Istilah leukemia mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Penyakit ini merujuk pada kanker sel darah putih. Ketika seseorang terkena leukemia, ada sejumlah sel darah putih abnormal yang banyak diproduksi di sumsum tulang. Sel darah putih memadati sumsum tulang dan memenuhi aliran darah, tapi tidak bisa melakukan fungsinya untuk melindungi tubuh dari penyakit.
Ketika leukemia berlanjut, kanker mempengaruhi tubuh ketika memproduksi sel darah putih, termasuk sel darah merah dan trombosit. Kondisi ini menyebabkan anemia (jumlah sel darah merah yang rendah) dan masalah pendarahan, juga peningkatan risiko infeksi yang disebabkan oleh sel darah putih yang abnormal.
Jenis-Jenis Leukemia
Bunda, secara umum, leukemia dikelompokkan menjadi bentuk akut (berkembang cepat) dan kronis (berkembang perlahan). Pada anak, leukemia biasanya bersifat akut. Leukemia akut pada anak juga dibagi menjadi acute lymphoblastic leukemia (ALL) dan acute myeloid leukemia (AML), bergantung pada apakah yang terkena sel darah putih tertentu yang disebut lymphyocytes atau myelocytes, yang terkait dengan pertahanan kekebalan.
Bentuk ALL kebanyakan terjadi pada anak kurang dari usia 2 hingga 8 tahun, tapi bisa terjadi pada usia berapapun. AML bisa terjadi pada usia berapapun, tapi lebih umum sebelum usia 2 tahun dan selama masa remaja. Kebanyakan anak dengan leukemia ALL, sekitar 20 persen mengalami AML. Jenis leukemia lain, seperti chronic myelogenous leukemia (CML) atau juvenile myelomonocytic leukemia (JMML), kurang umum terjadi.
Penyebab Leukemia
Meski para ahli tidak tahu secara pasti apa yang menyebabkan leukemia, beberapa jenis leukemia pada anak terkait dengan faktor genetik atau lingkungan. Anak memiliki kemungkinan lebih besar mengalami ALL atau AML bila mereka kembar identik yang terdiagnosa penyakit ini pada usia muda. Kembar non-identik dan saudara kandung lain dengan leukemia memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit ini. Juga anak yang mewarisi masalah genetik tertentu seperti Down sindrom, memiliki risiko lebih tinggi mengidap leukemia.
Anak yang menerima radiasi atau kemoterapi untuk jenis kanker lain juga berisiko lebih tinggi mengidap leukemia. Ini juga terjadi pada anak yang menerima obat untuk menekan sistem kekebalan setelah transplantasi organ.
Pada kebanyakan kasus, baik orangtua maupun anak tidak bisa mengontrol faktor yang memicu leukemia. Kebanyakan leukemia muncul dari mutasi yang tidak diwarisi pada gen sel darah yang tumbuh. Untuk membatasi risiko paparan radiasi pranatal sebagai pemicu leukemia (terutama ALL), wanita yang hamil atau kemungkinan hamil harus selalu menginformasikan dokter sebelum melakukan tes atau prosedur medis yang melibatkan radiasi (seperti sinar X).
Gejala Leukemia
Karena sel darah putih yang melawan infeksi bersifat defektif, anak dengan leukemia mengalami lebih banyak infeksi virus dan bakteri. Sel darah putih penting untuk melawan infeksi, tapi sel darah putih yang tidak matang dari leukemia tidak bisa melakukan fungsinya dengan baik. Anak dengan leukemia bisa sering mengalami infeksi virus atau bakteri. Gejalanya berupa batuk, demam, dan hidung berair. Infeksi tidak kunjung membaik, meski dengan penggunaan antibiotik atau pengobatan lain.
Anak juga mengalami anemia karena leukemia mempengaruhi sumsum tulang yang memproduksi oksigen yang membawa sel darah merah. Ini membuat anak sering terlihat pucat, dan sering merasa lelah dan terengah-engah ketika bermain. Sel darah merah membantu pendistribusian oksigen ke seluruh tubuh. Bila aliran darah ke otak berkurang, bicara anak menjadi tidak jelas. Jika Bunda ingin tahu apakah anak memiliki jumlah sel darah merah yang rendah atau tidak, Anda bisa melakukan tes darah.
