Kesehatan

3 Fakta Intoleransi Gluten yang Parents Harus Tahu!

3 Fakta Intoleransi Gluten yang Parents Harus Tahu!

Intoleransi gluten merupakan masalah yang cukup umum terjadi di dunia medis. Melansir dari laman Healthline, gejala intoleransi gluten ditandai dengan munculnya reaksi buruk terhadap gluten, yaitu protein yang ditemukan dalam gandum, barley, dan gandum hitam. Mengutip dari laman Cleveland Clinic, ciri intoleransi gluten lainnya adalah ketika setelah makan gluten mengalami sakit seperti rasa lelah, mual, hingga kembung. 

Gluten merupakan protein yang sering ditemukan dalam gandum, barley, rye, dan biji-bijian lainnya. Banyak makanan dan minuman yang mengandung gluten seperti pasta, sereal, tepung, hingga bir. 

Namun saat ini makanan intoleransi gluten sudah tersedia, biasanya mereka melabelinya dengan bebas gluten atau gluten free. Kebanyakan bagi makanan intoleransi gluten akan digantikan dengan makanan yang mengandung umbi-umbian, misalnya tepung ubi (Cassava Flour). 

Intoleransi gluten juga dapat ditemukan pada sejumlah produk kosmetik, vitamin, dan obat-obatan tertentu.


Tentang Intoleransi Gluten

Akibat intoleransi gluten cukup beragam, namun intoleransi gluten juga erat kaitannya dengan penyakit seliak, sensitivitas gluten non-celiac, dan alergi gandum. Ketiganya akan menimbulkan gejala yang lebih luas namun kebanyakan tidak ada hubungannya dengan pencernaan. Berikut ini merupakan fakta menarik mengenai Intoleransi Gluten, dilansir dari berbagai sumber:

1. Intoleransi Gluten VS Penyakit Celiac

Melansir dari laman Cleveland Clinic, ada perbedaan dari intoleransi gluten dengan Penyakit Celiac. Mereka yang mengidap penyakit celiac cenderung memiliki respon autoimun terhadap gluten atau dengan kata lain tubuh akan mencoba melawan gluten seolah-olah hal ini adalah virus. 

Reaksi yang terjadi ini merupakan penyebab munculnya peradangan dan kerusakan pada saluran pencernaan seseorang. Penyakit celiac merupakan hasil dari gen abnormal dan mereka yang mengidapnya justru memiliki tingkat antibodi tertentu yang tinggi dalam darah yang merupakan zat pelawan gluten. 

Intoleransi gluten dan penyakit celiac biasanya punya penyebab yang sama namun orang dengan intoleransi gluten tidak memiliki gen abnormal atau antibodi dalam darah mereka. 

Melansir dari laman Healthline, penyakit celiac ini adalah bentuk paling parah dari intoleransi gluten. Penyakit celiac juga memiliki gejala umum seperti: diare, sembelit, bau feses menyengat, kelelahan, kecemasan atau depresi, penurunan berat badan yang drastis, anemia, gangguan autoimun, hingga nyeri sendi atau otot. 

Akibat intoleransi gluten lainnya juga dapat menyebabkan masalah kulit seperti kondisi kulit yang melepuh, hingga neuropati yaitu kondisi lengan dan kaki yang mati rasa dan terasa seperti kesemutan.

2. Intoleransi Gluten VS Alergi Gluten

Intoleransi gluten tidak sama dengan alergi gluten atau alergi makanan. Gejala intoleransi gluten dan alergi gluten juga cukup berbeda. Alergi makanan seperti alergi terhadap gandum dan apapun yang mengandung bahan makanan ini merupakan kondisi saat sistem kekebalan tubuh Ibu bereaksi berlebihan setelah  Ibu mengonsumsi makanan yang mengandung gluten misalnya. 

Alergi ini dapat menyebabkan gatal, muntah, atau sesak nafas. Sementara itu orang yang memiliki ciri intoleransi gluten belum tentu alergi terhadap gluten. Alergi gandum lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa. Faktanya adalah sekitar 65% anak-anak dapat mengatasi alergi gandum saat menginjak usia 12 tahun. 

Gejala alergi gandum yang paling umum meliputi: ruam pada kulit, timbul masalah pencernaan, hidung tersumbat, hingga anafilaksis atau kondisi dimana alergi parah terjadi dan dapat mengancam jiwa bila tidak segera diobati.

3. Intoleransi Gluten VS Gejala Sensitivitas Gluten Non-Celiac

Melansir dari laman Healthline, penyakit celiac merupakan bentuk akibat intoleransi gluten yang paling parah, namun sekitar 0,5% hingga 13% orang juga memiliki sensitivitas gluten non-celiac yaitu bentuk ciri intoleransi gluten yang lebih ringan dan tetap menimbulkan gejala intoleransi gluten. 

