Kesehatan

Anak Sulit Bernapas di Tempat Tinggi? Waspada Altitude Sickness (Penyakit Ketinggian)

Anak Sulit Bernapas di Tempat Tinggi? Waspada Altitude Sickness (Penyakit Ketinggian)

Altitude sickness merupakan gabungan gejala yang bisa terjadi ketika tubuh Anda mendapat lebih sedikit oksigen dibanding yang sebelumnya. Ini terjadi ketika orang berada di ketinggian 8000 kaki atau lebih.

Ada lebih sedikit oksigen tersedia di tempat yang tinggi. Sebenarnya konsentrasi oksigen di udara sama di atas gunung maupun pantai, tapi tekanan udaranya yang berbeda. Tekanan udara di gunung biasanya lebih rendah dari di pantai. Semakin rendah tekanan udara, akan semakin berkurang pula oksigen yang Anda hirup pada tiap tarikan nafas. Bila tubuh tidak terbiasa pada kondisi ini, Anda akan mulai merasa sakit.

Altitude sickness bisa terjadi pada siapa saja, Bun, tanpa melihat usia dan tingkat kebugaran, dan beberapa orang lebih rentan mengalaminya dibanding yang lain. Orang yang tinggal di ketinggian dan mereka yang tinggal di sana cukup lama akan terbiasa dengan oksigen yang lebih sedikit dan tetap baik-baik saja. Tapi orang yang berganti ketinggian dengan cepat, terutama ketika sedang aktif secara fisik, sering mengalami kesulitan.

Jenis-Jenis Altitude Sickness

Ada beberapa jenis altitude sickness. Acute mountain sickness (AMS) adalah yang paling ringan dan paling umum. Bentuk yang lebih serius tapi kurang umum terjadi ketika AMS berlanjut, atau ketika orang dengan AMS terus naik ke ketinggian tanpa memberi kesempatan tubuh untuk melakukan penyesuaian. Kondisi ini menyebabkan cairan terakumulasi di otak, dikenal dengan high altitude cerebral edema (HACE), atau di paru-paru dikenal dengan high altitude pulmonary edema (HAPE).

Altitude Sickness Pada Anak

Kemungkinan anak mengalami altitude sickness memang kecil. Tapi bila Anda berencana bepergian ke tempat yang tinggi, Bunda harus perlahan saja melakukannya. Bila si kecil mengalami penyakit jantung atau paru-paru kronis, atau ada penyakit sistemik yang mempengaruhi pernafasan, ada baiknya untuk memeriksakan anak ke dokter sebelum membawanya ke tempat tinggi. Juga bicara pada dokter bila usia bayi kurang dari 6 minggu, karena bayi usia ini lebih rentan mengalami altitude sickness.

Gejala Altitude Sickness Pada Anak 

Tak mudah mengidentifikasi altitude sickness karena gejala awalnya tidak cukup spesifik. Gejala bisa muncul pada satu atau dua jam setelah tiba di tempat tinggi, tapi biasanya mulai muncul 8 hingga 36 jam setelahnya.

Anda akan melihat perubahan pada perilaku normal anak, misalnya, ia kesulitan makan atau tidur. Anak menjadi rewel yang tidak biasa. Ia bisa sakit kepala, pusing, atau lelah. Ia juga kesulitan bernafas, mual, dan muntah.

Bila anak mengalami altitude sickness yang lebih parah, mukanya menjadi pucat atau biru, batuk, sulit berjalan, dan nafas pendek, bahkan ketika beristirahat. Muntah menunjukkan kalau anak mengalami dehidrasi.

Meredakan Gejala Altitude Sickness

Ketika anak menunjukkan tanda minor dari altitude sickness, Anda bisa membawanya ke tempat rendah untuk membantu tubuhnya perlahan menyesuaikan diri. Gejala biasanya reda dalam beberapa hari. Sering berikan air putih atau larutan elektrolit untuk mencegah dehidrasi terutama bila anak muntah.

Untuk mengatasi sakit kepala, Anda bisa berikan acetaminophen atau ibuprofen bila ia berusia lebih dari 6 bulan. Tanyakan ke dokter sebelum memberi obat apapun bila anak berusia kurang dari 3 bulan. Coba minta anak bernafas lebih dalam dengan tingkat yang lebih cepat dari normal untuk mendapat lebih banyak oksigen.

Segera bawa anak ke rumah sakit terdekat bila ia kesulitan bernafas dan berubah biru, atau menunjukkan lebih dari sekedar rasa tidak nyaman minor. Dokter bisa mengukur oksigen di darah dan mengetahui apakah ia mengalami altitude sickness. Bila gejala parah, ia juga perlu tes darah, CT scan, dan penyinaran dengan sinar X di bagian dada.

