Kesehatan

Efek Negatif Jika Anak Suka Makanan Manis

Efek Negatif Jika Anak Suka Makanan Manis

Sulit untuk menyebutkan seberapa banyak gula yang dianggap terlalu banyak untuk dikonsumsi anak. Tapi yang jelas, makanan manis tidak dibutuhkan tubuh karena sedikit sekali mengandung vitamin, mineral, dan nutrisi lainnya. Kebanyakan dokter anak menganjurkan orangtua untuk tidak menambahkan gula atau garam pada makanan anak sebelum ia menginjak 1 tahun.

Tapi wajar bila anak Anda lebih memilih makanan dengan rasa manis, karena ASI sendiri mengandung gula, dan ini jadi rasa pertama yang dikenal bayi. Namun penting untuk mengawasi seberapa banyak gula yang dikonsumsi anak dan membantunya mengeksplor varian rasa yang ada pada makanan.

Gula bisa menimbulkan efek ketagihan dan bila anak sudah terlalu banyak makan makanan manis, ia jadi punya kebiasaan mengonsumsi makanan manis melebihi takaran yang baik untuknya. Daripada menambahkan gula ke minumannya, Anda bisa tawarkan susu tanpa gula atau jus buah yang 100 persen tanpa tambahan gula.

Berikut ini efek negatif yang terjadi pada anak jika sering mengonsumsi makanan manis:


  1. Efek Kesehatan Umum Dari Konsumsi Gula Berlebihan

    Asupan gula yang berlebihan bisa membuat anak rewel ketika tingkat gula di tubuhnya turun setelah beberapa jam mengonsumsi makanan manis. Pada jangka panjang, terlalu banyak makanan manis bisa menyebabkan masalah serius seperti:

    • Kerusakan gigi

    • Anak beresiko lebih tinggi mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, yang bisa memicu diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker nantinya.

    • Masalah perilaku seperti tantrum. Anak juga akan terus menangis atau meminta makanan manis ketika ia sudah terbiasa teratur makan makanan manis.

    • Beberapa ahli menganggap terlalu banyak gula membuat anak hiperaktif.

    • Pasti banyak dari Bunda yang sudah tahu kalau makanan manis bisa menyebabkan gigi rusak, obesitas, atau diabetes. Tapi para ahli mengatakan banyak orang tua tidak tahu kalau gula juga bisa menyebabkan masalah kesehatan yang kronis.

  2. Batuk Dan Alergi Karena Gula

    Salah satu efek gula yang umum pada anak adalah gejala seperti pilek. Hidung berair kronis, lendir berlebih, batuk, dan gejala infeksi sinus. Jika anak mengalami hal-hal tersebut, mungkin dokter akan langsung mendiagnosanya terkena alergi tanpa melakukan tes terlebih dahulu. Setelah itu, dokter akan meresepkan obat, tapi gejala alergi akan muncul lagi dan itu bisa jadi karena terlalu banyak konsumsi gula. Bila gejalanya dihilangkan, anak tidak membutuhkan obat.

  3. Batuk Disertai Sesak Nafas Dan Refluks Asam

    Beberapa anak ada yang sering mengalami batuk disertai sesak nafas kambuhan. Ada anak yang tidur dalam kondisi yang sepertinya sehat, tapi terbangun di malam hari dengan batuk dan kesulitan bernafas. Setelah diselidiki, ternyata si anak memiliki kebiasaan minum susu coklat di siang hari. Gabungan produk susu dan gula membuat proses pencernaan berjalan lebih lama dan membuat kandungan asam tinggi. Ini berarti makanan berbalik ke esophagus, menyentuh pita suara, dan menyebabkan laryngospasm. Sering kali anak yang terdiagnosa asam refluks diberi obat untuk menahan sekresi alami perut dan asam serta mengurangi gejala. Padahal hal penting yang diperlukan anak adalah menghindari produk gula

  4. Kekebalan Tubuh Lemah

    Tubuh memiliki banyak bakteri bagus yang mencerna makanan, memproduksi vitamin, dan melindungi dari kuman serta penyakit. Tapi ketika anak mengonsumsi terlalu banyak gula, ini bisa mengubah keseimbangan antara bakteri baik dan jahat dan melemahkan sistem kekebalan tubuh. Meski anak masih sering batuk pilek, gejalanya bisa dikurangi bila asupan gula dikurangi.

  5. Pola Makan Yang Buruk

    Anak yang susah makan buah, sayur, dan makanan sehat lainnya bukan berarti ia adalah anak yang pilih-pilih makanan. Tapi ini bisa jadi karena mereka memiliki terlalu banyak zat gula dalam tubuh yang bisa menyebabkan sakit perut dan membuat selera makannya memburuk.