Anak dengan leukemia mudah mengalami memar dan berdarah. Mimisan atau pendarahan bisa dialami anak saat ia terkena goresan kecil karena leukemia menghancurkan kemampuan sumsum tulang untuk memproduksi trombosit pembeku darah.
Gejala leukemia lainnya bisa berupa:
Rasa sakit pada persendian tulang, kadang menyebabkan pincang.
Kelenjar getah bening bengkak di leher, pangkal paha, atau di bagian tubuh lain.
Rasa lelah yang abnormal.
Selera makan buruk.
Demam tanpa gejala.
Nyeri perut disebabkan olah sel darah abnormal yang berkumpul di organ seperti ginjal, liver, atau limpa.
Kadang penyebaran leukemia ke otak bisa menyebabkan sakit kepala, seizure, masalah keseimbangan, dan penglihatan. Bila ALL menyebar ke kelenjar limpa di dalam dada, massa yang membesar bisa memenuhi trachea (saluran nafas) dan pembuluh darah penting, sehingga memicu masalah pernafasan dan menganggu aliran darah dari dan menuju jantung.
Tes Untuk Mendeteksi Leukemia
Untuk menentukan apakah anak mengidap leukemia, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa adanya tanda infeksi, anemia, pendarahan abnormal, dan kelenjar limpa yang bengkak. Dokter juga akan meraba bagian perut anak untuk memeriksa liver dan limpa karena organ ini bisa membesar oleh kanker.
Dokter juga melihat riwayat medis dengan menanyakan gejala, kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, obat yang diminum anak, alergi, dan masalah lainnya. Setelah pemeriksaan, dokter akan melakukan CBC (complete blood count) untuk mengukur jumlah sel darah putih, darah merah, dan trombosit di darah anak. Sampel darah akan diperiksa di bawah mikroskop untuk memeriksa jenis sel darah abnormal tertentu yang biasanya terlihat pada pasien pengidap leukemia.
Lalu, bergantung hasil pemeriksaan fisik dan tes darah sebelumnya, anak kemungkinan membutuhkan:
Biopsi dan aspirasi sumsum tulang, dimana sampel sumsum tulang diangkat, biasanya dari bagian belakang pinggang untuk dites.
Biopsi kelenjar limpa, dimana kelenjar limpa diangkat dan diperiksa di bawah mikroskop untuk menemukan sel abnormal.
Spinal tap, dimana sampel cairan spinal diangkat dari punggung bawah dan diperiksa. Ini akan meunjukkan apakan leukmia sudah menyebar ke sistem saraf pusat (otak dan medula spinalis).
Penyinaran dengan sinar X, USG, CT scan, atau MRI.
Selain tes dasar di atas, evaluasi sel bisa dilakukan, termasuk penelitian genetik untuk membedakan antara jenis leukemia tertentu dan bentuk sel leukemia spesifik. Anak akan menerima anestesi atau obat untuk prosedur yang menimbulkan rasa sakit.
Pemeriksaan rutin bisa menemukan gejala dini leukemia bila kanker ini terkait dengan masalah genetik turunan, penanganan kanker sebelumnya, atau penggunaan obat untuk transplantasi organ. Anak yang terdiagnosa leukemia akan dirujuk ke spesialis kanker anak untuk evaluasi, penanganan dan monitoring mendalam.
Penanganan Leukemia
Penanganan leukemia biasanya melibatkan tim spesialis, termasuk perawat, pekerja sosial, psikolog, ahli bedah dan profesional kesehatan lainnya. Kondisi tertentu pasien seperti usia dan jumlah sel darah putih awal digunakan untuk membantu dokter menentukan jenis penanganan yang paling baik kemungkinan sembuhnya.
Kemoterapi jadi penanganan utama untuk anak dengan leukemia, meski kombinasi dosis dan obatnya bisa berbeda. Kemoterapi leukemia yang intensif memiliki efek samping tertentu, termasuk rambut rontok, mual dan muntah, serta peningkatan risiko infeksi atau pendarahan jangka pendek, juga masalah kesehatan potensial nantinya. Tim dokter akan mengawasi efek samping yang mungkin terjadi dan melakukan tindakan untuk mengatasinya bila diperlukan. Jenis penanganan lain bisa berupa terapi radiasi (sinar energi tinggi yang membunuh sel kanker), targeted teraphy (obat tertentu yang mengidentifikasi dan menyerang sel kanker tanpa menyakiti sel normal), dan transplantasi batang sel (pengenalan batang sel sehat ke tubuh).
(Ismawati)