Balita

8 Tips untuk Ibu Menyusui yang Bekerja Agar ASI Tetap Terjaga

8 Tips untuk Ibu Menyusui yang Bekerja Agar ASI Tetap Terjaga

Tetap menjadi ibu menyusui padahal sudah waktunya kembali bekerja? Hmm... tampaknya tidak semudah yang kita pikirkan, ya? Bisa dibayangkan betapa sulitnya menjadi ibu menyusui sekaligus wanita karier. Ibu menyusui yang bekerja harus meluangkan waktu menyusui si kecil sebelum berangkat ke tempat kerja, kemudian di kantor masih harus bolak-balik memompa ASI di sela-sela waktu bekerja demi mengupayakan yang terbaik sebagai ibu menyusui.

Selesai? No, no, no... belum! Selepas jam kerja dan kembali ke rumah, ibu menyusui juga masih harus berjuang menyusui langsung si kecil sekaligus memerahnya di sela-sela waktu tidur. Sungguh perjuangan yang cukup panjang dan melelahkan!  

Memang, tidak mudah bagi ibu menyusui yang bekerja untuk dapat mempertahankan tekad memberi ASI eksklusif bagi buah hati mereka. Dan salah satu kendala terbesar ibu menyusui yang bekerja adalah menjaga suplai ASI agar tetap berlimpah, minimal tidak berkurang drastis saat ibu menyusui kembali bekerja di kantor.

Banyak faktor yang mempengaruhi suplai ASI ibu menyusui yang bekerja. Selain faktor lelah secara fisik, faktor mental turut memberi kontribusi terhadap berkurangnya suplai ASI ibu menyusui sekaligus wanita karier. Misalnya nih, si ibu menyusui sudah duluan pesimis bisa tetap mempertahankan kualitas maupun kuantitas ASInya. Sederet pertanyaan pun terlontar dalam hati. "Apa iya aku sanggup menjadi ibu menyusui sekaligus ibu bekerja? Jangan-jangan nanti si kecil bingung puting. Cukup nggak ya suplai ASIku? Duh, khawatir banget suplai ASIku terjun bebas!"

Nggak heran jika kemudian banyak ibu menyusui yang bekerja akhirnya menyerah. Entah menyerah memberikan ASI dan menggantinya dengan susu formula, atau justru memilih untuk keluar dari pekerjaan mereka demi tetap bisa memberikan ASI eksklusif bagi buah hati tercinta.

Nah, apakah Ibu sedang mengalami kondisi seperti ini? Ingin tetap menjadi ibu menyusui hingga si kecil berusia 6 bulan atau bahkan dua tahun? Ibu ingin tetap berkomitmen dengan pekerjaan sekaligus tetap menjadi pejuang ASI? Well, kenapa tidak mencoba menjalani dua peran tersebut sekaligus, yakni menjadi ibu bekerja sekaligus ibu menyusui?

Susah? Bisa jadi begitu. Tetapi itu bukan berarti Ibu nggak bisa mengupayakannya, kan? Nah, berikut beberapa tips agar Ibu tetap semangat menjadi ibu menyusui sekaligus ibu bekerja.

Cara mempertahankan suplai ASI untuk ibu menyusui yang bekerja

  1. Rutin memompa ASI di kantor dengan pompa yang tepat

    Tips ini mungkin sudah banyak dipraktikkan para ibu menyusui yang bekerja. Ya, buatlah jadwal rutin memompa ASI di kantor dengan pompa yang tepat. Banyak model dan pilihan pompa ASI dijual di pasaran. Pilihlah pompa yang dirasa mampu memenuhi kebutuhan ibu menyusui di kantor, seperti pompa yang dapat memerah secara maksimal namun tidak melelahkan (karena ibu menyusui sudah terlalu lelah dengan seabrek pekerjaan kantor).

    Ibu menyusui yang bekerja dapat menyediakan suplai ASI dengan menggunakan pompa payudara elektrik saat berada di kantor. Alat tersebut akan membantu payudara ibu menyusui mengeluarkan cukup ASI untuk si kecil. Kemudian, taruh ASI ibu menyusui dalam suatu wadah tertutup seperti botol susu untuk nantinya diberikan pada anak.

