Kesehatan

Kenali Manfaat Singkong, Efek Samping dan Cara Penangannya

Kenali Manfaat Singkong, Efek Samping dan Cara Penangannya

Sebagai umbi yang sudah dikenal sebagai makanan pokok di Indonesia, manfaat singkong tentu tak diragukan lagi. Singkong juga merupakan makanan pokok di wilayah Afrika, Asia lainnya dan Amerika Latin. Bahkan, baru-baru ini singkong mulai naik pamor karena diolah menjadi tepung singkong yang gluten free dan berperan menggantikan tepung terigu.

Olahan khas Indonesia yang menggunakan daun singkong banyak ragamnya. Mulai dari gulai daun singkong, tumis teri daun singkong, sampai buntil daun singkong. Sedangkan umbinya dapat dikukus, diolah menjadi getuk, diparut lalu dikukus dan dicampur gula merah, dihaluskan lalu digoreng, direndam air garam lalu digoreng, dibuat tepung untuk diolah menjadi kue, bahkan difermentasi menjadi tape.

Manfaat Singkong, Si Umbi di Tanah Tandus

Manfaat singkong tidak hanya pada akarnya, daunnya pun dapat dikonsumsi sebagai sayuran pelengkap. Dilansir dari Very Well Health, ekstrak daun singkong pernah diteliti mampu mengatasi diare seperti obat diare dari bahan kimia. Meskipun penelitian lebih lanjut tetap dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini.

1. Sumber Karbohidrat Pengganti Nasi Tinggi Kalori


Di dalam 100 gram singkong rebus, terhitung ada 27 gram karbohidrat dan 112 kkal. Jumlah ini hampir serupa dengan kandungan 100 gram nasi putih. Artinya, mengonsumsi singkong dapat menggantikan konsumsi nasi. Bahkan dibandingkan umbi-umbian lainnya, singkong memiliki kalori paling tinggi. Tetapi perlu digarisbawahi bahwa konsumsi makanan yang tinggi kalori tetap harus dibatasi.

2. Manfaat Singkong yang Mengandung Pati Resistan


Dilansir dari laman Healthline, singkong mengandung pati resistan yang mirip sifatnya seperti serat. Pati resistan ini memiliki manfaat sebagai makanan bakteri baik di usus yang menekan peradangan dan mendukung kesehatan pencernaan. Selain itu, pati resistan ini mampu menjaga berat badan karena mendukung metabolisme tubuh yang lebih baik serta mengurangi risiko diabetes. Bila saat mengonsumsi singkong kamu merasa lebih cepat kenyang, hal ini karena peranan pati resistan yang mengontrol gula darah, membuat cepat kenyang dan mengurangi rasa lapar.

3. Manfaat Singkong yang Kaya Serat


Singkong juga mengandung serat yang mampu mencukupi kebutuhan serat harian per 100-125 gr sajian. Konsumsi serat yang cukup tentu akan memperlancar pencernaan dan bebas dari masalah sembelit.

4. Membantu Penyerapan Vitamin A


Menurut laman Well + Good, sebuah penelitian mengemukakan bahwa singkong mengandung provitamin A karotenoid yang membantu penyerapan vitamin A di dalam tubuh. Sehingga mendukung kesehatan mata dan mengurangi risiko masalah kesehatan yang diakibatkan oleh kekurangan vitamin A.

5. Manfaat Singkong yang Tinggi Antioksidan


Tahukah kamu bahwa singkong juga tinggi antioksidan? Kandungan vitamin C, vitamin A dan beta karoten yang tinggi merupakan sumber antioksidan yang meningkatkan imunitas, meningkatkan fungsi kerja mata dan kulit, menangkal radikal bebas, mengurangi kambuhnya asma serta menjaga tubuh dari risiko kanker.

Adakah Efek Samping Mengonsumsi Singkong?

Sayangnya, selain manfaat singkong, ada pula efek sampingnya. Singkong jika tidak diolah dengan benar atau dikonsumsi melebihi jumlah batasan memiliki efek samping. Dibalik nutrisi dan kandungan gizi yang baik dalam singkong, ditemukan juga sifat anti-nutrien. Anti-nutrien biasa ditemukan pada makanan berbasis tanaman. Meski begitu, sifat anti-nutrien ini dapat dikurangi bahkan dihilangkan dengan pengolahan sumber makanan yang tepat.

Selain itu, singkong mengandung glikosid sianogenik yang akan melepaskan sianida di dalam tubuh jika dikonsumsi sangat sering dan dalam jumlah yang cukup banyak. Apalagi jika konsumsi singkong ini tidak diimbangi dengan pemenuhan protein yang cukup dan penerapan gizi seimbang pada asupan makanan.

Kemampuan singkong untuk menyerap bahan kimia berbahaya di tanah juga dapat memengaruhi kesehatan. Senyawa arsenik dan kadmium dikenal mampu terserap oleh singkong. Sehingga ada kemungkinan, senyawa ini ikut dalam singkong yang dikonsumsi manusia.

Bagaimana dengan Ibu hamil, Ibu menyusui dan bayi? Apakah singkong boleh mereka konsumsi?


Singkong dapat mengganggu fungsi kelenjar tiroid. Pada ibu hamil, meski jumlah yang sedikit tidak akan memengaruhi kehamilan, tetapi bila memiliki masalah dengan kelenjar tiroid tidak dianjurkan untuk mengonsumsi singkong.

Sedangkan pada ibu menyusui dan bayi, mengonsumsi singkong melebihi dari anjuran (yaitu 60-90 gram sesekali) dapat meningkatkan jumlah phytoestrogen yang disalurkan lewat ASI. Hal ini dapat mengganggu fungsi kelenjar tiroid bayi. Meski sedikit manfaat singkong untuk ibu menyusui dan bayi, bukan berarti singkong sama sekali tidak boleh dikonsumsi. Caranya adalah:

  • Kupas bersih kulit terluar dan kulit di bagian dalam.
  • Rendam beberapa lama untuk mengurangi sifat anti-nutriennya.
  • Masak sampai benar-benar matang untuk menghindari risiko keracunan.
  • Makan dalam jumlah secukupnya, sekitar 60-90 gr untuk Ibu hamil dan menyusui, serta 100-125 gr untuk mereka yang tidak hamil dan menyusui. Untuk bayi yang mulai makan, jumlahnya sebaiknya juga semakin dikurangi. Frekuensi makan singkong juga sebaiknya ‘sesekali’.
  • Pilih tepung singkong atau tepung tapioka bila ingin menikmati manfaat singkong tanpa perlu mengkhawatirkan adanya kandungan glikosid sianid. Tepung singkong dan tepung tapioka memiliki sangat sedikit bahkan tidak ada kandungan glikosid sianid. Karena tepung singkong kini telah menjadi salah satu bahan pengganti tepung terigu, kamu bisa tetap menikmati manfaat singkong lewat olahan makanan berbahan tepung singkong atau tapioka.
  • Konsumsi singkong bersama dengan sumber protein untuk   meminimalisir glikosid sianid. Variasikan jenis makanan yang dikonsumsi bersama dengan singkong.

Mengenal singkong lebih jauh membuat kamu lebih memahami hal lain yang mengikuti selain manfaat dari kandungan nutrisinya. Ini akan membantu untuk menambahkan tindakan preventif  agar tetap nyaman mengonsumsi singkong.

Penulis: Mega Pratidina Putri
Editor: Dwi Ratih