Peran nutrisi di 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) manusia, merupakan hal yang sangat krusial dan wajib dipenuhi. Mengapa? Sebab, kebutuhan nutrisi yang tidak terpenuhi dengan baik sejak di dalam kandungan hingga ketika anak lahir, bisa mengganggu tumbuh kembang si Kecil.
Terganggunya tumbuh kembang seringkali dikaitkan dengan stunting pada anak. Dilansir dari Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), anak yang terganggu tumbuh kembangnya akibat pola makan yang buruk, rentan mengalami berat badan rendah, berperawakan pendek, infeksi yang berulang dan cenderung memiliki risiko yang lebih besar untuk sakit bahkan meninggal¹.
Menurut WHO, anak dengan kondisi stunting mencerminkan dampak kumulatif dari kekurangan gizi dan infeksi sejak lahir, dan bahkan sebelum lahir¹. Stunting terjadi akibat dari kekurangan nutrisi dalam jangka panjang, dan seringkali mengakibatkan terhambatnya perkembangan mental, kinerja sekolah yang buruk, dan berkurangnya kapasitas intelektual.
Namun, stunting pada anak sejatinya bisa dicegah kok, Parents. Upaya pencegahan stunting bisa dilakukan pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), atau sejak Ibu pertama kali hamil.
Stunting dan Kaitannya dengan Kekurangan Gizi
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, stunting pada anak merupakan kondisi ketika si Kecil mengalami kekurangan gizi dengan tingkat kronik, alias sudah berlangsung lama². Stunting pada anak sering dikaitkan dengan perawakan tubuh yang sangat pendek, berdasarkan panjang/tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO.
Stunting terjadi dikarenakan kondisi ireversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat yang terjadi dalam 1000 HPK. Meskipun stunting pada anak dikaitkan dengan perawakan tubuh pendek, tapi Ibu perlu memahami bahwa tidak semua anak pendek sudah pasti mengalami stunting.
Kemenkes RI menyebutkan, beberapa faktor lain yang dicurigai jadi penyebab stunting pada anak adalah:
- Faktor sosio-ekonomi (Hidup di bawah garis kemiskinan)
- Faktor pendidikan dan pengetahuan yang rendah mengenai praktik pemberian makanan untuk bayi dan batita
- Kekurangan gizi (Termasuk tidak tercukupinya kebutuhan ASI)
- Kekurangan protein dalam menu lengkap pada saat MPASI
- Kekurangan bahan makanan, akibat sulitnya akses menuju daerah tempat tinggal
- Ada kelainan metabolisme bawaan
- Ada masalah kesehatan seperti infeksi kronik dan penyakit-penyakit berbahaya, yang lalai dicegah akibat tidak segera melakukan imunisasi.
Selain itu, stunting juga nggak sama dengan gizi buruk ya, Parents. Karena, stunting adalah kondisi perawakan anak pendek di bawah rata-rata tinggi normal anak, sementara gizi buruk/wasting adalah proporsi berat badan anak terhadap tinggi badan sangat kurang (Di bawah batas normal).
Sementara itu perbedaan lainnya adalah, jika stunting pada anak disebabkan oleh kekurangan gizi jangka panjang. Maka, gizi buruk justru sebaliknya, yang diakibatkan oleh kekurangan asupan nutrisi dalam waktu yang relatif lebih singkat.
Apa Saja Dampak Stunting pada Anak?
Menurut sebuah penelitian tahun 2021 yang dilakukan oleh Acta Biomedica, berjudul; "Early and Long-term Consequences of Nutritional Stunting: From Childhood to Adulthood" ketika seorang balita stunting, maka hal ini sangat berisiko terhadap tumbuh kembangnya. Beberapa dampak stunting pada anak yang lebih kompleks di antaranya³:
- Buruknya perkembangan dan kapasitas belajar anak
- Peningkatan risiko infeksi dan penyakit tidak menular
- Peningkatan terhadap penumpukan lemak yang sebagian besar terjadi di bagian tengah tubuh, metabolisme tubuh yang lebih rendah, resistensi insulin dan risiko lebih tinggi terkena diabetes, hipertensi dan dislipidemia
- Menurunnya kemampuan intelektual yang memengaruhi kapasitas kerja dan hasil reproduksi wanita yang kurang baik saat dewasa
- Terhambatnya perkembangan kognitif anak, yang otomatis pertumbuhan dan kematangan tubuh juga akan terhambat.
