Kesehatan

Kenali Sindrom Einstein pada Anak dan Perawatan yang Tepat!

Kenali Sindrom Einstein pada Anak dan Perawatan yang Tepat!

Sindrom Einstein merupakan salah satu gejala yang dapat terjadi pada anak-anak dan berkaitan erat dengan kemampuan bicaranya. 

Melansir dari laman Healthline, sindrom einstein adalah suatu kondisi ketika seorang anak mengalami keterlambatan berbicara atau keterlambatan pada kemampuan bahasanya namun ia menunjukkan bakat di bidang pemikiran analitis lainnya. 

Pemikiran analitis yang dimaksud adalah sebuah pemikiran yang berkaitan tentang memahami suatu kondisi, situasi, atau masalah dengan memetakan hal kompleks tersebut menjadi lebih sederhana sehingga pemecahan masalah menjadi lebih mudah. 

Orang dengan pemikiran analitis juga mampu memberikan banyak pilihan alternatif penyelesaian masalah dengan beragam hasil dan konsekuensinya.

Einstein syndrome ini memungkinkan anak kesulitan berbicara namun bukan berarti tidak akan berbicara sama sekali karena nantinya ia akan lancar berbicara tanpa masalah apapun. Bahkan anak yang mengalami sindrom einstein tetap memiliki bidang terdepan meskipun mengalami keterlambatan dalam berbicara. 

Asal Mula Sindrom Einstein


Mengutip dari laman Global Teletherapy, Einstein Syndrome awal mulanya ditujukan kepada ilmuwan Albert Einstein yang merupakan ilmuwan paling cerdas dan berpengaruh besar pada dunia di abad ke-20. 

Albert Einstein adalah ilmuwan bersertifikat dan sudah diakui dunia kehebatannya namun beliau juga mengalami keterlambatan berbicara. Einstein dikabarkan tidak bisa berbicara dengan kalimat penuh hingga ia berusia 5 tahun. 

Hal inilah yang membuktikan bahwa sindrom einstein bukan sebuah penghalang seseorang memiliki kecakapan intelektual dan memiliki pencapaian yang tak kalah menakjubkan dibandingkan dengan orang lain dengan kemampuan berbicara yang lebih cepat atau tepat pada usianya.

Sindrom einstein pertama kali diciptakan oleh Thomas Sowell, ia adalah seorang ekonom di Amerika. Beliau menuturkan bahwa sindrom einstein atau keterlambatan bahasa pada anak sering kali dianggap sebagai gejala autisme, namun tidak semua anak dengan keterlambatan bahasa mengalami autisme. 

Di antara anak-anak dengan sindrom seperti ini justru akan berkembang menjadi pemikir analitis yang sukses dan dihormati nantinya.

Sementara itu, melansir dari laman Healthline, studi populasi membuktikan bahwa hanya sebagian kecil anak yang terlambat bicara memiliki gangguan ASD (Autism Spectrum Disorder)

Persentasenya adalah 1 dari 9 atau 10 anak dalam populasi umum adalah anak dengan keterlambatan bicara, dan 1 dari 50 atau 60 anak menunjukkan gejala ASD. Keterlambatan bahasa sangat umum pada anak-anak dengan diagnosa ASD, namun ini bukan satu-satunya tanda dan perlu pemeriksaan lebih lanjut. 

Para tenaga medis juga diharapkan tidak serta merta memberi diagnosa ASD pada anak yang terlambat bicara, namun sebaiknya pemeriksaan secara lengkap dan rinci dilakukan untuk diagnosa yang lebih tepat.

Karakteristik Sindrom Einstein

Perkembangan anak yang belum sesuai dengan tonggak tumbuh kembangnya memang sering kali membuat para orang tua khawatir, namun Ibu bisa datang ke ahlinya untuk terus memantau hal ini. 

Sementara itu, dalam buku Thomas Sowell yang terbit tahun 1997 berjudul “Late Talking Children”, diungkapkan bahwa ada beberapa karakteristik khusus pada sindrom einstein seperti berikut ini:

1. Kemampuan Analitis dan Musik yang Luar Biasa


Anak dengan einstein syndrome biasanya memiliki kemampuan analitis yang diluar dugaan dan jauh di atas anak seusianya. Kemampuan ini meliputi dapat memetakan permasalahan yang ada, dapat memecahkan masalah, menemukan solusi, hingga memberi beberapa alternatif tentang bagaimana masalah akan diselesaikan. 

