Balita

14 Ciri Ciri Anak Hiperaktif

14 Ciri Ciri Anak Hiperaktif

Anak hiperaktif dan anak aktif itu beda tipis. Cara membedakan ciri ciri anak hiperaktif yang mempengaruhi kemampuannya untuk belajar dan perilaku yang normal pada anak usia 4 tahun akan terasa sulit karena attention deficit disorder (ADD) menjadi semakin umum terjadi.

Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) adalah kondisi gangguan kesehatan mental anak di usia prasekolah yang kini makkin sering ditemukan. Satu dari tiap 11 anak usia sekolah didiagnosa mengalami ADHD. Tapi perlu diingat, 40 persen dari semua anak usia 4 tahun memang kesulitan untuk fokus pada sesuatu. Jadi kita perlu mengetahui perilaku mana yang jadi tanda ADHD agar anak bisa menerima penanganan dan diagnosa yang tepat.

Ciri Ciri Anak Hiperaktif

ADHD merupakan kondisi yang akan dialami si kecil seumur hidup. ADHD perlu diketahui sejak dini karena bisa mempengaruhi perkembangan belajar dan akademik. Dengan memahami variasi otak yang terjadi pada orang dengan ADHD, kita bisa membantu mendiagnosa dan menangani anak dengan tepat. Misalnya, penelitian menunjukkan kalau area otak yang disebut caudate nuclei ukurannya lebih kecil pada anak dengan ADHD dibanding anak normal. Area ini bertanggung jawab untuk kemampuan motorik dan kontrol kognitif.

Ibu, ada ciri ciri anak hiperaktif yang terlihat dan perlu diwaspadai. Orang tua bisa berkonsultasi dengan dokter bila melihat ciri ciri anak hiperaktif berikut ini pada anak usia 3 atau 4 tahun:

  1. Berlari dan bergerak sangat cepat sehingga menyebabkan cedera serius berupa jahitan meski setelah diminta untuk berhenti.
  2. Sering sekali memanjat, meski ketika tidak diminta.
  3. Selalu bergerak seperti menggoyangkan lutut terus-menerus, tidak bisa duduk tanpa menggeliat, atau kaki yang selalu bergerak, disertai gerakan naik-turun.
  4. Untuk usia 4 tahun, tidak bisa melompat dengan satu kaki.
  5. Kadang berperilaku seperti orang asing.
  6. Tidak mau bermain tenang bersama teman lain, dan sering menunjukkan agresi yang membuatnya harus dipisahkan dari anak-anak lain.
  7. Tidak bisa fokus lebih dari beberapa menit.
  8. Lebih berisik dibanding teman bermainnya.
  9. Tidak takut  pada situasi yang bisa membahayakan anak.
  10. Menolak berpartisipasi di aktivitas yang membutuhkan perhatian selama lebih dari satu atau dua menit.
  11. Sulit memproses informasi jadi salah satu ciri ciri anak hiperaktif. Anak kesulitan memproses informasi dengan akurat. Ini bisa menciptakan masalah di kelas ketika anak diminta untuk duduk tenang dan merespon instruksi dengan benar.
  12. Ciri ciri anak hiperaktif berikutnya adalah sangat mudah frustasi dan kesulitan mengatur emosi. Gejala ini bisa mengganggu hubungan sosial, memicu rasa terisolasi, dan rasa percaya diri menurun.
  13. Anak dengan ADHD bisanya kesulitan mengatur, merencanakan, memprioritaskan, memperhatikan, dan mengingat hal detail. Ini bisa menjadi masalah di berbagai situasi, termasuk dalam aktivitas olahraga setelah sekolah, ketika anak diminta bersiap, mengingat apa yang telah diajarkan, dan tiba tepat waktu.
  14. Ciri ciri anak hiperaktif lainya adalah kurang matang dari segi perkembangan dibanding anak di usia yang sama. Sehingga anak usia 11 tahun yang mengalami ADHD bisa berpikir atau berperilaku seperti anak kecil, bukan seperti anak yang beranjak remaja. Ini berarti anak remaja yang mengalami ADHD tidak bisa membuat keputusan tepat dalam berteman, mengambil risiko, dan berpotensi melakukan aktivitas berbahaya.