    Sebuah gerakan bernama Protection and Affordable Care Act (PPACA) di Amerika Serikat telah menuntut adanya undang-undang yang mengatur soal kebebasan memberikan ASI eksklusif sejak tahun 2010. Mereka berharap pemerintah mendukung agar setiap perusahaan mau memberikan tambahan waktu istirahat bagi para ibu menyusui untuk  memompa payudara mereka.

    Aturan ini diperuntukkan bagi para ibu menyusui yang memiliki bayi berusia di bawah 12 bulan. Selain itu, mereka juga menuntut adanya ruang khusus untuk memompa payudara di kantor sehingga para ibu menyusui tidak lagi harus pergi ke kamar mandi agar bisa leluasa mengeluarkan ASI.

    Memang apa sih manfaat  memompa payudara pada saat jam kerja? Begini penjelasannya, Bu. Memompa payudara saat jam bekerja di kantor akan menstimulasi payudara ibu menyusui untuk memproduksi lebih banyak air susu. Jadi, nantinya ibu menyusui akan memiliki cukup persediaan ASI saat tiba waktunya direct breastfeeding (menyusui secara langsung) di rumah.

    Dengan cara ini, si kecil akan tetap mendapatkan manfaat kesehatan dari nutrisi yang terkandung pada air susu ibu menyusui. Selain itu, memompa payudara juga dapat menjadi salah satu cara untuk menumbuhkan koneksi antara ibu menyusui dan si kecil meskipun sedang berada di tempat yang berbeda.

    Tak hanya bermanfaat bagi anak, memompa payudara juga otomatis berguna bagi kantong ibu menyusui. Betul tidak, Bu? Ya, menyediakan suplai ASI dalam botol akan secara otomatis mengurangi pengeluaran untuk membeli susu formula yang kini harganya semakin mahal. Tak hanya lebih hemat, memberikan ASI (baik ASI eksklusif maupun dengan cara memompa payudara untuk kemudian dikemas dalam botol) juga akan membantu merawat kesehatan anak.

    Karena itu, cobalah berkomitmen untuk rutin memerah ASI saat ibu menyusui berada di kantor. Buatlah jadwal reguler memerah ASI sehingga ibu menyusui terbiasa setiap harinya. Mengapa harus teratur? Sebab, jadwal memerah yang tidak teratur konon dapat mengurangi suplai ASI ibu menyusui, lho. Payudara seolah dikondisikan memproduksi ASI sesuai sering tidaknya ibu menyusui mengosongkan payudara. 

    Pertanyaannya, seberapa sering sih ibu menyusui memompa ASI di kantor? Idealnya sih, mengosongkan payudara sebaiknya dilakukan setiap 3-4 jam. Sebab, jika ibu menyusui terlalu sering mengosongkan payudara lebih dari 4 jam, suplai ASI akan terganggu. Itu artinya, berangsur-angsur suplai ASI ibu menyusui dapat berkurang, lho. Tapi tentu saja semua kembali kepada kondisi ibu menyusui masing-masing.

    Selain mengatur jadwal rutin memompa ASI di kantor, ibu menyusui juga perlu mempersiapkan "perlengkapan tempur." Selain pompa ASI, berikut adalah alat-alat yang mungkin ibu menyusui perlukan saat hendak memerah ASI:

    • Pompa ASI. Pilih pompa elektrik dengan pengatur otomatis yang memiliki fitur double collection kit sehingga ibu menyusui dapat memompa kedua buah payudara di waktu bersamaan. Selain praktis, waktu memompa pun akan semakin efisien.
    • Botol atau wadah rapat lainnya untuk menyimpan ASI.
    • Freezer mini atau cooler bag untuk menjaga temperatur ASI tetap dingin saat hendak ibu menyusui bawa ke rumah (atau titipkan ke pengasuh agar diberikan pada si kecil). Beberapa pompa payudara dijual sekaligus dengan wadah pendinginnya.
    • Breast pads untuk menjaga pakaian ibu menyusui kalau-kalau terjadi kebocoran air susu.
    • Persediaan ASI ibu menyusui mungkin berubah-ubah setiap harinya. Untuk menjaga agar aliran susu tetap lancar, maka cobalah untuk memompa payudara ibu menyusui pada jam dan lokasi yang sama tiap harinya. Stres serta kelelahan dapat menjadi musuh utama yang menghambat keluarnya ASI, jadi cobalah untuk tetap rileks.

