Kesehatan

Duh, Si Kecil Sariawan!

Duh, Si Kecil Sariawan!

Balita Anda sariawan? Hmm... rasanya pasti tidak nyaman sekali, ya, Bunda? Jangankan si kecil, orang dewasa saja banyak yang  tidak tahan dengan sariawan karena sariawan dapat mengakibatkan selera makan hilang, malas bicara, khawatir sakit jika tersenggol, dan segala ketidaknyamanan lainnya.

Sariawan (canker sores) atau disebut juga ulkus mulut (mouth ulcers) memang jarang terjadi pada anak usia di bawah 10 tahun, namun bukan berarti tidak mungkin balita Anda mengalaminya. Sama seperti pada orang dewasa, sariawan pada anak-anak cukup mengganggu aktivitas sehari-hari.

Jika Anda mendapati luka terbuka berbentuk bulatan putih atau kuning dikelilingi lingkaran merah pada bagian bibir si kecil, bisa jadi itu sariawan. Selain bibir, sariawan biasanya juga muncul di bagian dalam pipi, lidah, gusi, dan langit-langit lunak (jaringan lunak di sekitar dan di belakang langit-langit kasar mulut).

Sariawan pada umumnya muncul secara individual, namun dapat pula dalam kelompok-kelompok kecil. Meski bukan masalah mulut serius, namun sariawan sangat menyakitkan bagi anak-anak, khususnya ketika mereka akan makan atau minum. Mereka juga merasakan sakit luar biasa jika sariawan mereka tersentuh.

Apa sebenarnya penyebab sariawan? Tidak begitu jelas penyebabnya, namun sariawan bisa terjadi turun-temurun pada keluarga (pengaruh genetik). Ada pula yang mengalami sariawan saat stres, di samping karena trauma mulut (seperti kulit yang pecah akibat prosedur perawatan gigi atau karena tergigit), alergi makanan dan infeksi virus. Kurang asupan makanan, khususnya yang mengandung zat besi, asam folat, zinc, atau B12 juga dapat memicu terjadinya sariawan.

Sariawan (canker sore) tidak sama dengan cold sore alias herpes labialis, meski tanda-tandanya hampir sama, yakni sama-sama memiliki lepuhan di mulut. Seperti diketahui, sariawan tidak menular dan muncul di jaringan lunak di dalam mulut. Sementara cold sore, yang disebabkan oleh herpes simplex virus, menular dan pada umumnya muncul di bagian luar bibir. Oleh karena itu, penanganan terhadap penderita sariawan lebih mudah dibandingkan cold sore.

Sariawan biasanya sembuh dengan sendirinya, meskipun cukup lama waktu yang dibutuhkan. Pada umumnya, sariawan menyerang si kecil selama seminggu atau sepuluh hari. Dalam beberapa kasus, sejumlah balita baru sembuh dari sariawan setelah lebih dari sepuluh hari berjuang melawannya. Nah, dalam waktu yang lama itu, biasanya si kecil merasakan sakit luar biasa selama tiga hingga empat hari.

Bagaimana merawat penderita sariawan? Bunda, cara terbaik adalah menyamankan buah hati Anda. Karena itu, jangan beri makanan atau minuman dalam keadaan panas. Jangan pula menyodorkan makanan pedas atau asam karena si kecil akan makin kesakitan dibuatnya.

Saat sariawan, si kecil tentu kesulitan minum dari gelas karena gelas dapat menggesek sariawannya. Sebaiknya Bunda memberinya sedotan sehingga rasa sakit yang ditimbulkan lebih sedikit. Es batu, makanan-makanan beku dan dingin, seperti es loli, dapat membantu mengatasi rasa sakit di area sariawan.

Bagaimana dengan penggunaan gel atau krim mulut? Boleh-boleh saja, Bunda, namun Anda harus ekstra hati-hati. Banyak anak yang tidak tahan dengan penggunaan gel atau krim mulut. Menggunakan kapas untuk mengusap gel atau krim ke sariawannya mungkin dapat membantu meringankan rasa sakitnya.

Jika rasa sakit yang ditimbulkan akibat sariawan begitu dahsyat sehingga balita Anda sangat tidak nyaman dibuatnya, Anda boleh memberinya paracetamol atau ibuprofen dalam dosis yang tepat, tentu saja. Jangan pernah memberikan aspirin pada si kecil, ya, karena aspirin dapat memicu terjadinya penyakit mematikan, Reye's syndrome.

Perlukah membawa si kecil yang terkena sariawan ke dokter? Bisa saja, jika Anda tidak yakin apakah ini benar sariawan ataukah penyakit lainnya. Atau jika sariawan si kecil bertahan lebih dari dua minggu, apalagi jika diiringi tanda-tanda lain seperti ruam, demam, atau pembengkakan kelenjar getah bening, mungkin memang sebaiknya Anda meminta diagnosa dokter.  


(Dini)