Ibupedia

Kasus di Bandung Meningkat, Waspadai Gejala HIV Awal Ini

Kasus di Bandung Meningkat, Waspadai Gejala HIV Awal Ini
Kasus di Bandung Meningkat, Waspadai Gejala HIV Awal Ini

Meningkatnya kasus HIV di Bandung yang mayoritas penderitanya adalah mahasiswa dan Ibu rumah tangga membuat kita sebaiknya memahami gejala HIV awal agar dapat segera mendapatkan penanganan yang tepat. Pasalnya, menurut CDC HIV yang tidak ditangani dengan tepat dapat berkembang menjadi AIDS. Bila sudah menjadi AIDS, sistem imun penderita terlalu lemah untuk melawan berbagai jenis infeksi dan penyakit lainnya.

Mengenal HIV Lebih Dalam


HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan jenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh seseorang. Bila seseorang telah terjangkit, maka ia akan hidup dengan HIV selamanya. Dilansir dari Healthline, kondisi ini dikarenakan HIV menyerang hingga ke dalam sel DNA.

Tetapi, dengan pengobatan rutin dan tepat, termasuk juga terapi antiretroviral, HIV dapat dikontrol dan memperbesar potensi hidup penderitanya. Tak hanya itu, orang di sekitar penderita, utamanya pasangan, juga dapat terlindungi.

Infeksi HIV sendiri dimulai dari ditemukannya virus berjenis Simian Deficiency Virus yang menjangkit simpanse di Afrika Tengah pada abad 1800-an. Perpindahan virus ini ke manusia diyakini para peneliti karena perburuan simpanse untuk dikonsumsi dan adanya kontak dengan darah simpanse yang terinfeksi. Perlahan virus ini pun menyebar ke seluruh Afrika dan benua lainnya juga.

Penularan yang mulanya hanya dari kontak dengan darah, pada akhirnya juga berkembang menjadi beberapa cara penularan, seperti cairan vagina, cairan dubur, kehamilan dan ASI. Hingga kini, kasus HIV sudah tersebar ke seluruh benua dengan berbagai macam tingkatan. Untuk mengetahui apakah seseorang terjangkit HIV adalah dengan melakukan tes. Melakukan tes lebih cepat dapat mencegah terjadinya penularan lebih luas.

Gejala HIV Awal


Pada awal seseorang terjangkit HIV, banyak orang yang menunjukkan gejala HIV awal. Tapi tak sedikit juga yang bahkan tidak menunjukkan gejala. Kebanyakan orang yang menunjukkan gejala HIV awal mengalami gejala mirip flu dalam 2 minggu-1 bulan setelah terinfeksi.

 Sayangnya, penyakit lain pun bisa saja memiliki gejala mirip flu. Sehingga untuk keakuratan terjangkit atau tidaknya, perlu dilakukan tes lebih lanjut. Gejala non-spesifik yang mungkin berarti gejala HIV awal diantaranya:

  • Sakit kepala atau nyeri tubuh;
  • Pembengkakan kelenjar getah bening;
  • Demam yang naik turun;
  • Berkeringat saat malam;
  • Kelelahan yang berlebihan;
  • Mual dan muntah;
  • Diare;
  • Kehilangan berat badan;
  • Ruam kulit;
  • Infeksi mulut atau vagina yang berulang;
  • Pneumonia;
  • Muncul herpes.

Meski baru gejala HIV awal, tetapi penderita sudah bisa menularkan HIV pada orang lain. Di masa gejala HIV awal ini muncul, gejala-gejala tersebut bisa datang dan pergi, tapi bisa juga justru berkembang sangat cepat.

Tahapan Gejala HIV


Sangat disarankan bagi seseorang yang memiliki gejala HIV awal untuk segera melakukan tes agar mendapatkan terapi dan pengobatan. Karena bila tidak diobati dengan baik, maka HIV berkembang dalam beberapa tahapan. Berikut penjelasan tahapan gejala HIV

Tahap 1 – Infeksi HIV Akut

Tahap ini terjadi di beberapa minggu setelah terjangkit. Di masa ini, HIV berkembang jumlahnya dengan sangat cepat. Tubuh penderita merespon dengan mengaktifkan sejenis protein yang bertindak sebagai antibodi HIV. Sayangnya ini tidak berlangsung efektif tanpa bantuan terapi dan pengobatan. Apalagi, gejala yang ditimbulkan datang dan pergi, sehingga bahkan penderita mungkin tidak sadar sedang terjangkit HIV.

Tahap 2 – Infeksi HIV Kronis

Di tahap ini HIV semakin aktif dan meningkat jumlahnya di peredaran darah. Tahap ini disebut sebagai infeksi HIV tanpa gejala. Beberapa penderita menunjukkan gejala ringan dan yang datang dan pergi, serta gejalanya juga tidak spesifik menjurus pada HIV. 

Menariknya, tahap ini dapat berlangsung selama tahunan. Bila seseorang telah melakukan tes dan langsung mendapatkan pengobatan, kecil kemungkinan HIV berkembang menjadi AIDS. Tetapi bila tidak segera diketahui, selain memperbesar potensi penyebaran, ini juga akan membuka peluang berkembangnya HIV menjadi AIDS.

Tahap 3 – AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)

Tahap ini merupakan tahapan paling parah dalam infeksi HIV. Jumlah virus telah meningkat drastis. Pada titik ini, penderita sangat mudah terjangkit berbagai jenis penyakit serius. Ini karena virus telah melumpuhkan sistem kekebalan tubuh. Bila pada tahap sebelumnya penderita telah menerima terapi antiretroviral, maka kemungkinan beralih ke tahap ini kecil. Sayangnya, ada tipe HIV yang kebal terhadap terapi ini. Sehingga mengakibatkan penderita lebih cepat mengidap AIDS.

Penderita AIDS harus bertahan dengan berbagai gejala HIVAIDS itu sendiri, serta masih juga berjuang melawan gejala untuk infeksi lain yang mengikuti. Contohnya, seperti mual & muntah yang semakin parah; pembengkakan kelenjar getah bening yang semakin parah terutama pada daerah leher, ketiak dan selangkangan; dan gejala HIV awal yang meningkat semakin parah. Tidak heran bila pada tahap ini penderita juga mengalami kecemasan berlebih dan depresi serta berat badan yang menurun drastis. 

Peningkatan kasus HIV di Bandung membuat kita perlu semakin waspada dan berhati-hati terhadap penyakit ini. Mengingat gejala HIV awal bisa saja mirip dengan gejala penyakit lainnya. Pencegahan lebih baik untuk dilakukan daripada pengobatan setelah terjangkit.

Komisi Penanggulangan AIDS Kota Bandung yang mengeluarkan data terbaru tentang peningkatan kasus HIV di Bandung juga menyarankan waktu-waktu tertentu untuk melakukan tes HIV sedini mungkin, yaitu ketika menyadari telah melakukan hubungan seksual dengan berganti pasangan tanpa menggunakan kondom, ketika menggunakan jarum suntik secara bersamaan, sebelum melakukan pernikahan, dan sebelum memulai program kehamilan.

Bagi pasangan yang telah menikah, alangkah lebih baiknya menghindari hubungan seksual berganti pasangan untuk melindungi diri, pasangan, anak, serta orang lain. HIV masih bisa dicegah, maka lebih baik melakukan pencegahan daripada mengobati.


Editor: Atalya