    Ibu menyusui juga bisa meningkatkan mood saat hendak memompa payudara dengan cara melihat foto sang buah hati kesayangan atau melihat-lihat majalah tentang ibu dan anak. Agar terasa lebih intim, maka simpanlah video atau rekaman suara anak Ibu di ponsel yang bisa ditonton sembari memompa payudara. Satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah memperhatikan kesehatan ibu menyusui sendiri. Sebagai ibu menyusui, maka jangan sekali-kali melewatkan jam makan siang. Tetaplah makan makanan yang sehat serta perbanyak minum air saat sedang bekerja.

  2. Usahakan selalu menyusui  bayi secara langsung ketika di rumah

    Ini adalah salah satu tips jitu agar suplai ASI ibu menyusui tetap terjaga. Ya, menyusui bayi secara langsung ketika di rumah ini ternyata bermanfaat tidak hanya sebagai penguat bonding ibu menyusui dan anak, tapi juga dapat membantu pengosongan payudara secara sempurna yang pada akhirnya membuat suplai ASI tetap berlimpah, meski ibu menyusui bekerja di kantor setiap hari.

    Menyusui bayi secara langsung adalah hal pertama yang sebaiknya ibu menyusui lakukan sepulang kerja. Bukan berarti ibu menyusui tidak boleh bersih-bersih diri, makan-makan, atau memanjakan diri terlebih dahulu. Tentu saja boleh ya. Maksudnya, setelah sedikit memberikan waktu untuk diri sendiri, yuk cus menyusui si kecil.

    Kenapa sih kok harus menyusui langsung? Kan di kantor sudah memompa ASI berkali-kali? Perlu ibu menyusui ketahui, menyusui bayi secara langsung adalah cara paling efektif mengosongkan payudara. Itu berarti, ASI akan terus diproduksi sehingga suplai ASI ibu menyusui yang bekerja tetap berlimpah.

    Salah satu hal terbaik saat ibu menyusui memilih tetap menyusui si kecil secara langsung adalah rasa bahagia ketika ibu menyusui baru pulang kerja. Aduh, rasanya ingin cepat-cepat mendekap anak yang sudah lapar dan ingin segera menyusu itu. Iya nggak, sih Bu? Ya, inilah momen paling berkesan di mana ibu menyusui sekali lagi berusaha menumbuhkan koneksi dengan si kecil setelah seharian tidak bertemu.

    Memang, terkadang ketika pulang ke rumah ibu menyusui sudah kelelahan dan ingin segera beristirahat sehingga tidak sedikit ibu yang enggan menyusui secara langsung. Banyak ibu menyusui yang tergoda untuk memberikan ASIP lewat botol (seperti ketika ibu menyusui masih di kantor), atau bahkan memberikan susu formula. Tidak apa-apa memang, semua kembali kepada pilihan dan kondisi masing-masing ibu menyusui. Tapi perlu diingat, menyusui secara langsung akan membuat pengosongan payudara lebih sempurna sehingga suplai ASI ibu menyusui tetap terjaga.

    Percaya deh, momen saat ibu menyusui dan bayi saling menunggu untuk segera menyusui akan jadi reuni paling hangat dan membahagiakan hati setelah seharian lelah bekerja! Ah, manisnya!

    Nah, untuk memastikan agar si kecil tetap lapar saat ibu menyusui pulang kerja, coba katakan pada pengasuh di rumah agar tidak memberikan ASI perah di jam-jam akhir pekerjaan Ibu. Misalnya kantor tutup pukul 4 sore, maka berilah arahan pada pengasuh si kecil untuk berhenti memberikan ASI sejak pukul 3 sore.

    Namun kalau si kecil menangis kelaparan, bolehlah memberikan sedikit ASI agar ia tidak terlalu kenyang dan ibu menyusui bisa gembira melakukan direct breastfeeding di rumah.

  3. Susui si kecil sebelum berangkat kerja

    Kalau sempat, sebelum pergi ke kantor di pagi hari pun ibu menyusui sebaiknya menyusui si kecil terlebih dahulu. Ingat ya Bu, produksi ASI itu berdasarkan supply and demand. Semakin jarang ASI dipompa keluar atau semakin sedikit waktu ibu menyusui melakukan direct breastfeeding, maka suplai air susu akan berkurang secara perlahan. Namun sekali lagi, ini semua tergantung pada kondisi fisik dan psikis ibu menyusui, ya.