Jenis Makanan Manis Yang Perlu Dihindari Balita

Tak apa bila anak sesekali makan makanan manis tapi dengan banyaknya variasi makanan manis, sebaiknya Bunda mencari tahu mana yang relatif lebih sehat dan mana yang paling baik dhindari. Berikut beberapa makanan yang harus dihindari atau dibatasi:

  • Coklat, meski jadi favorit anak, coklat tinggi lemak dan mengandung kafein, jadi tidak cocok untuk balita.

  • Permen keras dan lolipop. Mengulum permen keras di mulut hingga larut berarti gigi anak terpapar gula untuk waktu yang lama. Ini meningkatkan resiko gigi berlubang dan memicu kerusakan gigi. Permen keras juga bisa membuat anak beresiko tersedak.

  • Biskuit dan donat manis. Makanan ini rendah kandungan nutrisi, tinggi gula dan lemak jenuh, yang membuat anak kelebihan berat badan bila teratur mengkosumsinya, juga merusak gigi.

  • Sereal untuk sarapan dengan kandungan pemanis. Sereal untuk sarapan biasanya tinggi kandungan gula tapi bila sereal adalah makanan makanan manis satu-satunya yang boleh anak makan, ini masih sesuai dengan pola makan sehat. Jangan menambahkan gula lagi ke sereal yang sudah manis. Untuk alternatif yang lebih sehat, Anda bisa berikan anak cornflake plain. Anda bisa tambahkan puree segar atau buah cincang untuk menambahkan rasa pada serealnya.

Makanan Manis Yang Baik Untuk Anak

Ada beberapa makanan manis yang anak suka dan juga mengandung nutrisi. Beberapa contoh makanan manis yang sehat berupa:

  • Buah segar. Tiap musim pasti ada buah manis yang bisa diberikan sesering anak mau. Meski mengandung gula, buah juga mengandung vitamin dan mineral yang baik untuk anak. Anda bisa buat makanan menggunakan buah seperti smoothie, tart, atau pie dengan topping buah, atau campuran salad buah dengan daun mint.

  • Kue atau biskuit plain, meski tidak terlalu sehat, ini jadi alternatif yang lebih baik dibanding kue dengan krim atau biskuit dengan isian yang mengandung gula.

Cara Membantu Anak Mengurangi Konsumsi Gula

Mengurangi jumlah gula yang dikonsumsi anak jadi cara yang baik meski anak mengalami gejala kesehatan tertentu atau dalam kondisi baik. WHO memberi panduan yang merekomendasikan hanya 5 persen dari total kalori harian dari makanan kita yang berasal dari gula. Berikut beberapa perubahan sederhana yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi konsumsi gula pada anak:

  1. Mengganti Gula

    Orangtua perlu mencari pengganti gula karena kita tahu anak akan tertarik dengan makanan yang dimakan teman sebayanya. Jadi daripada memberi es krim, bekukan yoghurt plain dan tambahkan buah segar.

  2. Kurangi Jus

    Ini berlaku untuk jus kemasan. Meski kemasan jus menyebut “100 persen jus,” “organik,” atau “tanpa tambahan gula,” tidak berarti ini jadi pilihan yang sehat. Faktanya jus kemasan mengandung 22 gram gula. Sebagai alternatif, tawarkan air putih dan tambahkan irisan timun, berry, atau jeruk sebagai penambah rasa.

  3. Kurangi Konsumsi Cairan Manis Lain

    Minuman soda sudah pasti harus dihindari, tapi gula juga bisa ada di jus jeruk kemasan, minuman olahraga, dan smoothie. Meski anak melakukan aktivitas olahraga, air putih sudah cukup untuk menghindari dehidrasi.

  4. Berhati-Hati Dengan Alternatif Sehat

    Anda mungkin berpikir madu jadi pilihan yang lebih baik tapi karena sifatnya alami tidak berarti lebih sehat. Anda bisa berkreasi dengan ekstrak vanila, kayu manis, atau biji pala. Daripada sirup pancake, gunakan toping buah segar atau mentega almond. Dengan begitu Anda memberi rasa tanpa menambahkan gula.

  5. Kurangi Yoghurt Di Malam Hari

    Tawarkan yoghurt di siang hari tapi tidak saat menjelang waktu tidur. Periksa label produk untuk memastikan gula tidak ada dalam bahan pertama pembuatan atau berikan yoghurt plain dan tambahkan buah segar.

(Ismawati)