Bagaimana Cara Mencegah Stunting?
Sebenarnya, stunting merupakan gangguan tumbuh kembang yang sejatinya bisa dicegah sedini mungkin. Menurut penelitian dari The Journal of Nutrition tahun 2010, yang berjudul: "Children Who Recover from Early Stunting and Children Who Are Not Stunted Demonstrate Similar Levels of Cognition", ketika seorang anak didiagnosa stunting sejak dini, masih ada kemungkinan untuk pulihâ´.
Mencegah stunting pada anak sedini mungkin dapat dimulai sejak awal kehamilan, karena hal ini akan menjadi cara pencegahan stunting yang paling tepat.
Beberapa cara untuk mencegah stunting pada anak yang bisa dilakukan adalah:
- Tahap kehamilan: Memenuhi kebutuhan gizi yang kompleks pada saat hamil
- Tahap menyusui: Memberikan ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan. Ketika bayi sudah berusia 6 bulan, penuhi ASI eksklusif dengan makanan tambahan (MPASI), yang mengandung zat gizi mikro dan makro. Dalam tahap ini, Ibu harus pandai memilih makanan untuk mencegah stunting pada balita yang tepat
- Rutin memeriksa kesehatan anak secara berkala ke Posyandu untuk mendapatkan vaksinasi lengkap
- Karena anak sangat rentan terhadap penyakit, maka Ibu wajib mengajarkan anak untuk menjaga kebersihan lingkungan termasuk kebersihan dirinya.
Nah bagi si Kecil yang makannya sulit atau dirasa keragaman gizinya belum tercukupi, Ibu juga bisa bantu memenuhi kebutuhan nutrisi si Kecil dengan memberikan Entrakid, yang merupakan produk nutrisi tambahan untuk anak yang dikemas dalam bentuk sediaan susu bubuk. Entrakid merupakan suplemen nutrisi dengan gizi lengkap dan seimbang, untuk anak.
Entrakid mengandung Protein, Karbohidrat, dan Lemak (Makronutrien) yang membantu untuk meningkatkan status gizi anak, bebas gluten, serta diperkaya Omega 3, 6 dan DHA untuk mendukung perkembangan otak anak. Entrakud juga mengandung Inulin dan Protein Whey, yang bermanfaat menjaga kesehatan saluran cerna dan mengoptimalkan perkembangan otak anak.
Setiap saji Entrakid menyuplai energi dengan 210 kkal yang dapat membantu untuk menaikkan berat badan anak. Entrakid, disarankan untuk dikonsumsi 2-3 gelas/hari untuk melengkapi kebutuhan gizi harian si Kecil. Terdapat dua varian rasa yakni cokelat dan vanila yang sudah pasti disukai oleh si Kecil.
Buat Ibu yang masih penasaran dengan produk Entrakid, yuk cari tahu selengkapnya mengenai produk ini dengan mengunjungi laman Instagram @katamama_official.
Referensi:
1. WHO. “Malnutrition in children”. Available from: https://www.who.int/data/nutrition/nlis/info/malnutrition-in-children. Accessed on October 2023.
2. Kemenkes RI. “Mengenal Apa Itu Stunting…”. Available from: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1388/mengenal-apa-itu-stunting. Accessed on October 2023.
3. A. Soliman, et al. "Early and Long-term Consequences of Nutritional Stunting: From Childhood to Adulthood". Pubmed Central. 2021; 92(1). Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7975963/.
4. B. T. Crookston, et al. "Children Who Recover from Early Stunting and Children Who Are Not Stunted Demonstrate Similar Levels of Cognition". The Journal of Nutrition. 2010; 140(11);1996-2001. Available from: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0022316622071437.
Editor: Dorothea Ayu