Kemampuan analitis juga banyak dikaitkan dengan kemampuan matematika ataupun otak kiri. Selain itu, kemampuan bermusik anak dengan sindrom einstein juga dianggap bagus dan layak untuk dikembangkan. Dengan penuturan yang seperti ini, diharapkan orang tua tidak putus asa pada anak yang mengalami keterlambatan bahasa dan bicara.

2. Memori yang Sangat Kuat

Kemampuan memori atau mengingat suatu hal dan semacamnya yang datangnya melalui panca indera akan langsung diproses ke otak. Beberapa memori akan berlangsung lama dan beberapa diantaranya hanya berlangsung sebentar atau short term memory. 

Pada anak dengan sindrom einstein ternyata memiliki kemampuan mengingat yang juga luar biasa. Ia tak mudah lupa pada apapun yang pernah ia alami. Penting sekali untuk memberi memori indah padanya supaya dapat tersimpan sebagai kenangan baik dan tidak memunculkan trauma.

3. Anak dengan Kemauan Keras


Pernahkah mendengar Strong-Willed kid atau anak dengan kemauan keras? Anak-anak dengan diagnosa Strong-Willed Kid ini bukanlah anak yang nakal, namun ia punya kemauan keras yang berarti dan ini menjadi salah satu karakter einstein syndrome

Apa yang ia inginkan memiliki tujuan tertentu, misalnya memenuhi kebutuhannya, ingin menyelesaikan sesuatu, atau mewujudkan suatu misi. Maka bila ini terjadi pada anak Ibu, ada baiknya tidak dicegah namun didampingi dan difasilitasi. 

Contoh dari perilaku ini seperti: anak ingin sekali bermain air, menuang dari satu gelas ke gelas lain. Bisa jadi ini bukan hanya berarti ingin bermain air biasa, namun ia ingin tahu bagaimana air dari satu gelas ke gelas lainnya dapat berpindah. Selain bagus untuk perkembangannya, kegiatan ini akan melatih koordinasi mata, tangan, dan otaknya.

4. Selektif Terhadap Suatu Hal

Anak hanya mau minum air putih tanpa perasa apapun, atau anak hanya mau menggunakan gelas plastik saja dan bukan kaca? Ini bisa jadi salah satu karakter anak dengan sindrom einstein karena ia selektif terhadap hal-hal yang ia inginkan atau butuhkan. 

Apa bedanya dengan picky eater? Picky eater hanya terjadi bila dihadapkan pada makanan saja, namun untuk kasus selektif terhadap suatu hal bisa jadi ke arah yang lebih luas dan berkaitan dengan dirinya sendiri.

5. Penundaan Pada Toilet Training


Melatih anak untuk belajar menggunakan kamar mandi sesuai kebutuhan dan melepas popoknya memang bukan hal yang mudah. Beberapa anak ada yang sudah beres melaksanakan toilet training di usianya 2 tahun, namun ada juga anak yang agak lama lulus toilet trainingnya. 

Salah satu karakteristik anak sindrom einstein akan lebih lama untuk lulus toilet training, namun tidak berarti anak yang belum bisa lepas popok adalah anak dengan einstein syndrome ya Bu. Melatihnya dengan sabar dan seksama tetap perlu dilakukan, selebihnya Ibu bisa berkonsultasi kepada dokter anak. 

6. Memiliki Kemampuan Khusus

Kemampuan khusus di sini adalah kemampuan membaca dan mengenal angka atau komputer lebih dini dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki diagnosa sindrom einstein. 

Beberapa anak bahkan bisa jadi sangat tertarik dengan angka atau huruf di awal usianya meskipun ia belum bisa membaca atau ia dapat membaca sesuatu meskipun belum begitu mengenal artinya.

7. Memiliki Kerabat Dekat dengan Ciri Khas yang Sama


Memiliki kerabat dekat dengan kemampuan analitis dan bermusik yang luar biasa bisa jadi salah satu hal yang menurun pada si kecil dengan diagnosa sindrom einstein. 

Kemampuan seperti ini ada baiknya terus diasah namun sebagai orang tua, Ibu juga wajib menanyakan apa yang benar-benar membuat si kecil nyaman sehingga bakat dan minatnya lebih tepat sasaran.

8. Konsentrasi Penuh Pada Suatu Hal

Apakah si kecil sering kali berkonsentrasi keras pada hal yang amat dia sukai? Bila iya, bisa jadi sindrom einstein ada pada dirinya. Hal ini dapat mencakup pada banyak hal, misalnya ia sangat suka bermain puzzle atau lego dan sering kali tidak dapat diganggu saat asyik bermain dengan mainannya. 

