Kesehatan

Waspada Rabies! Penyakit Mematikan Yang Serang Hewan Dan Manusia

Waspada Rabies! Penyakit Mematikan Yang Serang Hewan Dan Manusia

Setelah viral beredar video seorang anak yang menunjukkan gejala rabies, hingga akhirnya anak tersebut meninggal, kewaspadaan akan penyakit rabies kembali meningkat. Pada kasus anak di Bali tersebut, diketahui anjing yang menggigit anak belum divaksin rabies dan tidak ada penanganan oleh orang tua terhadap luka gigitan.

Diketahui bahwa orang tua tersebut, baru menyadari adanya infeksi akibat gigitan anjing mereka setelah kurang lebih 1 bulan, setelah sang anak digigit anjing. Mereka cenderung mengabaikan pengobatan sang anak, karena menganggap luka gigitan anjing yang ditimbulkan sangat kecil atau sebesar cakaran.

Tapi, siapa sangka luka kecil tersebut malah bisa mendatangkan malapetaka. Meski cukup menakutkan, rabies sebenarnya adalah penyakit infeksi virus yang bisa dicegah dan ditangani sebelum muncul gejala.

Kenalan dengan penyakit rabies lebih dekat


Melansir dari Kementerian Kesehatan, rabies merupakan penyakit berjenis zoonosis atau penyakit yang cara penularannya berpindah dari hewan ke manusia. Hewan-hewan yang sangat mungkin terjangkit rabies adalah anjing, kucing, kelelawar, dan kera.

Bahkan, di negara seperti Amerika, hewan liar semacam rakun dan rubah juga berpotensi menularkan rabies. Namun 99% penularan rabies adalah melalui anjing, utamanya di negara kawasan Asia dan Afrika.

Melansir dari Centers of Disease and Prevention (CDC) penyebab rabies sendiri, dicurigai karena adanya kontak hewan yang terjangkit virus rabies pada manusia berupa:

  • Kontak dengan liur hewan
  • Gigitan hewan langsung
  • Kontak dengan area berlendir seperti mata, hidung dan mulut hewan
  • Luka terbuka di badan hewan.

Sebenarnya, kontak melalui udara di sekitar hewan rabies serta kontak dengan organ yang biasa dilakukan pekerja laboratorium juga bisa berpotensi menularkan rabies. Hanya saja munculnya kasus karena kontak ini sangat jarang ditemukan. 

Lebih utama dan sering adalah melalui gigitan hewan yang tidak bervaksin. Rabies sendiri merupakan penyakit yang dapat menyerang sistem syaraf. 

Penanganan sebelum muncul gejala bisa diupayakan. Tapi jika gejala sudah muncul, rabies jarang bisa disembuhkan dan besar potensinya untuk meninggalkan kerusakan syaraf.

Gejala rabies yang paling umum


Berdasarkan penjelasan Badan Kesehatan Dunia (WHO), gejala rabies muncul 2-3 bulan setelah berkontak, tapi bisa bervariasi dalam rentang 1 minggu hingga 1 tahun. Anak-anak usia 5-14 tahun paling sering menjadi korban rabies dan menunjukkan gejala:

  • Demam
  • Nyeri menusuk
  • Kesemutan
  • Sensasi terbakar pada area yang berkontak.

Ketika virus sudah sampai ke sistem syaraf pusat, maka dapat terjadi peradangan pada otak dan susmsum tulang belakang. WHO juga menyebutkan bahwa berbeda jenis rabies, berbeda juga gejala yang ditunjukkan penderitanya.

  • Rabies ganas, menunjukkan gejala hiperaktivitas, semangat berlebihan, halusinasi, buruknya kordinasi tubuh, ketakutan pada air dan angi. Biasanya berakhir pada kematian beberapa hari setelah menunjukkan gejala ini.
  • Rabies lumpuh, menunjukkan gejala yang lebih tenang daripada rabies ganas. Otot perlahan lumpuh dimulai dari bekas luka gigitan hewan. Kasus rabies lumpuh dialami 20% dari keseluruhan kasus rabies yang pernah terjadi.

Langkah yang bisa dilakukan ketika berkontak dengan hewan rabies


Sebagai langkah penanganan setelah berkontak dengan hewan rabies, perlu dilakukan post-exposure prophylaxis (PEP) dengan langkah:

  • Cuci luka dengan air mengalir dan sabun selama kurang lebih 15 menit segera setelah digigit.
  • Oleskan salep antibiotik sambil segera ke rumah sakit
  • Tenaga kesehatan akan menangani luka kembali, kemudian menyuntikkan vaksin rabies yang terstandar WHO
  • Dilanjutkan dengan pemberian immunoglobulin rabies.

Rangkaian PEP tidak dibutuhkan bila kontak berupa menyentuh bulu atau liur hewan saat memberi makan. Cukup cuci dengan air mengalir dan sabun di area yang berkontak.

Langkah pencegahan rabies


Pada hewan:

  • Berikan vaksin rabies pada hewan peliharaan, utamanya anjing dan kucing
  • Awasi anjing atau kucing peliharaan dalam interaksinya, dengan hewan sejenis lain yang kemungkinan tidak mendapat vaksin atau hidup liar
  • Utamakan untuk mengebiri hewan peliharaan guna mencegah penularan dari hewan di luar pemelihara.

Pada manusia:

  • Hindari hewan liar di alam terbuka
  • Pelajari kontak risiko tentang rabies, utamanya jika pernah berkontak dengan kelelawar atau anjing yang tidak divaksin
  • Kementerian Kesehatan menyarankan vaksin rabies untuk proteksi diri
  • Menghindari kontak dengan hewan yang mungkin mengidap rabies
  • Cuci area tubuh yang berkontak dengan hewan yang mungkin mengidap rabies. Gunakan air mengalir dan sabun
  • Cuci segera bila digigit atau dicakar hewan rabies dengan air mengalir dan sabun selama kurang lebih 15 menit
  • Melaporkan pada petugas yang berwenang, seperti tim penyelamatan hewan dan tim kesehatan hewan, bila menemui hewan yang memiliki ciri rabies.

Penularan rabies dapat dicegah dan bisa ditangani sebelum gejala muncul bila berkontak. Lindungi anak-anak kita dan orang di sekitar, dengan memastikan hewan peliharaan bebas rabies dan mendapatkan vaksinasi rutin di dokter hewan.

Jangan sampai kasus seperti di Bali yang menewaskan anak usai digigit anjing peliharaannya terulang kembali. Yuk, cegah penyakit rabies mulai dari diri sendiri!

Editor: Aprilia