Bila anak Anda sangat berenergi dan sulit diminta duduk tenang, ini mungkin adalah salah satu ciri ciri anak hiperaktif. Tapi bila ia masih bisa mengontrol emosi, memperhatikan, dan merespon dengan baik di sekolah dan di rumah, perilakunya yang sangat bernergi ini hanyalah merupakan tanda kalai ia hanya anak yang aktif.

Meski ciri ciri anak hiperaktif yang utama adalah ketidakmampuan untuk fokus memperhatikan dan selalu bersikap impulsif, tidak semua anak atau orang dewasa dengan ADHD akan menunjukkan gejala ini.

Banyak ciri ciri anak hiperaktif yang harus diketahui selain hanya bersikap aktif dan penuh energi. Tapi Bu, bila Anda cemas dengan perkembangan anak, tak apa memeriksakannya ke dokter anak.

Efek dari perilaku anak hiperaktif

Sekarang ada banyak sekali info bertebaran tentang ADHD, jadi bisa dipahami kalau Anda khawatir dengan kondisi si kecil yang terlihat tidak bisa diam, tidak mau duduk tenang lebih dari dua menit, dan selalu sibuk dengan mainan saat ia bersuia sekitar 15 bulan. Sebenarnya jangan terlalu khawatir karena fokus perhatian anak-anak pada usia ini memang kurang dari dua menit.

Bila si kecil mengalami ADHD, Ibu harus mempersiapkan diri karena kondisi ADHD bisa mempengaruhi semua aspek kehidupan anak. ADHD juga bisa berdampak pada orangtua dan saudara kandung, mengganggu fungsi keluarga dan hubungan pernikahan orangtua.

Efek merugikan dari ADHD disebabkan oleh berbagai aspek gangguan yang terjadi sepanjang kehidupan anak. Selama di sekolah dasar, anak dengan ADHD sering mengalami kegagalan akademik, penolakan teman, percaya diri rendah, gangguan tidur, hubungan anak dan orangtua yang tidak baik serta gangguan fungsi keluarga.

Ketika hubungan keluarga sangat renggang, ada yang sampai menyebabkan stres yang berkaitan dengan sosial dan finansial.

Ketika anak merasa sedih, anak bisa menunjukkan perilaku agresif, dan menambah stres keluarga. Ibu dari anak hiperaktif lebih mungkin mengalami depresi lho. Sedangkan saudara kandung dari anak hiperaktif akan sering merasa menjadi korban dari tindakan agresif dari saudaranya yang hiperaktif. Banyak anak yang juga merasa cemas dan sedih karena diminta merawat dan melindungi kakak atau adiknya  yang hiperaktif.

Remaja yang hiperaktif bisa mengalami konflik dengan orangtua dan kurang mampu berteman dibanding remaja lain. Mereka punya risiko lebih tinggi untuk putus sekolah, melanggar aturan, hamil di usia remaja, dan mengalami kecelakaan lalu lintas.

Ibu, kondisi hiperaktif bisa terus mempengaruhi kehidupan anak hingga dewasa. Sebanyak 60 persen individu terus menunjukkan gejala signifikan ketika dewasa. Orang dewasa yang hiperaktif lebih mungkin mengalami masalah interpersonal dengan atasan dan rekan kerja.

Mereka lebih mungkin diberhentikan dari pekerjaan. Orang dewasa yang hiperaktif sering punya masalah dalam membina hubungan. Bila tidak ditangani, orang dewasa yang hiperaktif punya risiko lebih tinggi terjebak dalam penyalah-gunaan obat. Orang dengan ADHD juga mengeluarkan biaya kesehatan lebih tinggi untuk dirinya dan keluarganya.

Penyebab anak hiperaktif

Tidak hanya satu faktor saja yang  menyebabkan anak hiperaktif. Baik faktor keturunan dan faktor non keturunan, keduanya saling mempengaruhi. Jadi sebenarnya tidak diketahui secara pasti apa yang jadi penyebab ADHD, tapi faktor genetik menjadi komponen yang utama.

ADHD biasanya menurun di keluarga. Penelitian menunjukkan faktor keturunan berkontribusi tinggi, sekitar 71 sampai 90 persen. Jadi, anak dengan orangtua atau saudara kandung ADHD, 8 kali lebih mungkin juga mengalami ADHD. Selain faktor keturunan, interaksi lingkungan juga berperan penting.