  4. Usahakan tetap memompa di rumah setiap hari

    Sudah menyusui secara langsung, memompa di kantor pula, masa iya ibu menyusui masih harus memompa di rumah? Duh, melelahkan sekali ya. We feel you, Ibu! Tetapi ayo tetap semangat dan ingat-ingat kembali goal ibu yakni menjaga suplai ASI agar tetap berlimpah.

    Ibu menyusui bisa memompa ASI di pagi hari saat suplai ASI sedang banyak-banyaknya. Bisa juga di malam hari setelah bayi tidur.

    Tidak hanya saat hari kerja, saat weekend pun ibu menyusui sebaiknya tetap memerah ASI supaya suplai ASI tetap terjaga.

  5. Jaga asupan cairan ibu menyusui

    Tips ini juga tidak kalah penting untuk menjaga suplai ASI ibu menyusui, baik mereka yang bekerja di kantor atau tidak. Karena kesibukan sebagai ibu menyusui begitu padat, ditambah setumpuk kegiatan di kantor, terkadang ibu menyusui lupa minum air putih.

    Padahal, asupan cairan sangat berperan terhadap kelancaran produksi ASI, lho, Bu. Tubuh orang dewasa pada umumnya membutuhkan cairan sedikitnya 8 gelas air setiap harinya. Tentu untuk ibu menyusui asupan cairannya perlu ditambah. Jadi, ayo sering-sering minum air putih, ya Bu.

  6. Rileks, jangan stres

    Terdengar sepele tapi benar, deh Bu. Ibu menyusui sebisa mungkin rileks dan menghindari stres agar suplai ASI tetap berlimpah. Kok bisa begitu? Ya, stres dapat mempengaruhi pikiran sekaligus hormon ibu menyusui.

    Beban pekerjaan di kantor, yang pada akhirnya membuat stres, adalah salah satu pemicu menurunnya suplai ASI ibu menyusui. Belum lagi perasaan bersalah karena meninggalkan si kecil di rumah cukup banyak dialami ibu menyusui yang bekerja sehingga menghambat suplai ASI mereka.

    Stres memang tidak dapat dihindari. Namun jika hal ini terjadi berlarut-larut, ada baiknya ibu menyusui meminta bantuan atau saran suami, atasan, maupun rekan kerja.

    Saat ibu menyusui sedang stres di kantor dan suplai ASI mulai seret, cobalah rileks. Bayangkan wajah lucu si kecil yang menggemaskan atau pandangi foto si kecil dan suami dan bersyukurlah karena Ibu mendapatkan anugerah tak terkira dari Tuhan ini. 

    Tidak sedikit ibu menyusui yang setelah rileks membayangkan hal-hal manis tentang keluarga kecilnya dapat memompa ASI kembali sesuai harapan. So, tetap semangat ya Bu.

  7. Makan makanan yang bergizi

    Selain menjaga asupan cairan tubuh, ibu menyusui juga perlu makanan yang bergizi supaya suplai ASI tetap berlimpah meski bekerja di kantor setiap hari. Makanlah makanan bergizi dengan teratur sehingga energi ibu menyusui yang bekerja bisa terjaga, begitu pun suplai ASI untuk si kecil. 

    Usahakan selalu menyediakan makanan padat gizi, sehat, dan organik. Boleh juga selalu sedia camilan sehat yang dapat membantu melancarkan produksi ASI. Banyak kue, minuman, atau produk pelancar ASI lainnya ditawarkan online shop. Pilihlah yang kandungan gizinya baik dan terpercaya.

  8. Ambil cuti jika diperlukan

    Jika Ibu merasa suplai ASI mulai berkurang, dan perlahan makin terjun bebas, tidak ada salahnya jika ibu menyusui mengajukan cuti beberapa hari. Gunakan waktu cuti ibu menyusui di rumah untuk meningkatkan bonding dengan si kecil sehingga menstimulasi produksi ASI.

    Manfaatkan waktu cuti ibu menyusui untuk uyel-uyelan dengan si bayi yang menggemaskan, dan tentu saja melakukan direct breastfeeding sesering mungkin, semau si kecil.

    Ibu menyusui juga bisa beristirahat sejenak dari urusan kantor yang itu berarti ibu menyusui menjadi lebih rileks sehingga hormon yang memproduksi ASI akan meningkat.

(Yusrina & Dini)