Kehamilan

6 Cara Mengatasi dan Menghindari Infeksi Vagina Saat Hamil

6 Cara Mengatasi dan Menghindari Infeksi Vagina Saat Hamil

Penyebab infeksi vagina saat hamil

Bacterial vaginosis, yang biasanya disingkat BV, merupakan infeksi vagina saat hamil yang paling umum terjadi pada wanita di usia produktif (antara 15-44 tahun). Infeksi vagina saat hamil ini disebabkan oleh jumlah bakteri yang tidak seimbang di area vagina Anda. Vagina yang sehat memiliki banyak mikroorganisme di dalamnya. Mikroorganisme yang sering ditemukan di infeksi vagina antara lain Gardnerella, Mobiluncus, Bacteroides, dan Mycoplasma. Jika terjadi infeksi vagina saat hamil, jumlah mikroorganisme ini meningkat, sedangkan jumlah mikroorganisme yang sehat semakin sedikit.

Pada kondisi normal, bakteri baik, yang disebut lactobacilli, merupakan jumlah terbanyak di area vagina dan menjaga jumlah jenis bakteri lain tetap terkontrol. Nah, Ibu dikatakan mengalami infeksi vagina saat hamil bila jumlah lactobacilli di vagina terlalu sedikit. Kondisi ini membuat bakteri lain tumbuh di luar kendali. Tak ada yang tahu pasti apa penyebab perubahan keseimbangan jumlah bakteri ini. Sekitar 1 dari 5 wanita mengalami infeksi vagina saat hamil.


Komplikasi yang disebabkan infeksi vagina saat hamil

Penelitian telah menunjukkan bahwa infeksi vagina ketika hamil sering diasosiasikan dengan peningkatan risiko persalinan prematur, risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, ketuban pecah dini, dan infeksi setelah melahirkan. Beberapa penelitian lain juga ada yang menunjukkan hubungan antara infeksi vagina saat hamil menyebabkan keguguran pada trimester kedua.

Tapi kaitan antara infeksi vagina saat hamil dan komplikasi kehamilan tidak benar-benar jelas. Para ahli belum mengetahui kenapa hanya beberapa wanita dengan infeksi vagina yang melahirkan bayi prematur. Mereka juga tidak tahu apakah infeksi vagina saat hamil bisa secara langsung mengakibatkan komplikasi, seperti ketuban pecah dini.

Sebagian besar ibu yang mengalami infeksi vagina saat hamil memiliki kondisi kehamilan yang normal. Setengah dari jumlah kasus infeksi vagina saat hamil dapat hilang dengan sendirinya. Jadi jangan khawatir ya Bu. Jik aIbu didiagnosa mengalami infeksi vagina saat hamil, itu tidak berarti Anda berisiko melahirkan bayi prematur atau mengalami komplikasi kehamilan.

Jika Anda tidak memiliki gejala dan tak memiliki risiko tinggi untuk melahirkan bayi prematur, Anda tidak perlu menjalani pemeriksaan infeksi vagina. Memang, infeksi vagina saat hamil banyak membuat Bumil mengalami persalinan prematur, tapi tidak semua kasus memiliki akhir yang sama.


Gejala infeksi vagina saat hamil

Setengah dari Bumil yang mengalami infeksi vagina saat hamil tidak menunjukkan gejala apapun. Jika ada gejala, Anda mungkin akan melihat cairan atau lendirdari vagina berwarna putih atau abu-abu dan berbau amis. Bau ini tercium jelas setelah berhubungan intim, di mana cairan tersebut bercampur dengan sperma suami.

Banyak juga Bumil yang menunjukkan gejala berupa sensasi terbakar ketika buang air kecil atau mengalami iritasi di area genital, meski kondisi ini tidak umum terjadi. Beri tahu dokter jika Anda mengalami gejala ini. Dokter akan memeriksa  cairan vagina untuk mendiagnosa apakah Ibu menderita infeksi vagina saat hamil atau infeksi jenis lain. Dari hasil tersebut, dokter akan meresepkan pengobatan yang sesuai.


