Balita

Alasan Bayi Tidak Mau ASI Perah

Alasan Bayi Tidak Mau ASI Perah

Sering kali bayi tidak mau ASI perah karena ia tidak suka cara pemberiannya, bukan ASI-nya. Untuk mencari tahu apakah bayi tidak mau cara pemberian atau ASI yang diberikan, beberapa ibu ada yang melakukan eksperimen untuk melihat apakah bayi akan minum ASI yang baru saja dipompa atau yang sebelumnya telah disimpan.

Bila ASI yang segar ditolak bayi dan masalahnya ada pada cara pemberiannya, Anda bisa coba tawarkan ASI dengan cara lain misalnya menggunakan gelas, pipet, atau sendok. Beberapa ibu merasa perlu mencoba beberapa variasi cara pemberian untuk menentukan mana yang cocok untuk bayi.

Menguji kandungan ASI

Satu cara untuk menentukan apakah ASI atau cara pemberiannya yang menyebabkan bayi tidak mau ASI perah adalah menguji kandungan ASI Anda. Bagaimana baunya? Bagaimana rasanya? Tak apa bila bau ASI sedikit berbeda tapi bayi masih mau menerimanya. Perubahan bau atau rasa bisa terjadi karena ASI menyerap bau dari makanan lain di lemari pendingin. Bila ASI berbau basi dan bayi tidak mau ASI perah tersebut, lebih baik dibuang ya Bun.

Cara penyimpanan ASI

Langkah selanjutnya adalah menentukan apakah cara penyimpanan ASI sudah benar. Tempat terbaik untuk menyimpan ASI jangka panjang adalah di freezer bagian paling dalam, karena suhunya terjaga lebih baik. ASI yang disimpan di suhu lebih dingin bisa bertahan lebih lama. Sebelum mulai memompa, cuci dan keringkan tangan, pastikan membersihkan bagian pompa, botol susu, tutupnya dan bagian yang bersentuhan dengan ASI dengan air bersabun dan panas. Keringkan dengan diangin-anginkan atau menggunakan lap.

Pastikan wadah penyimpanan ASI tertutup rapat. Jangan  menyimpan ASI di pintu freezer atau langsung di lantai freezer. Siklus pencairan bisa menyebabkan ASI mencair dan kembali beku, ini bisa menyebabkan kerusakan atau rasa dan tekstur yang berubah.

Anda mungkin bingung bila ASI berbau atau terasa basi atau bayi tidak mau ASI perah tersebut, tapi freezer bekerja dengan baik dan Anda mengikuti panduan penyimpanan. Jawabannya mungkin ada pada enzim ASI. Lipase adalah enzim yang ditemukan pada ASI dan sistem pencernaan orang dewasa dan anak kecil. Lipase menghancurkan lemak menjadi partikel kecil lebih cepat agar bisa digunakan untuk energi dan pertumbuhan.

Ada lipase di ASI, apa itu baik atau buruk?

Beberapa penelitian menyebutkan tingkat lipase yang lebih tinggi ada pada ibu yang bayinya lahir prematur. Lipase tingkat tinggi bisa membantu pencernaan ASI untuk bayi yang sistem pencernaannya kurang berkembang. Jadi semakin dini bayi lahir, semakin banyak lipase di ASI Anda.

Ketika memompa ASI untuk bayi, lipase di ASI mulai memecah lemak sebelum siap disajikan. Sayangnya, ketika aktivitas lipase di ASI tinggi, bisa menyebabkan perubahan yang tidak diinginkan pada rasa dan bau ASI setelah disimpan beberapa hari atau minggu. Tak perlu khawatir tentang lipase bila Anda menyusui tanpa memompa. Masalah muncul ketika Anda menyimpan ASI untuk digunakan nanti. Beberapa ibu merasa bisa menyimpan ASI perah di lemari pendingin selama beberapa hari, tapi tidak bisa membekukannya tanpa ada perubahan rasa, bahkan ada ASI yang berubah rasanya meski disimpan di lemari pendingin beberapa jam saja.

