Kesehatan

6 Jenis Ruam Bayi dan Cara Menanganinya

6 Jenis Ruam Bayi dan Cara Menanganinya

Ruam bayi terjadi ketika kulit mengalami iritasi oleh reaksi alergi terhadap bakteri, virus, makanan, material logam, serta faktor lainnya. Ruam bayi jadi salah satu penyebab paling umum orang tua membawa buah hatinya untuk mengunjungi dokter.

Pada kebanyakan kasus, ruam bayi tidak mengindikasikan kondisi berbahaya, tapi pada beberapa kasus bisa demikian. Bila anak memiliki kesehatan yang baik dan tidak menunjukkan gejala lain, Ibu cukup mengobservasi ruam bayi selama beberapa hari.

Banyak jenis ruam bayi akan hilang tanpa membutuhkan penanganan. Bila ruam bayi disertai demam tinggi, kesulitan bernafas, muntah, atau penurunan kesehatan secara umum, bawa anak ke dokter, karena sering kali sulit menjelaskan kondisi ruam melalui telepon.

Satu jenis ruam bayi bisa memiliki penyebab berbeda-beda, jadi biarkan dokter memastikan seperti apa ruam yang dialami anak, bagaimana penyebarannya, seberapa besar ukurannya, berapa lama ruam muncul, dan apakah terasa gatal.


Ruam yang sering dialami bayi, penyebab, dan penanganannya

Berikut ini jenis-jenis ruam bayi yang umum terjadi di beberapa bulan pertama usia bayi:


  1. Hives

    Ruam bayi yang paling umum adalah hives, terasa sangat gatal dan berupa tonjolan pada permukaan tubuh, sering berbentuk melingkar dengan bagian tengah berwarna pucat. Hives bisa terjadi akibat dari reaksi alergi terhadap obat, makanan, infeksi virus, atau sengatan dan gigitan serangga. Ruam bayi ini muncul di sekujur tubuh dan biasanya berlangsung selama 3 hingga 4 hari sebelum menghilang. Hives lokal biasanya mengindikasikan kontak kulit langsung dengan unsur yang bayi tidak bisa terima seperti tanaman, serbuk sari, atau makanan.

    Kebanyakan kasus hives bersifat ringan dan bisa ditangani di rumah. Gejala yang perlu ditangani adalah rasa gatalnya. Antihistamin yang diminum jadi cara paling mudah dan paling aman untuk mengatasi hives akut. Dokter anak bisa meresepkan obat yang lebih kuat bila obat yang dijual bebas tidak bekerja. Selain itu, krim cortisone 0.5 atau 1 persen bisa membantu mengatasi rasa gatal. Kompres dingin juga bisa membantu meredakan ruam jenis ini. Hives bukan ruam yang berbahaya, tapi Ibu perlu memastikan hives tidak bertambah parah.

    Pastikan mendatangi dokter bila anak mengalami kasus yang parah, bila ruam bayi tidak merespon antihistamin, atau berlangsung lebih dari beberapa hari. Hives disertai angioedema (pembengkakan) membutuhkan perhatian dokter. Dokter bisa meresepkan antihistamin yang lebih kuat atau steroid oral untuk meredakan bengkak. Dan pada kasus yang jarang, reaksi alergi bisa mengancam keselamatan, anak membutuhkan suntikan epinephrine untuk membalikkan reaksi dengan cepat.


  2. Impetigo

    Impetigo bisa terjadi di bagian tubuh mana saja yang memiliki luka atau goresan pada kulit. Ruam bayi ini biasanya muncul akibat dari goresan, gigitan, atau iritasi ringan yang menjadi terinfeksi dengan bakteri streptococcus atau staphylococcus.

    Ruam bayi ini awalnya berbentuk luka yang lambat laun menjadi merah dan berair, bernanah, dan perlahan menguning. Bila anak menggaruk luka, bakteri bisa menyebar pada kulit dan menyebabkan lebih banyak luka yang berkembang dalam beberapa hari dan berlangsung 4 hingga 6 hari sebelum mengering dan membentuk kudis. Biasanya impetigo ditangani dengan antibiotik yang dioles atau diminum.

