Kesehatan

Kenali Epiglottitis, Gangguan Tenggorokan yang Mengancam Anak

Kenali Epiglottitis, Gangguan Tenggorokan yang Mengancam Anak

Epiglottitis merupakan kondisi yang berpotensi mengancam keselamatan yang terjadi ketika epiglottis (tulang rawan penutup saluran udara) membengkak dan menahan aliran udara ke paru-paru. Pada epiglottitis, epiglottis terlihat bengkak, memiliki warna seperti sosis merah, sedangkan pada supraglottitis, jaringan supraglottic di belakang epiglottis terlihat bengkak dan memerah.

Sejumlah faktor dapat menyebabkan epiglottis membengkak, seperti terbakar karena cairan panas, cedera langsung pada tenggorokan, dan berbagai infeksi. Penyebab paling umum epiglottitis pada anak di belasan tahun yang lalu adalah infeksi karena Haemophilus influenzae tipe b (Hib), bakteri yang sama yang menyebabkan pneumonia, meningitis, dan infeksi di aliran darah. Epiglottitis bisa terjadi pada usia berapapun.

Vaksinasi Hib yang diberikan rutin pada bayi bisa membuat epiglottitis jarang terjadi, tapi epiglottitis tetap perlu diwaspadai ya Bun. Jika Anda mencurigai anak atau orang lain di rumah mengalaminya, segera cari bantuan medis. Penanganan yang tepat bisa mencegah komplikasi yang mengancam nyawa.

Gejala Epiglottitis

Pada anak, tanda dan gejala epiglottitis bisa berkembang dalam hitungan jam, berupa:

  • Berliur, meski biasanya ia tidak demikian, anak mulai berliur karena sulit untuk menelan.

  • Demam, anak mengalami demam 38C atau lebih.

  • Cemas dan gelisah.

  • Sakit tenggorokan berat, dalam hitungan jam, tenggorokan bayi sangat terasa sakit hingga tidak mau menelan dan menolak makan dan minum.

  • Suara tinggi ketika bernafas (stridor).

  • Kesulitan bernafas, ketika epiglottis membengkak, anak akan kesulitan untuk mendapatkan udara ke paru-parunya.

  • Lebih nyaman ketika duduk atau mencondongkan badan ke depan.

Pada orang dewasa, tanda dan gejala epiglottitis bisa berkembang lebih lambat, selama berhari-hari. Tanda dan gejalanya bisa berupa:

  • Demam

  • Sakit tenggorokan berat

  • Kesulitan menelan

  • Suara parau

  • Kesulitan bernafas

  • Nafas berbunyi (stridor).

Epiglottitis merupakan kondisi darurat. Hubungi rumah sakit jika Anda atau orang yang Anda kenal tiba-tiba mengalami kesulitan bernafas dan menelan. Pastikan penderita tenang dan di posisi tegak, karena posisi ini membuatnya lebih mudah bernafas. Jangan coba memeriksa sendiri tenggorokannya karena bisa membuat situasi menjadi lebih buruk.

Penyebab epiglottitis

Epiglottitis bisa disebabkan oleh infeksi atau cedera.

  1. Infeksi

    Penyebab umum pembengkakan dan peradangan epiglottis dan jaringan sekitarnya adalah infeksi bakteri Haemophilus influenzae tipe b (Hib). Hib juga menjadi penyebab untuk sejumlah kondisi, yang paling umum adalah meningitis.

    Hib menyebar melalui cairan batuk atau bersin di udara. Mungkin saja Hib bersarang di hidung dan tenggorokan tanpa membuat Anda sakit, meski Anda masih berpotensi menyebarkan bakteri ke yang lain.

    Bakteri dan virus lain yang juga menyebabkan peradangan epiglottitis termasuk:

    • Streptococcus A, B dan C, kelompok bakteri yang juga bisa menyebabkan penyakit mulai dari strep throat hingga infeksi darah.

    • Streptococcus pneumoniae (pneumococcus), bakteri yang bisa menyebabkan meningitis, pneumonia, infeksi telinga dan infeksi darah (septicemia).

  2. Cedera

    Cedera fisik pada tenggorokan bisa menyebabkan epiglottitis. Begitu juga terbakar karena minum cairan yang terlalu panas. Anda juga bisa mengalami tanda dan gejala mirip dengan epiglottitis jika:
    • Menelan benda asing.

    • Menelan bahan kimia yang membakar tenggorokan.

    • Menghisap narkoba.

  3. Faktor risiko

    Beberapa faktor bisa meningkatkan risiko terjadinya epiglottitis, termasuk:

    • Jenis kelamin. Epiglottitis terjadi lebih banyak pada laki-laki dibanding perempuan.

    • Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Jika sistem kekebalan tubuh anak lemah karena penyakit atau obat, ia lebih rentan terhadap infeksi bakteri yang dapat menyebabkan epiglottitis.

    • Vaksin tidak lengkap. Imunisasi yang tertunda atau terlewat bisa membuat anak rentan terhadap Hib dan meningkatkan resiko epiglottitis.

Komplikasi epiglottitis

Epiglottitis bisa menyebabkan sejumlah komplikasi, termasuk:

  • Gagal nafas. Epiglottis adalah bagian tutup kecil yang bisa bergerak tepat di atas larynx yang mencegah makanan dan minuman masuk ke saluran udara. Tapi jika epiglottis menjadi bengkak, baik karena infeksi atau cedera, jalan udara menjadi sempit dan bisa menjadi terhambat. Ini bisa memicu gagal nafas, kondisi yang mengancam keselamatan dimana tingkat oksigen di darah menurun atau tingkat karbon dioksida menjadi sangat tinggi.

  • Penyebaran infeksi. Kadang bakteri yang menyebabkan epiglottitis menyebabkan infeksi lain di tubuh seperti pneumonia, meningitis atau infeksi darah.

Pencegahan epiglottitis

Imunisasi dengan vaksin Hib jadi cara efektif untuk mencegah epiglottitis yang disebabkan oleh Hib. Di Amerika anak biasanya menerima vaksin ini 3 atau 4 kali pada usia 2, 4, 6 bulan, dan 12 hingga 15 bulan jika anak diberikan 4 dosis vaksin.

Vaksin Hib umumnya tidak diberikan pada anak lebih dari usia 5 tahun atau orang dewasa karena mereka kurang beresiko mengalami infeksi Hib. Tapi vaksin ini sangat dianjurkan pada anak dan orang dewasa yang sistem kekebalan tubuhnya lemah karena:

  • HIV/AIDS

  • Pengangkatan limpa

  • penyakit sickle cell

  • Kemoterapi

  • Obat untuk mencegah penolakan transplantasi organ atau tulang sumsum.

Efek samping vaksin HiB:

  • Reaksi alergi. Segera dapatkan bantuan medis jika Anda mengalami reaksi alergi. Meski jarang, reaksi alergi bisa menyebabkan kesulitan bernafas, lemah, nafas berbunyi, detak jantung cepat, atau pusing dalam 5 menit atau beberapa jam setelah pemberian suntikan.

  • Efek samping ringan. Berupa kemerahan, hangat, atau bengkak pada area suntikan dan demam.

Tentunya vaksin Hib tidak memberi jaminan sepenuhnya. Anak yang diimunisasi tetap mungkin mengalami epiglottitis, dan bakteri lain bisa menyebabkan epiglottitis juga. Langkah pencegahan lain yang bisa dilakukan untuk menghindari penyakit ini adalah:

  • Sering mencuci tangan.

  • Jangan berbagi penggunaan barang pribadi.

  • Gunakan cairan pembersih tangan bila sabun dan air tidak tersedia.

Penanganan epiglottitis

Pasien dengan supraglottitis atau epiglottitis biasanya sembuh ketika jalan udara sudah aman dan terapi antibiotik dilakukan. Bila diagnosa belum pasti, dokter bisa melakukan penyinaran dengan sinar X pada leher bayi untuk melihat apakah epiglottis mengalami bengkak. Bayi juga perlu tes darah untuk memeriksa bakteri.

Setelah dokter yakin bayi mengalami epiglottitis, hal paling pertama yang harus dilakukan adalah membuka jalan nafasnya. Anda bisa mendampingi bayi di ruang operasi dan membantu menahan lengannya ketika ia diberi anestesi umum. Anestesi membuat dokter bisa memeriksa bayi dengan aman dan menempatkan saluran nafas melewati epiglottis yang bengkak.

Selanjutnya, ia akan di bawa ke ICU dan diberi cairan infus dan antibiotik hingga dokter merasa pasti infeksi sudah terkontrol dan bengkak berkurang serta bayi bisa bernafas dengan mudah. Ini biasanya butuh sekitar dua atau tiga hari.

Setelah itu bayi perlu menginap di rumah sakit satu atau dua hari lebih lama untuk menerima cairan infus, antibiotik untuk membunuh bakteri, dan obat anti peradangan untuk membantu mengurangi bengkak. Ketika dibawa pulang, Anda harus terus memberi antibiotik selama sebulan untuk menghilangkan bakteri yang ada di sistem tubuhnya.

(Ismawati)