Balita

Cara Agar Anak Lebih Kreatif

Cara Agar Anak Lebih Kreatif

Banyak orang beranggapan kalau kreativitas adalah bakat lahir yang dimiliki anak. Tapi sebenarnya, kreativitas lebih ke keterampilan dibanding bakat lahir, dan keterampilan ini yang orang tua bisa bantu mengembangkannya.

Kreativitas tak terbatas pada seni dan ekspresi musik, tapi juga penting untuk ilmu pengetahuan, matematika, dan bahkan kecerdasan sosial dan emosional. Orang yang kreatif lebih fleksibel dan jadi pemecah masalah yang lebih baik, sehingga mereka lebih bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi dan mengatasi perubahan, juga memanfaatkan kesempatan yang datang.

Penelitian menunjukkan kalau anak cepat kehilangan kemampuan berpikir kreatif ketika mereka bertambah besar. Terlebih lagi, ketika anak mencapai masa dewasa awal, cara berpikir mereka sudah terpaku. Jadi semakin Anda memotivasi anak untuk berpikir lebih kreatif, semakin mungkin si kecil tumbuh menjadi anak yang kreatif.

Cara Meningkatkan Kreativitas Anak

Bunda, berikut ini ada beberapa cara untuk memotivasi kreativitas pada anak:

  1. Jawab Pertanyaan Dengan Pertanyaan

    Anak banyak mengajukan pertanyaan. Sebagai orang tua kita cenderung langsung memberi jawaban. “Apa sih arti invertebrata, Bun?” Si anak bertanya ketika menonton acara dokumenter di televisi. Orang tua biasanya akan menjawab, “Invertebrata berarti binatang yang tidak memiliki tulang belakang.” Tak ada yang salah dengan jawaban ini. Memang benar dan jawaban ini memberi anak informasi yang ia cari. Tapi kenapa Anda tidak bertanya lagi, “Kalo menurut Kakak apa arti invertebrata?”

    Ada banyak konteks di pikiran  anak ketika ia menonton film dokumenter tentang binatang. Kemungkinan ia bisa menyatukan konteks ini dan menerka dengan tepat. Bila jawabannya benar, berikan pujian dan tanya kenapa ia merasa itu jawaban  yang benar. Bila jawabannya salah, beri pujian dan tanyakan juga kenapa ia merasa itu jawabannya. Lalu beri pujian untuk pemikirannya dan jelaskan jawaban yang benar. Memotivasi anak untuk mengumpulkan informasi dan membuat kesimpulan berdasarkan informasi adalah bentuk pemecahan permasalahan kreatif. Jadikan ini sebagai kebiasaan.

  2. Mencari Jawaban  Bersama

    Ketika anak bertambah besar, mereka akan sering menanyakan hal yang tidak bisa Anda jawab. Anak melihat Anda sebagai sumber ilmu pengetahuan. Daripada menerka-nerka jawabannya, respons yang lebih baik adalah “Bunda nggak tahu, Nak,” atau “Bunda nggak yakin jawabannya.” Lalu tambahkan “Ayo kita cari jawabannya bareng-bareng.” Pencarian bisa dengan membuka website tertentu,  tapi tidak menutup kemungkinan untuk cara lain. Mungkin Anda punya buku yang berkaitan dengan pertanyaan anak dan ia tertarik membaca buku. Atau Anda bisa mengajaknya ke perpustakaan. Sebelum masa web dan Google, perpustakaan jadi sumber informasi terbaik yang tersedia. Perpustakaan tetap jadi tempat yang tepat untuk mencari referensi selain Anda juga akan menemukan informasi menarik lain yang tidak sedang dicari.

  3. Penghargaan Untuk Kegagalan

    Kita bicara tentang pentingnya penghargaan untuk kegagalan. Terlalu banyak orang tua menghukum kegagalan baik secara langsung atau tidak langsung. Misalnya ketika anak mengikuti lomba renang dan jadi yang terakhir. Bagaimana respons Anda? “Mungkin renang bukan bakatmu?” atau “Sudah Bunda bilang kan kamu harus berlatih lebih banyak,” atau malah “Kiko jadi juara dua padahal dia lebih kecil dari kamu loh.” Bahkan orangtua yang penyayang mungkin mengatakan, “Nggak apa-apa sayang, Bunda tetap sayang kamu kok.”

    Sayangnya semua respons ini akan menurunkan semangat anak untuk ikut lomba renang lagi. Bahkan bisa lebih parah, anak tidak lagi mau mencoba hal lain yang ia tidak yakin dengan kemampuannya. Respons yang jauh lebih baik adalah, “Bunda sangat bangga sama Kakak karena sudah ikut lomba renang dan berusaha keras.”

