Ibupedia

Jangan Salah Kira! Begini Cara Membedakan Batuk Pilek Biasa dengan Pneumonia Anak

Jangan Salah Kira! Begini Cara Membedakan Batuk Pilek Biasa dengan Pneumonia Anak
Jangan Salah Kira! Begini Cara Membedakan Batuk Pilek Biasa dengan Pneumonia Anak

Batuk pilek memang sering datang dan pergi pada anak-anak. Biasanya orang tua berpikir ini cuma flu ringan yang akan sembuh dengan istirahat dan obat demam. Tapi di balik gejala yang terlihat biasa, ada penyakit yang bisa berkembang diam-diam dan berakibat fatal kalau tidak ditangani sejak awal: pneumonia, atau yang dikenal sebagai radang paru-paru.

Dalam kegiatan Media Session World Pneumonia Day 2025 bertema “Unlocking Every Breath: Together Against Pneumonia” yang diselenggarakan oleh MSD Indonesia di Jakarta Pusat, Senin (10 November 2025), dua dokter anak, dr. Kanya Ayu Paramastri, Sp.A dan dr. Wahyuni Indrawati, Sp.A(K), mengajak orang tua untuk lebih waspada terhadap tanda-tanda pneumonia. Keduanya sepakat, semakin cepat orang tua mengenali gejala, semakin besar peluang paru-paru anak bisa pulih sempurna.

Empat Tanda Kegawatan Pneumonia Anak yang Wajib Dikenali Orang Tua

Pneumonia bukan penyakit yang datang tiba-tiba. Biasanya diawali oleh batuk pilek biasa, lalu gejalanya bertambah berat ketika infeksi sudah menyebar ke paru-paru. Menurut dr. Kanya, ada empat tanda yang menjadi penanda utama. Orang tua tidak perlu menunggu semuanya muncul bersamaan, cukup satu tanda saja sudah alasan kuat untuk segera membawa anak ke dokter.

1. Napas cepat

Anak yang kekurangan oksigen akan bernapas lebih sering daripada biasanya. Pada bayi, napas lebih dari 60 kali per menit tergolong cepat; pada anak 1–5 tahun, lebih dari 40 kali. Hitungan ini memang teknis, tapi secara kasat mata orang tua bisa melihat dada anak naik-turun lebih cepat, seolah ia sedang berlari padahal hanya duduk diam. Napas cepat adalah tanda awal bahwa paru-paru mulai kesulitan menyalurkan oksigen.

2. Cuping hidung kembang-kempis

Saat bernapas, cuping hidung anak tampak membuka dan menutup lebar. Ini bukan kebiasaan lucu, melainkan usaha tubuh untuk menarik udara lebih banyak. Gerakan ini sering kali diikuti wajah pucat atau bibir agak kebiruan karena kurang oksigen.

3. Retraksi dada

Coba perhatikan dada anak saat bernapas. Bila terlihat ada tarikan di bawah leher, di sela iga, atau di perut bagian atas setiap kali ia menarik napas, itu berarti otot-otot pernapasan bekerja keras. Tarikan ini disebut retraksi dan merupakan tanda anak sudah kesulitan bernapas.

4. Struggling breath atau napas yang berat

Anak terlihat berjuang untuk bernapas. Bahunya terangkat, tubuhnya condong ke depan, dan kadang kepala ikut mengangguk-angguk (head bobbing) setiap kali menarik napas. Pada tahap ini, anak biasanya tampak lemas dan tidak sanggup bicara panjang. Kondisi ini gawat dan perlu pertolongan segera.

Dr. Kanya memberi pengingat yang sangat penting, terutama untuk orang tua yang sering menunggu sampai gejala “jelas banget” sebelum ke dokter. “Jangan tunggu semua tanda muncul. Satu saja sudah cukup untuk membawa anak ke fasilitas kesehatan,” ujar dr. Kanya. “Semakin cepat ditangani, semakin kecil risiko komplikasi yang bisa merusak paru-paru anak.”

Penegasan ini penting, karena banyak orang tua mengira pneumonia hanya bisa dideteksi kalau anak sudah terlihat benar-benar sesak. Padahal, tubuh anak selalu memberi petunjuk sejak awal. Yang dibutuhkan hanyalah kepekaan kita untuk membaca tandanya.

Beda Batuk Pilek Biasa dan Pneumonia

Sekilas, pneumonia memang mirip dengan batuk pilek. Sama-sama diawali demam dan hidung tersumbat. Tapi sebenarnya, tubuh memberi sinyal berbeda ketika infeksinya mulai masuk ke paru-paru.

Pada batuk pilek biasa, anak masih tampak ceria. Ia mau makan, masih sempat bermain, dan tidurnya hanya sedikit terganggu. Suaranya mungkin serak, tapi energinya masih cukup. Penyebabnya biasanya virus ringan seperti rhinovirus atau adenovirus, yang bisa sembuh sendiri dalam beberapa hari.

Sedangkan pada pneumonia, anak terlihat lebih lemas dari biasanya. Ia enggan makan dan minum, sering minta digendong, napasnya cepat, dan kadang mengeluh nyeri dada. Gejalanya berkembang cepat, tidak membaik meski sudah dikompres atau diberi obat demam. Bila dibiarkan, anak bisa mengalami kekurangan oksigen.