Mengatasi infeksi vagina saat hamil

Bila Ibu didiagnosa mengalami infeksi vagina saat hamil, Ibu akan diberikan antibiotik oleh dokter kandungan. Sebaiknya minumlah semua obat yang telah diresepkan dokter, meski gejala infeksi vagina tersebut telah hilang. Pada kebanyakan kasus, antibiotik akan mengatasi infeksi vagina saat hamil dan menghilangkan gejala yang dikeluhkan. Namun Ibu perlu hati-hati karena infeksi bisa kembali lagi.

Kira-kira ada sekitar 30 persen Ibu hamil yang mengalami infeksi vagina kembali merasakan gejala infeksi yang sama setelah sembuh 3 bulan. Antibiotik biasanya akan membunuh bakteri jahat berlebih yang menyebabkan infeksi vagina saat hamil, tapi tidak ada cara untuk membuat bakteri baik tumbuh lebi lebih cepat agar bisa menahan pertumbuhan bakteri jahat tetap terkontrol di area vagina.

Beritahukan dokter jika Ibu merasakan gejala infeksi vagina saat hamil kembali. Infeksi vagina saat hamil biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan lain, tapi pada beberapa kasus bisa mengarah ke beberapa masalah kesehatan, serius:


  • Jika Anda mengalaminya di saat hamil, infeksi vagina bisa meningkatkan risiko keguguran, kelahiran sebelum waktu, dan infeksi uterus setelah kehamilan.

  • Jika Anda mengalaminya ketika Anda menjalani prosedur seperti operasi caesar atau hysterectomy, Anda lebih rentan mengalami infeksi setelah melahirkan.

  • Jika Anda mengalaminya dan terpapar penyakit menular seksual lainnya, Anda lebih mungkin terkena infeksi dengan gejala yang lebih berat.


Mencegah infeksi vagina saat hamil

Karena tidak ada yang tahu pasti penyebab ketidakseimbangan jumlah bakteri di area vagina, tidak ada hal pasti yang bisa Anda lakukan untuk mencegah infeksi vagina saat hamil. Tapi ada beberapa cara untuk mengurangi risiko terkena infeksi vagina, antara lain:


  • Jaga keseimbangan umlah bakteri vagina Anda. Bersihkan vagina setiap hari dengan sabun berformula ringan. Sehabis buang air kecil atau besar, keringkan area genital dari arah vagina ke arah anus. Jaga agar kondisi di area ini tetap sejuk dengan mengenakan pakaian dalam yang berbahan katun. Hindari pemakaian celana yang sangat ketat .

  • berhentilah merokok karena rokok bisa meningkatkan risiko Anda terkena infeksi vagina saat hamil.

  • Lakukan pemeriksaan bagian dalam atau pemeriksaan vagina secara rutin. Tanyakan ke dokter seberapa sering Anda perlu menjalani pemeriksaan.

  • Tuntaskan minum antibiotik yang diresepkan dokter jika Anda terkena infeksi vagina. Lakukan ini meski gejala infeksi telah hilang.

  • Jangan gunakan pembersih vagina atau sabun beraroma pada area genital Anda. Produk ini bisa merusak keseimbangan bakteri di vagina. Spray vagina juga tidak aman digunakan selama hamil. Pada kasus yang jarang terjadi, spray bisa membuat udara masuk ke membran kantung ketuban dan masuk ke sirkulasi darah Anda, sehingga dapat menyebabkan embolisme udara yang bisa mengancam keselamatan Ibu dan janin.

Dokter biasanya akan mendiagnosa infeksi vagina dengan menanyakan Ibu tentang gejala yang diderita, melakukan pemeriksaan dalam, dan mengambil sampel cairan pada vagina. Sampel akan diuji untuk mengetahui apakah Anda menderita infeksi vagina atau tidak. Tes ini akan membantu dokter mengetahui penyebab keluarnya jumlah cairan vagina yang tidak normal atau.

Sebelum menjalani pemeriksaan tersebut, sebaiknya jangan gunakan alat semprot vagina, jangan melakukan hubungan intim, dan jangan menggunakan obat-obat vaginal selama 24 jam sebelum tes dilakukan.

(Ismawati)