Kesehatan

Waspada Varian Delta, Kenali Cara Pencegahannya

Waspada Varian Delta, Kenali Cara Pencegahannya

Peningkatan kasus Covid-19 yang melonjak drastis mulai tampak mengkhawatirkan, terutama kabar telah masuknya virus corona varian delta ke Indonesia yang menyatakan kemampuan varian delta menular berpapasan saja. Banyak informasi yang beredar di tengah masyarakat mengenai varian ini, terutama mengenai berbahayanya varian tersebut. Salah satunya adalah dugaan bahwa varian delta. Varian delta adalah mutasi virus corona dengan kode B.1.617.2 yang menjadi penyebab terjadinya gelombang kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia pada saat ini. Benarkah?

Covid-19 dan mutasinya

Varian adalah virus SARS CoV2 yang membawa beberapa perubahan genetik atau mutasi tertentu. Varian of Concern (VoC) merupakan varian yang dipertimbangkan berbahaya karena secara ilmiah telah terbukti lebih cepat menular, dapat menyebabkan gejala yang berat, bahkan dapat membuat antibodi covid-19 yang pernah terbentuk menjadi menurun.

Seperti yang dilansir di situs World Health Organization (WHO), virus Covid-19 yang bertransmisi di dunia ada 4 jenis yang tergolong VoC yang terbukti cepat menular. 4 varian itu adalah:

  • Alpha (B.1.1.7) yang pertama ditemukan di Inggris;
  • Beta (B.1.351) yang pertama ditemukan di Afrika Selatan;
  • P.1 yang pertama ditemukan di Brazil; dan
  • B.1.617.2 yang pertama ditemukan di India.

Beberapa pekan terakhir, terjadi lonjakan kasus Covid-19 di beberapa daerah di Indonesia. Ternyata yang banyak berperan adalah varian Alfa dan Delta. Varian delta adalah varian yang ditemukan pertama kali di India, oleh karena itu kerap disebut varian delta India. 

Seberapa menularkah varian delta? Kita bisa melihat ilustrasi ini. 1 orang yang terinfeksi Varian Wuhan atau varian pertama Covid-19 dapat menulari 2,4-2,6 orang di sekitarnya jika tanpa intervensi seperti protokol kesehatan. Sementara itu, varian alfa dan delta dapat menulari 4-5 dan 5-8 orang di sekitarnya. Dengan demikian, varian delta disebut sebagai varian Covid-19 yang tingkat penularannya paling besar.

Berdasarkan hasil publikasi penelitian Imperial College, Lancet, Australian Government, varian delta memiliki mutasi yang menyebabkan peningkatan kemampuan penularan. Malah, varian delta ini sifatnya 3 kali lebih menular ketimbang varian pertama virus penyebab Covid-19 yang ditemukan di Wuhan, Tiongkok. 

Varian Delta dan penularannya

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Public Health England, varian delta meningkatkan risiko rawat inap rumah sakit sebesar 2,61 kali peningkatan dan meningkatkan risiko membutuhkan penanganan gawat darurat sebesar 1,67 kali peningkatan. Varian delta adalah varian yang tingkat penularannya paling besar saat ini. Bahkan, varian delta menular berpapasan saja.

Ibu mungkin khawatir apakah varian delta ini dapat diketahui keberadaanya atau tidak mengingat informasi yang banyak beredar adalah varian delta tidak dapat terdeteksi oleh PCR. Jawabannya adalah bisa, jadi Ibu tidak usah khawatir oleh varian delta yang masih terbaca negatif di PCR.

Gejala varian Delta

Banyak juga informasi beredar perihal berbedanya gejala yang disebabkan oleh varian delta India. Seperti yang dilansir di WHO, belum ada hasil penelitian atau laporan terpublikasi yang menunjukkan gejala yang berbeda diakibatkan oleh varian delta. Bukti-bukti yang ada saat ini mengenai gejala varian delta berbeda  baru sebatas dalam bentuk data yang disampaikan kepada media.

Risiko terinfeksi Covid-19 ulang

Varian delta India ini juga berbahaya karena berpotensi reinfeksi atau membuat yang sudah pernah terinfeksi Covid-19 menjadi terinfeksi kembali. Ini disebabkan oleh virus corona varian delta terbukti menurunkan kemampuan penetralisir antibodi. Orang yang pernah terinfeksi virus Covid-19 memiliki antibodi terhadap virus ini. Namun, dengan adanya virus corona varian delta, antibodi orang yang pernah terinfeksi covid-19 menurun sehingga orang tersebut rentan mengalami infeksi covid-19 kembali.

Varian delta dan efektivitas vaksin

Meski sudah vaksin, Ibu dan keluarga juga tetap harus berhati-hati dengan cara menjaga kesehatan tubuh dan tetap melaksanakan protokol kesehatan. Pasalnya, varian delta ini dapat menurunkan efektivitas vaksin. Seperti yang dilansir dari WHO, varian delta terbukti menurunkan kemampuan penetralisir beberapa vaksin. Hasil uji yang dilakukan pada vaksin Pfizer dan AstraZeneca, efektivitas vaksin berkurang bila hanya satu dosis dan efektivitas tetap terjaga apabila telah disuntikkan dua dosis. Oleh karena itu, penting bagi Ibu dan keluarga untuk mendapatkan vaksin dua dosis dan tetap dirumah dahulu sampai sudah mendapat dua dosis vaksin.

Bahaya varian Delta bila penularannya tidak terkendali

Virus Covid-19 varian Delta apabila tidak terkendali penularannya akan menyebabkan siklus yang tidak ada hentinya. Akibat virus Delta ini, Angka kematian baik Covid-19 maupun non Covid-19 akan meningkat. Ini menyebabkan jumlah orang yang sakit secara bersamaan meningkat pula. Dengan banyaknya orang sakit, semakin banyak pula tenaga kesehatan yang dibutuhkan di RS. Ini akan berdampak pada kapasitas kesehatan yang overload. Jika sudah overload, jumlah orang yang tidak tertangani akibat Covid dan non Covid akan meningkat. Jumlah kematian pun meningkat. Ini akan terus membentuk siklus.

Cara Mengurangai Penularan Varian Delta

Karena varian Delta menular berpapasan saja, maka cara yang paling penting untuk mengurangi tingkat penularan varian Delta adalah:

  • Menerapkan pola hidup sehat;
  • Menerapkan protokol kesehatan;
  • Mengubah cara pemakaian masker dengan cara menggunakan masker dobel berupa masker bedah + masker kain atau masker setara N95/KN95/KF94. Bisa juga dengan cara menggunakan metode knot and tuck pada masker bedah;
  • Memperhatikan ventilasi ruangan dan durasi terpapar. Ini dapat menurunkan konsentrasi droplet infeksius di suatu tempat; dan
  • Mendapatkan vaksin dua dosis karena vaksin dapat menurunkan pajanan virus yang masuk lebih cepat dan mengurangi risiko penularan.

 Itulah informasi mengenai varian delta yang sangat menular ini.

Penulis: Zeneth Thobarony
Editor: Dwi Ratih