    Hubungi dokter bila anak mengalami impetigo, tapi pada kebanyakan kasus kondisi ini bisa ditangani di rumah. Cuci kulit yang terkena impetigo dengan sabun antibakteri dan air beberapa kali dalam sehari dan lalu gunakan salep antibakteri. Kondisi ini akan membaik dalam satu atau dua minggu. Bila tidak ada tanda kesembuhan dalam beberapa hari dan anak masih mengalami demam karena impetigo, hubungi dokter yang akan meresepkan salep atau antibiotik oral yang lebih kuat.


  3. Cradle cap (seborrhea)

    Cradle cap (seborrhea) sering muncul di usia 1 hingga 2 bulan. Muncul serpihan kekuningan di kulit kepala dan bisa menimbulkan ruam iritasi berwarna kemerahan pada wajah, belakang telinga, leher, dan bahkan ketiak. Dokter bisa memberitahu Ibu penanganan terbaik untuk kondisi yang umum ini, bergantung gejala ruam bayi.

    Cara alami untuk mengatasi cradle cap bisa dengan minyak kelapa yang tanpa racun, aman untuk bayi, dan memiliki banyak kandungan baik yang tidak ditemukan pada jenis minyak lain, termasuk kandungan anti jamur dan anti bakteri. Bila cradle cap disebabkan oleh jamur, sebaiknya atasi penyebabnya, bukan hanya mengatasi gejalanya. 

    Ibu bisa membeli minyak kelapa di toko kesehatan. Untuk mendapat hasil terbaik, pastikan minyak kelapa yang Ibu pilih bukan produk minyak campuran. Pilih yang organik bila memungkinkan.

    Cara mudah berikutnya untuk mengatasi cradle cap adalah dengan menggunakan minyak zaitun. Harganya lebih terjangkau dibanding minyak kelapa tapi kandungan manfaatnya cukup banyak. Bila Ibu tidak bisa mendapat minyak kelapa, Ibu mungkin punya minyak zaitun di rumah yang bisa segera Ibu gunakan.

    Minyak jojoba juga baik untuk kulit dan memiliki kandungan anti peradangan dan antibiotik. Tapi bila bayi memiliki kulit yang sensitif, Ibu perlu menghindarinya karena bisa menyebabkan iritasi pada kulit kepala bayi yang sensitif. Ibu bisa mencampur minyak jojoba dengan minyak lain, tapi hanya gunakan dalam jumlah sedikit.


  4. Eczema

    Eczema berupa warna merah dan terasa gatal di kulit, sering terlihat pada dada, lengan, kaki, wajah, siku, dan di belakang lutut bayi. Eczema disebabkan oleh kulit kering, sensitif, dan alergi. Meski kadang sulit untuk tahu apa yang memicu eczema di usia bayi yang masih sangat kecil, dokter bisa menentukan apakah ruam bayi terlihat seperti eczema dan meresepkan penanganan yang tepat. Umumnya, penanganan terdiri dari:

    • Penggunaan sabun dengan formula ringan

    • Menggunakan deterjen yang ringan dan tanpa pewangi pakaian untuk pakaian bayi

    • Menggunakan pelembab kulit

    • Menggunakan krim steroid seperti hydrocortisone, atau yang lebih kuat bila eczema tidak juga hilang.

    • Ada kecenderungan eczema sebagai kondisi turunan. Jadi anak lebih mungkin mengalami ruam bayi jenis ini bila Ibu atau keluarga dekat mengalami eczema, asma, atau alergi.

    Eczema bukan reaksi alergi terhadap unsur tertentu, tapi penyebab alergi atau iritasi dari lingkungan seperti serbuk bunga atau asap rokok bisa memicunya. Yang kurang sering terjadi, eczema bisa dipicu oleh penyebab alergi pada makanan anak atau makanan Ibu bila Ibu menyusui.

    Ruam bayi ini bisa juga muncul karena panas, penyebab iritasi yang kontak dengan kulit seperti wol atau bahan kimia (dalam sabun, pewangi, lotion, dan deterjen), perubahan suhu, dan kulit kering. Stres juga dapat memicu munculnya eczema.

    Pada beberapa anak, makanan pemicu alergi bisa memicu eczema atau membuatnya semakin parah. Bila Ibu atau dokter mencurigai eczema anak disebabkan makanan tertentu, kemungkinan penyebabnya adalah susu sapi, telur, kedelai, gandum, kacang, dan ikan.