Supaya ia tetap dapat berkomunikasi dengan baik, Ibu bisa dampingi ia saat bermain dan ajak si kecil berinteraksi ringan.Semua karakteristik sindrom einstein ini masih perlu dibicarakan lebih lanjut kepada ahlinya karena gambarannya sangat umum serta belum ada penelitian yang benar-benar mengesahkan sindrom yang satu ini. 

Pengobatan Sindrom Einstein


Perlu diketahui bahwa diagnosa sindrom einstein ataupun ASD tak dapat dilakukan sendirian dan Ibu tetap perlu mendatangi dokter spesialis anak dan dokter tumbuh kembang anak supaya dapat diberikan sejumlah perawatan yang diperlukan. 

Keterlambatan bahasa ekspresif dan reseptif atau berjuang untuk dapat berbicara dan memahami apa yang dikatakan tetap memerlukan evaluasi lebih lanjut, terapi yang lebih intensif, dan bantuan Ibu serta keluarga di rumah untuk menstimulasi kemampuan wicara si kecil.

Stimulasi Kemampuan Bicara Anak


Selain melakukan treatment khusus di rumah tumbuh kembang anak atau rumah sakit terhadap diagnosa sindrom einstein, si kecil tetap bisa di stimulasi supaya kemampuan bicaranya bisa terus terasah. 

Berikut ini beberapa kegiatan yang dapat Ibu lakukan untuk membantu mengasah kemampuan bahasa dan bicara si kecil, dilansir melalui laman American Speech-Language-Hearing Association.

1. Usia 0 – 2 Tahun

Interaksi harus dilakukan sedini mungkin untuk mengasah kemampuan bahasa dan bicaranya. Pada usia ini, ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan:

  • Mengucapkan “ma”, “da”, dan “ba”, biarkan ia mulai mengikutinya.
  • Tatap mata bayi kemudian buatlah seolah-olah sedang berbicara dengannya.
  • Buatlah momen bicara yang seru saat sedang mandi, makan, atau bersantai.
  • Tirukan suara binatang dan beritahu ia suara binatang apa.
  • Tunjukkan bentuk, warna, atau benda apa saja lalu sebutkan, ia akan mendengarkannya.
  • Beritahu kepadanya dengan siapa ia sedang bicara, misal: “Ini mama, ini papa, kakak, dsb.”
  • Membacakan buku dongeng yang menarik untuknya.
  • Bermain dengan alat musik atau suara binatang.

2. Usia 2 – 4 Tahun

Pada usia ini sudah lebih matang dan si kecil sudah dapat mengerti lebih banyak hal, lakukan hal ini untuk memperbanyak kosakatanya:

  • Bernyanyilah untuknya atau bersamanya.
  • Membaca buku cerita yang penuh banyak hal seru seperti mengenal binatang, benda, anggota keluarga, dsb.
  • Melakukan permainan “ya” atau “tidak” dan ajukan pertanyaan-pertanyaan menyenangkan.
  • Melakukan permainan seru seperti menyebutkan nama hewan, angka, atau warna.
  • Bicara dengan bahasa yang jelas dan dengan nada tegas sehingga ia mudah mengerti.
  • Membicarakan benda dan apa saja kegunaannya, buat ia nyaman dan mengerti tentang cerita yang sedang Ibu utarakan.

3. Usia 4 – 6 Tahun

Anak dengan usia pra sekolah seperti ini dapat mengerti lebih banyak kosakata dan perkataan orang dewasa. Ibu dan orang sekitar harus dapat berhati-hati saat mengucapkan sesuatu karena bisa jadi akan diikuti olehnya. Bila terlihat si kecil belum begitu lancar berbicara, gunakan trik berikut ini:

  • Memperhatikan anak saat ia berbicara kepada kita, ini akan membuatnya merasa diperhatikan dan lebih berharga.
  • Sebaliknya, dapatkan perhatian anak terlebih dahulu saat orang tua akan berbicara padanya.
  • Beri pujian saat ia berhasil melakukan sesuatu, atau hiburlah ia ketika ia mendapatkan hal yang tak ia inginkan. Jadilah pendengar yang baik.
  • Terus bantu si kecil untuk memperkaya kosakatanya, salah satunya bercerita sebelum tidur atau menunjukkan hal-hal yang dirasa baru untuknya.
  • Bermain games tebak sesuatu, berikan sejumlah pertanyaan atau tebakan dan biarkan ia menebak jawaban yang benar.
  • Ajarkan dan kenalkan si kecil dengan sejumlah perintah seperti: “ayo cuci tanganmu.” ; “berdoa dulu sebelum makan” ; dsb.
  • Menonton film kartun yang seru dan menarik buatnya. Di sini ia juga bisa belajar kosakata yang lebih banyak.

Editor: Dwi Ratih