Sebuah ulasan dari The Journal Of Child Psychology and Psychiatry menyimpulkan penyebab ADHD adalah karena hal-halberikut ini:

  1. Kehamilan dan kelahiran

    Ibu yang merokok, stres, dan mengonsumsi alkohol selama hamil dipercaya lebih berisiko melahirkan anak hiperaktif. Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah dan prematur juga lebih mungkin sebabkan ADHD.

    Tapi seperti telah disebutkan sebelumnya, ini hanya faktor risiko yang terkait. Perlu diingat, tidak ada penelitian konklusif yang membuktikan kalau faktor ini bisa menyebabkan ADHD pada anak.

  2. Racun

    Pestisida dan racun dari produk industri seperti PCB juga sering dikaitkan dengan faktor risiko ADHD.

    Meski tidak banyak bukti yang mendukung hubungan faktor ini dan gangguan hiperaktif, racun ini tetap berbahaya dan terbukti dapat menyebabkan masalah kesehatan lain, seperti masalah memori. Jadi racun ini harus sebisa mungkin dihindari.

  3. Timbal

    Timbal merupakan racun yang perlu dihindari. Karena terkait dengan terjadinya ADHD, timbal bisa menyebabkan kerusakan parah perkembangan neuro lainnya.

  4. Menonton televisi dan video games

    Sebagian orangtua meyakini menonton TV atau bermain video games terlalu banyak bisa menyebabkan ADHD. Tapi masih ada pro kontra mengenai hal ini. Ada penelitian yang mengamini fakta tersebut. Tapi ada penelitian paling baru melakukan eksperimen yang mirip dengan penelitian lama dan melakukan analisa kembali menggunakan data yang sama. Hasil akhir dari penelitian tersebut alaha mereka tidak menemukan kesimpulan yang menyatakan terlalu banyak menonton TV bisa menyebabkan gangguan hiperaktif.

    Oleh karena itu, penelitian yang lebih mendalam sangat dibutuhkan untuk menjawab perdebatan ini. Meski hasilnya belum bisa disimpulkan, nggak ada salahnya untuk kita membatasi durasi anak menonton TV sejak usia dini.

  5. Nutrisi

    Ada penelitian yang menyatakan kalau anak hiperaktif bisa disebabkan karena mereaka kekurangan beberapa nutrisi seperti zinc, magnesium, dan asam lemak tak jenuh ganda.  Tapi ada juga penelitian yang tidak setuju akan hal ini.

  6. Sensitivitas pada pewarna makanan

    Sebuah penelitian menemukan korelasi antara pewarna tambahan pada makanan dan ADHD.

Menghadapi Anak Aktif

Ciri ciri anak hiperaktif biasanya tidak terdiagnosa pada anak berusia kurang dari 5 atau 6 tahun karena perilaku yang sangat aktif adalah hal normal pada batita dan usia prasekolah. Tapi kajian ilmiah tentang ADHD menggambarkan gangguan ini sebagai hiperaktif-impulsif yang tidak sesuai dengan usia anak.

Anak berusia kurang dari 5 tahun yang terdiagnosa ADHD biasanya menunjukkan perilaku impulsif  tingkat berat yang membuatnya berada dalam bahaya, seperti berlari ke jalan raya atau melompat dari ketinggian.

Selain itu, ciri ciri anak hiperaktif biasanya menunjukkan gejala yang mengganggu fungsinya (kesulitan berteman atau belajar, tidak mengikuti aturan) pada lebih dari satu tempat, seperti di rumah dan di sekolah.

Yang perlu Anda awasi pada anak usia prasekolah adalah apakah tingkat aktivitasnya sejalan dengan caranya berinteraksi dengan anak lain, misalnya apa si kecil mau menunggu giliran. Anda juga perlu pastikan tingkat aktifnya tidak mempengaruhi kemampuannya untuk belajar.

Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk membantu si kecil yang aktif:

  • Pastikan anak mendapat tidur yang cukup karena anak cenderung lebih aktif ketika terlalu lelah. Kebanyakan anak usia 15 bulan butuh sekitar 13 jam tidur di malam hari.