    Ibu perlu menghilangkan semua makanan ini dari menu makan anak dan dari menu makan Ibu bila Ibu menyusui. Catatan khusus untuk orang tua bayi, bila Ibu menggunakan susu formula dan bayi mengalami eczema, dokter bisa menyarankan menggantinya ke varian hypoallergenic (tapi bukan kedelai). Ini tidak selalu jadi solusi tapi tak ada salahnya dicoba.

    Bicara pada dokter bila ruam tidak membaik setelah menjalankan saran di atas, dokter bisa meresepkan steroid topikal ringan yang bisa dibeli bebas. Bila varian ini tidak berhasil, dokter akan meresepkan steroid yang lebih kuat. Krim atau salep steroid bisa membantu mengatasi siklus eczema yang keras kepala.

    Pastikan memberitahu dokter bila anak mengalami demam, atau muncul tanda infeksi lain, area hangat ketika disentuh, atau muncul bisul atau serpihan berwarna kuning.


  5. Prickly heat (biang keringat)

    Ruam bayi jenis ini biasanya paling sering jadi masalah untuk para ibu. Prickly heat terlihat seperti tonjolan kecil kemerahan, biasanya muncul di area tubuh yang cenderung kepanasan dan berkeringat seperti leher, area popok, dan ketiak. Penanganannya dengan menjaga area ini tetap kering dan menghindari kepanasan dengan memakaikan pakaian longgar. 

    Anak-anak, terutama bayi, rentan mengalami biang keringat. Kelenjar keringat bayi belum sepenuhnya berkembang dan kulit tidak terbiasa dengan perubahan suhu yang cepat. 

    Bayi cenderung mengalami biang keringat pada wajah dan lipatan kulit di sekitar leher dan pangkal paha. Seperti kebanyakan ruam bayi, biang keringat biasanya tidak berbahaya dan hilang dengan sendirinya. Bayi bisa rewel dan sulit tenang ketika mengalami sensasi gatal akibat biang keringat.

    Penanganan biang keringat bisa menggunakan:

    • Lotion calamine

    • Steroid topikal

    • Anhydrous lanolin

    • Pakaian yang longgar

    • Menghindari produk untuk kulit yang mengandung petroleum atau minyak mineral.

    • Cara pertama untuk mengatasi biang keringat adalah menghindari penyebab iritasi yang menyebabkan kulit berkeringat. Pastikan Ibu segera mengganti pakaian si kecil yang basah karena keringat. Setelah berada di lingkungan yang lebih sejuk, sensasi gatal di bawah kulit butuh waktu untuk mereda. 

    Lotion calamine jadi cara alami untuk mengatasi biang keringat.  Lotion digunakan untuk mendinginkan kulit. Krim hydrocortisone pada dosis rendah juga bisa membuat rasa gatal hilang. 

    Cara paling efektif menghindari ruam bayi jenis biang keringat adalah menghindari situasi yang menyebabkan keringat berlebih. Bila bayi akan berada di cuaca yang panas atau lembab, kenakan baju longgar berbahan katun.  

    Bila melihat benjolan kecil berwarna merah di kulit bayi, lihat lingkungannya, apakah ia memakai pakaian berlapis, apakah pakaian cocok dengan suhu, dan apakah urin mengindikasikan dehidrasi. Mandi air dingin bisa memberi rasa tenang pada anak. Jaga kulit tetap kering dan hindari produk yang berbahan dasar minyak yang bisa menyumbat pori-pori kulit. Hubungi dokter anak bila bayi mengalami demam lebih dari 38 derajat Celsius atau muncul gejala lain.


  6. Infeksi jamur (candidiasis)

    Infeksi jamur muncul dengan cara berbeda pada bayi. Pada lidah, disebut oral thrush dan terlihat seperti bercak ASI tapi tidak bisa hilang ketika dilap. Di area popok, candisiasis terlihat seperti ruam kemerahan yang intens, sering berupa benjolan kecil di bagian pinggirnya. Infeksi jamur menyukai kelembaban, area gelap, jadi akan Ibu temukan kemerahan pada lipatan paha bayi. Penanganan candisiasis dengan jel atau obat cair anti jamur atau krim anti jamur untuk area popok. 