Berikut ini merupakan gejala yang sering kali terjadi yang disebabkan oleh sensitivitas gluten non-celiac akibat intoleransi gluten: mengalami kembung, terjadi diare dan sembelit, sakit perut, sakit kepala, kelelahan, depresi, cemas berlebihan, rasa nyeri, mengalami kabut otak atau ketidakmampuan berpikir jernih.


Intoleransi Gluten Dapat Menyerang Siapa?


Gejala intoleransi gluten dapat dialami oleh siapapun namun seringnya terjadi pada wanita. Dan juga anak-anak. Beberapa orang justru terlahir memiliki ciri intoleransi gluten namun sebagian lainnya punya potensi intoleransi gluten ketika sudah beranjak dewasa. 

Akibat intoleransi gluten pada setiap orang juga bisa jadi berbeda, oleh karena itu, supaya lebih jelas, Ibu bisa langsung berkonsultasi pada dokter untuk mendapatkan perawatan yang lebih tepat.


Penyebab Intoleransi Gluten

Penelitian di USA yang dilansir melalui laman Cleveland Clinic mengungkapkan bahwa ada sekitar 6% dari populasi di Amerika Serikat memiliki gejala intoleransi gluten. Hal ini jauh lebih umum bila dibandingkan penyakit celiac yang mempengaruhi sekitar 1% populasi di Negara ini.

Ciri intoleransi gluten memang mungkin erat kaitannya dengan ketidakcocokan anak saat mengonsumsi makanan intoleransi gluten. Namun sayangnya hingga kini penyebab intoleransi gluten belum bisa ditemukan secara pasti. Sejumlah penelitian dapat menunjukkan bahwa seseorang bisa jadi mungkin tidak ada intoleransi gluten namun hanya terhadap beberapa jenis karbohidrat tertentu saja yang ditemui pada banyak makanan. 

Makanan tersebut tertinggal di dalam usus dan berfermentasi sehingga menyebabkan penyakit. Namun muncul juga sejumlah penelitian lain yang mengungkapkan bahwa gandum dapat mempengaruhi lapisan saluran pencernaan pada beberapa orang dan lapisan ini biasanya dapat mencegah bakteri keluar dari usus seseorang. 

Akan tetapi, anak yang memiliki ciri intoleransi gluten, lapisannya kemungkinan tidak berfungsi dengan baik sehingga memungkinkan bakteri masuk ke darah atau hati dan menyebabkan peradangan.


Gejala Intoleransi Gluten

Gejala intoleransi gluten juga cukup beragam pada beberapa anak, reaksi ini dapat terjadi pada beberapa jam hingga keesokan harinya, gejala intoleransi gluten yang kerap muncul seperti: mengalami sakit perut, anemia, merasa cemas, perut kembung atau bergas, kesulitan konsentrasi, depresi, diare, kelelahan, sakit kepala, nyeri sendi, mual, muntah, hingga muncul ruam pada kulit. Sebagian besar (meski tidak semua) anak dengan ciri intoleransi gluten ini juga memiliki sindrom iritasi usus besar atau IBS.


Cara Mengobati Intoleransi Gluten

Kabarnya, intoleransi gluten ini belum ada obatnya, namun banyak orang tua yang mulai beralih untuk diet gluten dan menerapkannya pada makanan yang dikonsumsia anak setiap hari. Sejumlah penelitian mengungkapkan kalau orang yang mengonsumsi enzim tertentu dapat membantu Ibu dengan intoleransi gluten mencerna gluten lebih baik. 

Ada baiknya untuk berkonsultasi terlebih dahulu pada layanan kesehatan atau dokter Ibu supaya mendapatkan perawatan yang lebih baik lagi.

Meskipun diet gluten bisa saja menyehatkan, namun waspada terhadap bahaya yang bisa jadi mengincar seperti kemungkinan munculnya hiperglikemia atau gula darah tinggi (diabetes tipe 2) hingga kekurangan nutrisi karena terlalu sedikit mengonsumsi serat.

Ada beberapa saran untuk menerapkan pola hidup yang lebih sehat pada penderita gejala intoleransi gluten seperti:

1. Mengonsumsi Makanan Rendah Lemak Namun Tinggi Serat

Mengkonsumsi makanan jenis ini terbilang sehat, namun tetap tidak boleh berlebihan dan sebaiknya melalui pengawasan lebih ketat dari tenaga medis. Jenis makanan ini juga merupakan makanan intoleransi gluten. Perhatikan juga untuk mengonsumsi sayur dan buah supaya lebih seimbang nutrisinya.

