru Meletus

Waspada, Ini Dampak Akibat Gunung Semeru Meletus

Gunung Semeru meletus pada hari Sabtu, 4 Desember 2021. Gunung ini berlokasi di daerah Lumajang, Jawa Timur. 

Salah satu dampak gunung meletus adalah menghasilkan awan panas guguran Gunung Semeru yang sampai sekarang sudah memberi dampak kepada enam desa yang berada di dua kecamatan Lumajang menurut data sementara yang dihimpun oleh Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB per Sabtu 4 Desember 2021.

Akibat kejadian awan panas guguran Gunung Semeru ini, satu orang warga meninggal dunia, 2 orang hilang, 8-10 orang masih terjebak, 70 orang dilarikan ke puskesmas dan 300 Kepala Keluarga mengungsi ke lokasi yang lebih aman.

Apa saja dampak gunung meletus yang mengakibatkan orang harus segera mengungsi dari kaki Gunung Semeru?

Mengenal abu vulkanik

dampak-akibat-gunung-semeru-meletus-1

Sumber: travel.kompas.com

Abu vulkanik adalah partikel dari batuan gunung berapi yang berdiameter lebih kecil dari 2 , biasanya panas dan sangat dekat dengan kawah gunung berapi namun temperaturnya akan mendingin saat sudah menempuh jarak jauh. 

Warna dari abu vulkanik bergradasi mulai dari abu terang mendekati kehitaman. Bentuknya juga bervariasi dari sebesar butiran hingga sehalus bedak. Abu vulkanik yang melayang di udara akan menghalangi cahaya matahari, mengurangi visibilitas, dan di beberapa kasus menyebabkan kegelapan total di siang hari.

Partikel abu vulkanik yang baru saja keluar dari kawah gunung berapi bersifat asam dan dapat menyebabkan iritasi paru-paru dan mata. Sifat keasaman ini dapat dihilangkan oleh hujan, namun malah akan menyebabkan polusi pada air tanah. Abu yang bersifat asam ini dapat merusak vegetasi dan menggagalkan panen.

Dampak Semeru meletus

dampak-akibat-gunung-semeru-meletus-2

1. Kejadian alam setelah gunung meletus

Gunung berapi meletus dapat dampak gunung meletus berupa kejadian alam yang akan mengikutinya berupa banjir, tanah longsor, dan lumpur longsor jika terjadi hujan atau salju setelah gunung meletus seperti yang dilansir pada WHO

Abu dan lumpur yang bercampur dengan air hujan tersebut akan menyebabkan terjadinya lahar. Lahar akan menghancurkan pemukiman dan lahan pertanian. Debu panas yang diakibatkan oleh gunung berapi juga dapat mengakibatkan terjadinya kebakaran hutan. Ini menyebabkan lanskap alami dan manusia akan rusak secara permanen.

Kejadian alam gunung semeru meletus dapat menyebabkan pemukiman dan lahan perkebunan masyarakat di kaki Gunung Semeru hancur permanen.

2. Mengakibatkan perubahan iklim

Semeru meletus juga dapat mempengaruhi perubahan iklim melalui gas vulkanik yang dikeluarkan berupa sulfur dioksida yang menyebabkan pendinginan global, serta karbon dioksida yang berpotensi menyebabkan pemanasan global.

3. Berbagai macam risiko kesehatan

dampak-akibat-gunung-semeru-meletus-3

Gunung Semeru meletus mengeluarkan gas panas, berbahaya, debu, lava, dan bebatuan yang bersifat destruktif. 

Seperti yang dilansir pada Centers for Disease Control and Prevention (CDC), tragedi gunung meletus dapat mengakibatkan ancaman tambahan bagi kesehatan seperti banjir, lumpur longsor, mati lampu, kontaminasi air tanah, dan kebakaran hutan. 

Dampak kesehatan yang disebabkan oleh Gunung Semeru meletus dapat berupa penyakit infeksi, gangguan pernapasan, luka bakar, luka akibat terjatuh, kecelakaan kendaraan akibat jalanan yang licin, dan permasalahan kesehatan yang disebabkan oleh abu gunung berapi.

Efek pernapasan

Abu dari gunung berapi dapat membahayakan bayi, lansia, dan orang yang memiliki masalah pernapasan seperti asma, emfisema, dan gangguan paru-paru lainnya. Debu gunung berapi berbulir, abrasif, dan terkadang korosif. 

Partikel kecil abu gunung berapi dapat melukai mata. Partikel gunung berapi juga mengandung silika kristalin yang merupakan material penyebab gangguan pernapasan bernama silikosis.

Gas dari gunung berapi mengandung uap air, karbon dioksida dan sulfur dioksida. Sulfur dioksida dapat menyebabkan kesulitan bernapas baik bagi orang sehat atau orang asma dan bermasalah dengan pernapasan. 

Gas dari gunung berapa lainnya berupa hidrogen klorida, karbon monoksida, dan hidrogen florida. Angin dapat dengan cepat meniup gas dari gunung berapi ini ke area lain.

Orang yang menghirup gas dari gunung berapi di dataran tinggi dapat mengalami kesulitan bernapas, sakit kepala, mual, pembengkakan, dan tercekik. Sementara, orang yang menghirup gas gunung berapi di dataran rendah akan mengalami iritasi mata, hidung, dan tenggorokan.

Efek pada mata

Iritasi pada mata disebabkan oleh butiran gunung berapi yang menyebabkan luka pada kornea dan konjungtivitis. Abrasi kornea terutama dapat terjadi pada orang yang memakai lensa kontak. Gejala yang dapat terlihat berupa:

  • Merasa ada serpihan yang menganggu mata;
  • Mata terasa sakit, gatal, atau malah ada bercak darah;
  • Lengket saat mengedipkan mata dan banyak mengeluarkan air mata;
  • Abrasi kornea atau tergores; dan
  • Konjungtivitis akut atau inflamasi pada bola mata.

Iritasi pada kulit

Abu vulkanik jarang menyebabkan iritasi pada kulit. Ini terjadi apabila abu vulkanik bersifat sangat asam. Gejalanya berupa:

  • Iritasi atau kulit yang memerah; dan
  • Infeksi sekunder karena sering menggaruk.

4. Efek tidak langsung yang terjadi akibat abu gunung berapi

dampak-akibat-gunung-semeru-meletus-4

Seperti yang dilansir di The International Volcanic Health Hazard Network (IVHHN), letusan gunung berapi termasuk Semeru meletus tidak hanya berdampak langsung pada masyarakat. Tetapi juga akan berdampak pada fasilitas umum.

Adanya abu vullkanik dapat mengurangi visibilitas dan membuat jalanan bertambah licin sehingga rentan terjadi kecelakaan. Selain itu, abu vulkanik juga dapat menyebabkan saluran listrik putus sehingga mempengaruhi sarana prasarana bagi orang yang membutuhkan akses listrik. 

Pada suplai air bersih juga dapat terkontaminasi akibat saluran yang tersumbat dan fasilitas pengolahan air yang rusak. Begitu pula dengan sanitasi sehingga kesehatan masyarakat terancam.

Gunung Semeru meletus menyebabkan berbagai dampak baik bagi kesehatan ataupun prasarana penunjang kehidupan.

Editor: Dwi Ratih