    Thrush pada mulut bayi biasanya hilang dalam waktu 2 minggu, dan orang tua disarankan memonitor infeksi tanpa penggunaan obat. Kadang dokter akan meresepkan obat tetes atau jel yang harus dioleskan di sekitar mulut, tidak hanya pada bagian lidah. Bila bayi menyusu, puting ibu membutuhkan penanganan yang sama untuk mencegah infeksi saling menularkan. Karena thrush mulut bisa mempengaruhi aktivitas menyusu, dokter perlu diberitahu bila gejala berlanjut.

    Bergantung usia bayi, dokter bisa menyarankan penambahan lactobacilli pada makanan, dalam bentuk yoghurt. Lactobacilli menjadi bakteri baik yang bisa membasmi jamur. Cara penanganan lain dengan minyak kelapa, minyak tea tree, serta baking soda bisa dicoba untuk mengatasi thrush pada bayi.

    Sedangkan ruam popok karena infeksi jamur bisa ditangani dengan cara:

    • Mencuci tangan sebelum dan setelah mengganti popok.

    • Sering periksa popok bayi, dan ganti segera setelah menjadi basah atau kotor.

    • Gunakan air tawar. Ketika perlu membersihkan kotoran di kulit bayi, gunakan pembersih yang ringan.

    • Perlahan keringkan area popok hingga bersih dan kering, jangan menggosoknya.

    • Bila menggunakan tissu basah, pilih yang ringan. Coba hindari tissu basah yang mengandung parfum atau alkohol. Atau gunakan lap bersih yang lembut.

    • Pastikan area popok benar-benar bersih dan kering sebelum memakaikan popok baru.

Pada beberapa bulan pertama usianya, ruam bayi bisa muncul dengan disertai gejala lain seperti demam, nafsu makan menurun, atau batuk, membutuhkan penanganan dokter sesegera mungkin.

Meski kebanyakan ruam bayi tidak bersifat serius, beberapa membutuhkan perhatian sangat seksama. Benjolan berisi cairan dengan warna jernih kekuningan bisa mengindikasikan infeksi serius seperti bakteri infeksi atau herpes.

Bercak merah atau ungu kecil (petechiae) pada tubuh bisa disebabkan oleh infeksi virus atau berpotensi infeksi bakteri sangat serius. Warna petechiae tidak menjadi cerah ketika ditekan. Bayi dengan potensi petechiae perlu segera dievaluasi oleh dokter.


Ruam yang biasa dialami newborn dan hilang dengan sendirinya

Kulit bayi baru lahir rentan terkena berbagai jenis ruam. Untungnya kebanyakan ruam tidak berbahaya dan hilang dengan sendirinya.

  • Jerawat kemerahan (neonatal acne), kadang disebabkan oleh paparan hormon ibu saat berada di rahim. Neonatal acne tidak membutuhkan penanganan, dan terjadi selama beberapa minggu atau bulan pada kulit bayi.

  • Erythema toxicum, juga merupakan ruam bayi yang umum ditemui sesaat setelah bayi lahir. Bentuknya seperti bercak merah yang timbul dan ada titik putih atau kuning di bagian tengahnya. Penyebab Erythema toxicum tidak diketahui dan hilang tanpa penangan setelah beberapa hari atau minggu.

  • Kulit kering dan mengelupas, bisa terlihat pada semua bayi normal, tapi terutama terlihat pada bayi yang lahir terlambat. Kulit di bawahnya normal, lembut, dan lembab.

  • Benjolan putih kecil pada hidung dan wajah (milia), disebabkan oleh kelenjar minyak yang tersumbat. Ketika kelenjar minyak melebar dan terbuka dalam beberapa hari atau minggu, benjolan ini akan hilang.

  • Salmon patch (disebut juga gigitan bangau, di belakang leher atau diantara mata), merupakan kumpulan pembuluh darah yang kemungkinan disebabkan oleh hormon ibu. Kondisi ini memudar dengan sendirinya setelah beberapa minggu atau bulan.

  • Mongolian spots atau bercak biru, biasa muncul di bagian tubuh bayi yang berkulit gelap. Bentuknya datar, berwarna biru-abu dan hampir seperti memar dan bisa besar atau kecil ukurannya. Mongolian spots disebabkan oleh pigmen yang tidak mencapai lapisan atas ketika kulit bayi terbentuk. Kondisi ini tidak berbahaya dan biasanya hilang saat anak memasuki usia sekolah.


Ruam bayi jenis lainnya bisa muncul pada kulit bayi setelah beberapa hari, minggu, bahkan bulan.


(Ismawati, Yusrina)