“Perbedaannya bisa dilihat dari aktivitas anak,” jelas dr. Kanya. “Kalau masih aktif, kemungkinan besar hanya batuk pilek biasa. Tapi kalau mulai sesak, napasnya cepat, atau muncul tarikan di dada, itu sinyal bahaya yang harus segera diperiksa.”

Apakah Paru-Paru Anak Bisa Pulih Sepenuhnya Saat Mengalami Pneumonia?

Pertanyaan ini kerap muncul dari para orang tua setelah mendengar kata pneumonia. Menurut dr. Wahyuni Indrawati, Sp.A(K), kemampuan paru-paru anak untuk pulih bergantung pada seberapa parah infeksi yang terjadi dan seberapa cepat penanganannya dilakukan.

“Tubuh manusia memiliki kemampuan untuk meregenerasi sel-sel yang rusak,” kata dr. Wahyuni. “Kalau pneumonia datangnya masih dini dan segera diobati, paru-paru bisa pulih sepenuhnya. Tapi kalau infeksinya berat atau datang terlambat, kerusakan bisa meluas.”

Pada kasus berat, bagian paru-paru yang rusak bisa membentuk jaringan parut seperti keloid. Jaringan ini tidak lagi elastis, sehingga pertukaran udara terganggu. Anak yang mengalami kondisi seperti ini mungkin membutuhkan bantuan oksigen selama masa pemulihan.

“Itulah mengapa deteksi dini sangat penting,” tambahnya. “Kalau anak dibawa sejak awal, paru-parunya masih bisa diselamatkan.”

Kenapa Pneumonia Pada Anak Bisa Berawal dari Flu Biasa?

Bakteri Streptococcus pneumoniae yang menjadi penyebab utama pneumonia sebenarnya bisa hidup di tenggorokan anak tanpa menimbulkan gejala. Saat daya tahan tubuh menurun karena kurang istirahat, gizi buruk, atau terpapar asap rokok, kuman ini bisa turun ke saluran napas bawah dan menyebabkan peradangan di paru-paru.

Infeksi juga bisa berpindah ke bagian tubuh lain. Dari hidung ke telinga tengah menyebabkan otitis media, ke rongga sinus menjadi sinusitis, bahkan bisa masuk ke darah (bacteremia) atau ke selaput otak (meningitis). Semua itu disebut Invasive Pneumococcal Disease (IPD), dan bisa berakibat fatal tanpa perlindungan vaksin.

Karena itulah, menjaga daya tahan tubuh dan melakukan vaksinasi menjadi langkah pencegahan paling rasional. Pneumonia mungkin dimulai seperti flu biasa, tapi hanya pencegahan yang bisa memastikan itu tetap berhenti di flu biasa.

Vaksinasi PCV: Perlindungan Nyata untuk Paru-Paru Anak

Salah satu cara paling efektif mencegah pneumonia adalah memberikan vaksin Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV). Vaksin ini melindungi dari 13 hingga 15 serotipe bakteri pneumokokus yang paling berbahaya, termasuk dua serotipe baru (22F dan 33F) yang kini ada dalam varian PCV15.

Ikatan Dokter Anak Indonesia merekomendasikan pemberian PCV pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan, lalu dilanjutkan dengan dosis penguat pada usia 12 sampai 15 bulan. Kalau anak belum sempat mendapatkan vaksin PCV sesuai jadwal, orang tua tidak perlu merasa terlambat. Vaksin ini tetap bisa diberikan dan manfaatnya tetap besar, selama mengikuti penyesuaian usia yang direkomendasikan dokter. Program vaksinasi catch up memang disediakan untuk kondisi seperti ini agar anak tetap mendapatkan perlindungan optimal.

Menurut dr. Kanya, orang tua sebaiknya tidak takut jika ada kemungkinan vaksin diberikan lebih dari sekali. “Tidak ada konsep kelebihan vaksin dalam tubuh. Kalau lupa sudah berapa kali, lebih aman mengulang daripada tidak sama sekali,” jelasnya. Beliau menekankan bahwa tubuh hanya akan memproses antibodi yang diperlukan, sementara sisanya akan dieliminasi.

Efek perlindungan vaksin PCV juga sangat jelas terlihat di berbagai penelitian. Pada populasi anak yang menerima vaksin lengkap, risiko terkena pneumonia berkurang secara signifikan. Ketika semakin banyak anak menerima vaksin yang sama, terbentuk perlindungan bersama yang membuat lingkungan lebih aman, bahkan bagi anak-anak yang belum bisa divaksin karena alasan kesehatan.

Walaupun vaksin memberikan perlindungan yang kuat, kebiasaan harian tetap memegang peran penting. Membersihkan tangan dengan sabun, mengajarkan etika batuk yang benar, memastikan udara rumah tetap bersih dan bergerak, memberi makan anak dengan gizi seimbang, serta menjauhkan mereka dari paparan asap rokok adalah langkah-langkah sederhana yang efeknya besar untuk menjaga paru-paru kecil mereka tetap sehat.

Follow Ibupedia Instagram