Jika anak mengalami AMS, akan diberikan oksigen dan Anda disarankan membawa anak ke tempat yang rendah. Bila mengalami HACE atau HAPE, anak akan membutuhkan penanganan dan pengawasan seksama, karena ini bisa jadi kondisi yang mengancam keselamatan.
Berikut ini beberapa penanganan untuk altitude sickness pada anak:

  1. Acute Mountain Sickness (AMS) Ringan

    • Istirahat (berhenti dari kenaikan) atau penurunan hingga gejala reda.

    • Penanganan sesuai gejala yang muncul.

  2. Acute Mountain Sickness (AMS) Menengah

    • Penurunan dari ketinggian

    • Oksigen

    • Analgesik berupa acetaminophen atau ibuprofen sesuai dosis dari dokter. Penggunaan aspirin tidak dianjurkan pada anak kecil karena terkait dengan sindrom Reye.

  3. High Altitude Pulmonary Edema (HAPE)

    • Penurunan dari ketinggian

    • Duduk dengan posisi tegak

    • Oksigen

    • Dexamethasone

  4. High Altitude Cerebral Edema (HACE)

    • Penurunan dari ketinggian

    • Oksigen

    • Dexamethasone

    • Terapi oksigen Hyperbaric.

Pencegahan Altitude Sickness Akut Pada Anak

Prinsip pencegahan altitude sickness pada orang dewasa juga bisa diterapkan pada anak:

  • Perlahan naik ke ketinggian. Kenaikan yang  bertahap dan perlahan memberi waktu untuk penyesuaian. Dianjurkan untuk meningkatkan kenaikan 300 meter per hari.

  • Penggunaan prophylaxis. Obat prophylaxis untuk membantu penyesuaian diri pada anak biasanya dihindari karena kenaikan perlahan memberi efek yang sama pada kebanyakan kasus. Pada kasus yang jarang, dimana kenaikan yang cepat tak terhindari, penggunaan acetazolamide bisa dilakukan. Ada efek samping acetazolamide, seperti ruam kulit dan dehidrasi. Kontraindikasi berupa alergi sulfa.

  • Pendidikan. Anak dan pengasuh harus dikenalkan dengan gejala AMS sebelum melakukan perjalanan di atas 2500 meter. Juga harus diketahui reaksi anak selama perjalanan.

  • Rencana darurat. Perencanaan yang baik perlu dilakukan sebelum bepergian bersama keluarga ke lokasi tinggi untuk memastikan ada akses komunikasi, penurunan yang sesuai, dan oksigen.

Penanganan Untuk Altitude Sickness Akut Pada Anak

Tak ada penelitian tentang penanganan altitude sickness akut pada anak, tapi Anda bisa mengikuti penanganan untuk orang dewasa dengan dosis obat yang sesuai. Akan lebih baik untuk lebih berhati-hati menangani anak dengan AMS dan turun dari ketinggian lebih awal setelah gejala muncul karena riwayat alami AMS pada anak tidak bisa dicirikan. Penurunan dari ketinggian kadang bisa memperburuk gejala dan anak harus digendong selama penurunan.

Faktor lain perlu dipertimbangkan ketika bepergian ke lingkungan yang tinggi bersama anak. Bagi banyak orang tua yang membawa anak ke pegunungan, perjalanan ini jadi kesempatan untuk rileks dari aktivitas harian. Tapi sejumlah faktor harus dipertimbangkan untuk bisa lebih menikmati perjalanan baik bagi anak maupun orang tua.

  • Kebosanan. Anak kecil biasanya memiliki rentang perhatian yang pendek dan mudah menjadi bosan meski setelah bepergian jarak pendek. Rencana perjalanan yang menyenangkan harus dipilih dengan seksama.

  • Kemampuan fisik. Panduan perkiraan jarak yang anak kecil bisa lalui dengan berjalan kaki telah dibuat tapi ini hanya panduan yang perlu disesuaikan pada tiap individu anak. Anak hanya berjalaan kaki sepanjang yang mereka inginkan.

  • Makanan. Beberapa anak kecil sangat sulit beradaptasi dengan perubahan kondisi dan menolak makanan yang tidak biasa. Ada baiknya mencoba makanan sebelum bepergian ke ketinggian. Penting untuk memastikan anak mendapat makanan dan asupan cairan yang cukup.

  • Higienitas. Di area ketinggian, bepergian dengan anak kecil bisa membuat orang tua stres menjaga kebersihan yang sesuai untuk anak.

  • Gastroenteritis. Anak dengan gastroenteritis lebih rentan mengalami dehidrasi yang parah dan mengancam keselamatan.

(Ismawati)