    Dan bila anak merasa down, jangan langsung katakan tidak apa-apa.Tapi tanyakan, “Menurut Kakak kenapa bisa jadi yang terakhir di lomba tadi?” Pertanyaan ini akan membuat anak menganalisa masalah agar ia bisa lebih baik di kesempatan berikutnya. Mungkin ia terlalu gugup dan tidak mengatur pernafasan dengan benar. Selanjutnya Anda bisa bicara tentang cara mengatasi gugup dan mengatur pernafasan dengan baik.

  4. Ajarkan Memasak

    Memasak, khususnya memanggang, adalah proses kreatif yang luar biasa. Ketika membuat sebuah kue, Anda mulai dengan tepung, telur, gula, dan bahan lain lalu mencampur semua bahan, memanggangnya, dan jadilah kue yang bagus.

    Biarkan anak bereksperimen ketika ia belajar memanggang kue, membuat kue, atau menggoreng telur. Tak perlu mengoreksi apa yang ia lakukan kecuali ia membahayakan dirinya atau orang lain. Biarkan saja ketika ia  ingin menggunakan dua kali takaran coklat di kue. Bila ia ingin melihat apa yang terjadi jika menggunakan gula merah, bukan gula putih, biarkan. Dengan bereksperimen dan melihat apa yang terjadi, anak belajar proses kreatif yang berharga.

  5. Beri Makanan Sehat Dengan Pola Makan Seimbang

    Pikiran dan tubuh yang sehat memberi lebih banyak energi dan pikiran yang lebih baik. Terlebih lagi, bila anak terbiasa makan makanan sehat sejak usia dini, akan terbentuk kebiasaan jangka panjang. Mereka akan kurang beresiko mengalami masalah berat badan atau masalah kesehatan saat bertambah besar. Mereka terlihat lebih baik dan punya lebih banyak energi. Dan yang paling penting, di kontek kreativitas, mereka berpikir lebih baik.

    Selain makan dengan pola makan seimbang, biarkan anak berhenti makan ketika mereka kenyang dan batasi jumlah makanan manis dan cemilan tak sehat. Tapi biarkan mereka makan cemilan sehat seperti buah ketika lapar di sela waktu makan. Memaksa anak makan semua makanan yang ada di piring dan memberi hadiah dengan hidangan penutup akan memicu anak makan berlebih.

  6. Memperbaiki Sendiri Benda Yang Rusak

    Hal umum yang ditemukan pada anak kreatif adalah memiliki orang tua yang memperbaiki sendiri benda yang rusak. Ketika pipa air bocor, mereka tidak langsung memanggil tukang. Tapi mereka berusaha memperbaikinya sendiri. Diyakini tindakan ini membuat anak merasa mereka bisa memecahkan masalah sendiri yang pada akhirnya menciptakan pola pikir kreatif.

    Ketika Anda memperbaiki benda sendiri, sebagai orang yang tak ahli, perbaikan sering kali tidak langsung berhasil. Jadi Anda harus mengulanginya lagi. Ini ibarat inovasi dimana ide kreatif sering gagal pada awalnya. Daripada menyerah, Anda perlu belajar dari kesalahan dan mencoba lagi.

    Sehingga jelas, sebagai orang tua Anda perlu mengadopsi kebiasaan ini. Untungnya di saat ini, Anda bisa menemukan semua jenis informasi di internet tentang bagaimana memperbaiki benda. Tapi berhati-hati dengan listrik, misalnya, bisa sangat berbahaya. Pastikan Anda tahu apa yang Anda lakukan ketika melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan listrik.

  7. Jangan mengoreksi. Tanya kenapa

    Ketika anak melakukan kesalahan, misalnya menggunakan kata yang tidak sopan atau berperilaku buruk di meja makan, jangan langsung mengoreksi, Bun. Tapi bicaralah tentang apa yang telah ia lakukan dan tanya, “Kenapa Kakak lakukan itu?”

    Misalnya bila anak memakan sup dan menyeruput dengan suara berisik dan Anda menganggapnya perilaku yang kurang sopan, jangan langsung memarahinya dan memberitahu cara makan sup yang sopan. Tapi tanyakan apakah ia mengira ini cara yang tepat untuk makan sup. Bila ia menjawab ya, tanyakan kenapa. Bila ia menjawab tidak, tanya kenapa ia makan sup seperti itu.

    Kemungkinan ia akan menjawab kalau ia terburu-buru atau sangat lapar atau teman-temannya makan sup seperti itu di sekolah. Sekarang Anda bisa membuka percakapan tentang tata krama di meja makan, cara menikmati makanan, dan menghormati orang lain. Yang paling penting Anda mengajarkan anak untuk mempertanyakan semua hal. Ini penting untuk pikiran kreatif.

(Ismawati)