Jangan cemas Bunda, ada cara sederhana mencegah lipase berlebihan di ASI yang bisa mengubah rasa ketika ASI disimpan. Penelitian menunjukkan pemanasan (selama 15 detik di suhu 165-170 derajat F),  dapat menghentikan aktivitas lipase. Karena aktivitas lipase berbeda pada tiap ibu, suhu pemanasan juga berbeda-beda. Bila ingin tahu waktu dan suhu terbaik untuk Anda, Anda bisa bagi ASI perah ke beberapa wadah untuk eksperimen. Kurangi jumlah waktu dan suhu, misalnya 14 atau 12 detik di suhu 170 derajat F, dan lihat mana yang lebih baik. Bila tidak ingin bereksperimen, cukup panaskan ASI selama 15 detik di suhu 170 derajat F, cepat dinginkan ASI lalu simpan di freezer.

Ada beberapa hal penting terkait ASI perah:

  • Bila bayi tidak mau ASI yang dibekukan, pertama cari tahu apakah bayi tidak mau ASI atau cara pemberiannya.

  • Bila ASI berbau atau terasa aneh, pastikan Anda menjaga kebersihan semua yang bersentuhan dengan ASI sebelum memompa.

  • Pastikan freezer di suhu cukup rendah, indikasinya es krim yang Anda simpan berubah jadi beku dan mengeras.

  • Wadah penyimpanan ASI harus tertutup rapat.

  • Coba ganti wadah penyimpanan, bila menggunakan botol plastik, ganti dengan kantong penyimpanan.

  • Simpan baking soda di freezer untuk membantu menyerap bau makanan, bila mengira ASI menyerap bau dari udara di sekitarnya.

  • Pastikan ASI disimpan jauh dari pintu, dinding, dan lantai freezer untuk menghindari pencairan dan pembekuan berulang.

  • Pemanasan di suhu 170 derajat F bisa memperlambat aktivitas lipase.

  • Setelah ASI dipanaskan, cepat dinginkan dan simpan dengan benar untuk menghindari enzim aktif kembali. Bila ASI terlalu panas, kandungannya juga hilang dan ASI tidak bisa bertahan lama.

Anda bisa gunakan penghangat botol untuk pemanasan. Tuangkan air ke penghangat botol. Dengan menggunakan termometer sebagai panduan, nyalakan penghangat botol hingga suhu menunjukkan 165-170 derajat F. Biasanya untuk mendapat suhu tertentu di penghangat botol, Anda butuh lebih banyak air dibanding saran pemakaian untuk pemanasan botol biasa.

Anda juga bisa memanaskan ASI di atas kompor. Titik pemanasan sekitar 170 derajat F. Panaskan ASI hingga terlihat gelembung kecil di pinggir panci. Ketika mulai tebentuk gelembung, segera angkat ASI dari panas. Jangan teruskan pemanasan hingga mendidih karena komponen ASI akan rusak dan enzim serta protein benar-benar mati.

Bunda, selain uraian di atas, ada lagi beberapa hal yang menyebabkan bayi tidak mau ASI perah:

  • Bayi mengantuk. Bayi mungkin tidak terbiasa menggunakan botol terutama ketika ia mengantuk atau baru saja terbangun. Solusinya, berikan ASI perah setelah ia benar-benar terjaga.

  • Bayi tidak lapar. Bayi masih merasa kenyang dan belum siap untuk menyusu lagi. Jadi jangan tergesa dan jangan paksa bayi untuk minum ASI meski ASI lebih mudah dicerna dibanding susu formula, jadi bayi lebih cepat merasa lapar.

  • Bayi tidak nyaman dengan posisi menyusu. Tak apa menggunakan posisi menyusui meski ketika Anda memberi ASI lewat botol. Berikan ASI di posisi yang membuat bayi rileks.

  • Bayi tidak rileks. Bayi sensitif terhadap perubahan di lingkungannya. Bila bayi merasa cemas karena lingkungan yang berbeda dari biasanya atau cuaca buruk, coba tenangkan dengan menggendong atau mengajaknya jalan-jalan.

  • Penggunaan dot yang ukurannya tidak tepat. Bayi bisa stres bila ASI yang keluar terlalu banyak atau sedikit, jadi pilih dot yang sesuai.

(Ismawati)