  • Lakukan rutinitas, terutama di sesi transisi seperti saat masuk ke mobil untuk pergi ke suatu tempat. Misalnya, ingatkan kalau sudah waktunya untuk pergi, bantu ia mengakhiri aktivitas yang sedang ia kerjakan, dan minta ia memilih buku atau mainan untuk dibawa ke mobil. Rutinitas akan membantunya tahu apa yang akan terjadi dan ia bisa bersiap.

  • Minta anak membantu Anda melakukan aktivitas sehari-hari, seperti meletakkan sendok di meja atau memungut daun kering.

  • Beri anak kesempatan untuk bermain secara aktif tapi aman seperti main di area bermain. Saat cuaca dingin dan hujan, Ibu bisa main di rumah. Kura senergi si kecil dengan membuat berbagai “rintangan” dari bantal di dalam ruangan yang harus ia loncati.

  • Bacakan buku secara interaktif. Saat membacakan buku, Ibu bisa minta anak membuka halaman buku dan ajak ia menunjuk hewan atau benda di gambar.

  • Beri waktu pada anak untuk bisa tenang. Batasi waktu bermain setidaknya satu jam sebelum waktu tidur dan 30 menit sebelum tidur siang. Lakukan aktivitas yang menenangkan selagi menunggu jam tidur tiba.

Ingat ya Bu, anak aktif bukanlah anak yangng liar atau tidak bisa dikontrol, mereka hanya perlu banyak bergerak. Meski anak punya banyak sekali energi, Anda bisa membantunya untuk lebih tenang. Bila anak terlalu aktif, mungkin saja karena ia masih anak-anak.

Anak usia prasekolah misalnya, biasanya ia sangat aktif, sering bergerak cepat dari satu aktivitas ke aktivitas lain. Anak yang lebih besar dan remaja juga punya energi banyak dan tidak memiliki rentang perhatian seperti orang dewasa.

Wajar bila Anda salah mengira kalau anak mengalami ADHD hanya karena tingkat energi si kecil sangat tinggi. Tapi bersikap terlalu aktif bukanlah tanda mutlak dari kondisi ADHD.

Apakah ciri ciri anak hiperaktif bisa muncul karena makanan manis?

Pernah nggak merasa anak menjadi sangat aktif saat ia makan permen terlalu banyak? Banyak orang mengira kalau konsumsi gula yang berlebihan bisa memicu perilaku anak yang hiperaktif. Sebenarnya anggapan ini tidaklah benar. Ada beberapa penelitian yang membandingkan perilaku dan cara belajar satu kelompok anak yang diberi makanan berpemanis dengan kelompok lain yang diberi pengganti gula, hasilnya tidak ada bedanya. Meski begitu, nggak ada salahnya untuk membatasi anak mengonsumsi makanan manis demi kesehatannya.

Apakah ciri ciri anak hiperaktif muncul karena zat tambahan pada makanan?

Bila bukan karena gula, bagaimana dengan pewarna pada makanan atau zat tambahan lain? Apakah pewarna makanan bisa membuat anak menunjukkan ciri ciri anak hiperaktif? Pada sebagian besar anak, jawabannya mungkin tidak. Tapi beberapa penelitian menunjukkan kalau beberapa anak dengan ciri ciri anak hiperaktif bisa sensitif terhadap bahan tambahan ini.

Bila Ibu mencurigai kalau pewarna makanan adalah penyebab yang membuat anak hoiperaktif, maka Anda bisa coba mengurangi makanan yang mengandung pewarna makanan, seperti permen, soda, sereal dengan warna cerah, dan makanan siap saji. Lalu lihat apakah ada perubahan pada perilaku anak setelah Ibu membatasi semua makaanan tersebut?

Menghadapi Anak Hiperaktif

Anak biasanya sering merasa gelisah bila ia tidak melakukan aktivitas fisik yang cukup untuk membakar energi. Anda bisa membantu anak berolahraga, misalnya dengan mengajaknya berjalan-jalan atau bersepeda. Jangan lupa juga selalu luangkan waktu untuk keluarga. Kadang anak hiperaktif perlu waktu yang tenang bersama orang tua. Berpelukan di sofa dengan selimut dan membacakan buku untuk anak akan membuatnya merasa lebih tenang.

(Ismawati)