2. Rutin Cek Kesehatan di Laboratorium

Tak ada yang perlu ditakutkan saat harus melakukan pengecekan kesehatan rutin melalui laboratorium. Pergilah ke tempat layanan laboratorium yang resmi untuk mengecek anemia, kolesterol tinggi, kekurangan vitamin atau nutrisi, dan apapun yang disarankan oleh dokter. Hindari melakukan pengecekan dengan alat mandiri tanpa didampingi oleh tenaga ahli karena dikhawatirkan hasilnya tidak akurat.

3. Pelajari Makanan dan Minuman Tinggi Gluten

Orang dengan intoleransi gluten biasanya akan lebih paham dan mempelajari lebih jauh tentang makanan dan minuman apa saja yang tinggi gluten. Mereka akan cenderung lebih selektif dalam memilih dan memutuskan makanan dan minuman apa yang boleh dikonsumsi. Bila memilih makanan kemasan, coba perhatikan label kemasannya, biasanya makanan yang rendah gluten atau bebas gluten punya label tersendiri meski cenderung lebih mahal bila dibandingkan dengan makanan biasa.


Rekomendasi Makanan Intoleransi Gluten

Gluten terkandung dalam bahan makanan seperti gandum, barley, dan gandum hitam. Makanan dengan kandungan ini dinilai kaya akan serat dan lebih mengenyangkan. Sayangnya beberapa orang dengan intoleransi gluten tak bisa mengonsumsinya. Namun jangan khawatir, berikut ini ada beberapa rekomendasi makanan intoleransi gluten yang dilansir melalui laman Healthline:

1. Sorgum

Sorgum mengandung senyawa tanaman bermanfaat yang bertindak sebagai antioksidan untuk mengurangi stress oksidatif  dan menurunkan risiko penyakit kronis. Sorgum memiliki kandungan serat yang tinggi dan dapat membantu memperlambat penyerapan gula untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil. Secangkir sorgum ukuran 192 gr mengandung 13 gr serat, 20 gr protein, dan 19% zat besi. Rasa sorgum cukup ringan dan bisa diolah menjadi tepung bebas gluten sehingga dapat digunakan sebagai makanan intoleransi gluten yang baik.

2. Quinoa

Quinoa merupakan makanan intoleransi gluten yang berupa biji-bijian dengan kandungan serat tinggi dan protein nabati yang baik. Biji-bijian jenis ini dianggap paling sehat karena mengandung antioksidan yang tinggi dan dapat mengurangi risiko pada sejumlah penyakit. satu cangkir quinoa matang berukuran 185 gr dapat menyediakan 8 gr protein, 5 gr serat, dan banyak zat bermanfaat lain seperti magnesium, mangan, fosfor, dan asam amino untuk kebutuhan harian keluarga. Quinoa juga dapat diolah menjadi tepung untuk membuat pancake, tortilla, atau roti.

3. Oat Gluten Free

Jangan salah! Oat juga ada yang gluten free dan baik untuk dikonsumsi sebagai makanan intoleransi gluten. Oat juga mengandung beta-glukan yang dapat memperlambat penyerapan gula dan menurunkan kadar gula dalam darah serta insulin. Oat gluten free juga mengandung magnesium, zinc, selenium, dan tiamin (vitamin B1). Orang yang memiliki penyakit celiac atau intoleransi gluten dapat memilih oat dengan label gluten free ini ya untuk dikonsumsi.

4. Soba

Soba adalah jenis biji-bijian yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan gandum dan termasuk bebas gluten. Soba juga mengandung antioksidan yang tinggi sehingga bagus dikonsumsi. Penelitian juga ada yang mengungkapkan soba dapat membantu memperbaiki gejala Alzheimer, sementara itu quercetin juga terbukti dapat menurunkan peradangan dan stress oksidatif. Mengonsumsi soba juga dapat menurunkan risiko penyakit jantung karena memiliki kandungan kolesterol jahat (LDL) yang lebih rendah dan kolesterol baik (HDL) yang lebih tinggi.

5. Jagung

Jagung merupakan salah satu biji-bijian yang juga gluten free yang paling populer di seluruh dunia. Jagung tinggi serat serta dilengkapi dengan karotenoid lutein dan zeaxanthin, yang merupakan pigmen tumbuhan yang bertindak sebagai antioksidan. Sebuah studi mengungkapkan karotenoid lutein dan zeaxanthin memiliki manfaat yang bagus untuk kesehatan mata dan mengurangi risiko terkena katarak. Olahan jagung sebagai makanan intoleransi gluten juga cukup simple dan beragam, bisa direbus, dikukus, atau dibakar.

6. Nasi Merah

Siapa yang gemar mengonsumsi nasi merah? Wah ada kabar baik nih Bu. Beras merah memiliki kandungan serat lebih banyak daripada beras putih dan merupakan salah satu bahan makanan gluten free. Faktanya, dengan mengganti nasi merah dengan nasi putih dapat menurunkan risiko diabetes, mencegah berat badan berlebih, dan terhindar dari risiko penyakit jantung.


Editor: Atalya