Balita

5 Mitos MPASI Yang Sebaiknya Perlu Dihindari

5 Mitos MPASI Yang Sebaiknya Perlu Dihindari

Mitos dan fakta seputar MPASI cukup banyak ya Bu, bahkan terkadang kita jadi bingung nih mitos fakta MPASI yang valid. Pada dasarnya mitos MPASI yang beredar adalah hal yang wajar karena ilmu tentang dunia bayi serta anak-anak terus berkembang dari waktu ke waktu. 

Yang harus diperhatikan adalah mitos tentang MPASI sebaiknya digunakan sebagai informasi saja ya, bukan pedoman utama dalam pemberian makanan pendamping ASI untuk si kecil. Informasi valid mengenai pemberian MPASI untuk si kecil adalah sesuai dengan anjuran yang diberikan oleh WHO atau dokter terkait.

Melansir dari laman World Health Organization (WHO), saat si kecil memasuki usia 6 bulan, kebutuhan energi dan nutrisinya akan melebihi yang terkandung pada ASI, oleh karena itu makanan pendamping ASI harus diberikan untuk melengkapi kebutuhan gizi hariannya. MPASI yang diberikan juga harus tepat gizinya, tepat pemberiannya, serta bersih sehingga aman untuk kesehatan si kecil.

Pemberian MPASI yang tepat dapat membantu tumbuh kembang si kecil menjadi lebih baik dan sehat. Untuk lebih jelasnya, kita simak bersama yuk mitos mpasi apa yang kerap beredar di masyarakat dan sebaiknya Ibu hindari.

Beberapa mitos MPASI yang sering beredar di masyarakat


Mitos dan fakta seputar MPASI yang cukup banyak ini sebaiknya kita simak baik-baik dan kita ambil sisi positifnya saja. Berikut ini merupakan beberapa mitos MPASI yang sebaiknya kita tahu dan kenali faktanya.

1. Bayi terlihat mengecapkan mulut, tanda ingin segera makan

Mitos MPASI yang satu ini kerap kita dengar di masyarakat. Ada yang mengatakan bila bayi ikut membuka mulut saat ibunya makan, maka bayi tersebut lapar dan ingin makan (walaupun usianya belum mencapai usia 6 bulan). 

Melansir dari laman Today’s Parent, faktanya hal tersebut hanyalah salah satu tanda dari kesiapan bayi untuk makan. Padahal, menurut Catherine Pound, dokter anak di Children’s Hospital Ottawa, usia adalah faktor penting dalam pemberian MPASI, selebihnya kesiapan tersebut dinilai juga dari beberapa faktor lain seperti sudah mampu duduk sendiri tanpa bantuan, dapat mengangkat kepala, punya koordinasi mengunyah dan menelan yang baik, dan tertarik pada makanan. 

Jika ada yang bilang anak Ibu sedang lapar atau ingin makan padahal usianya masih jauh dari 6 bulan, maka mitos tentang mpasi ini sebaiknya diabaikan saja. Patuhi anjuran dokter bahwa MPASI baru boleh diberikan saat si kecil menginjak usia 6 bulan dan abaikan mitos MPASI yang tidak sesuai.

2. Metode baby led weaning tidak bisa mengkonsumsi makanan encer


Melansir dari laman Family Style Nutrition, jika Ibu menggunakan metode baby led weaning, mungkin beberapa makanan sedikit hambar jika dimakan tanpa campuran, misalnya yoghurt, oatmeal, saus apel, dan sebagainya. Bayi yang memakai metode led weaning tetap boleh mengonsumsi makanan dengan tekstur cair dan memberinya sendok. 

Ibu bisa lebih kreatif di sini, misalnya celupkan buah-buahan dengan yoghurt sehingga bayi Ibu masih tetap bisa menggunakan metode led weaning. Atau misalnya Ibu bisa membuat roti panggang dengan olesan saus berupa sayuran yang dihaluskan dan dicampur dengan beberapa bahan lain yang membuatnya tetap enak. 

Mitos dan fakta seputar MPASI memang banyak yang unik dan perlu ditegakkan dengan fakta yang ada. Hindari mitos MPASI yang satu ini agar si kecil tetap terpenuhi gizinya.

3. Jika Ibunya pernah MPASI dini, maka anaknya juga boleh

Mitos fakta MPASI yang beredar di masyarakat kita seringnya salah kaprah dan turun temurun dipercayai. Melansir dari laman Weaning World, mitos MPASI yang satu ini tidak dibenarkan, apalagi WHO telah memberikan aturan pemberian MPASI dimulai pada usia 6 bulan.

Kecuali bayi Ibu punya kondisi medis tertentu dan pemberian MPASI dilakukan berdasarkan pengawasan ketat dari dokter. Selebihnya, Ibu tidak perlu khawatir bayi Ibu kelaparan karena lambung bayi sudah sesuai dengan usianya. 

4. MPASI wajib dimulai dengan satu jenis makanan dulu


Mitos MPASI tentang pemberian satu jenis bahan makanan dulu baru kemudian dicampur dengan bahan makanan lain sudah sering kali dilakukan di masyarakat kita. Mitos MPASI ini beredar dikarenakan sebagian orang cukup khawatir si kecil akan kaget saat langsung diberi makanan seperti bubur lembut dengan beraneka ragam isi (nasi, daging, sayur, kaldu yang dicampur dan dihaluskan). 

Faktanya, Ibu boleh memberikan makanan MPASI padat gizi dengan aneka ragam isi untuk si kecil namun disesuaikan dengan tekstur sesuai usianya. Jika ini kali pertama ia makan, maka tekstur yang disarankan adalah halus seperti diblender, kemudian ia bisa naik tekstur di usia tertentu dan sesuai kemampuan mengunyahnya. 

Pemberian makanan padat gizi diawal masa MPASI-nya justru akan melatih motorik pada mulut si kecil dan mengasah kemampuan mengunyahnya meskipun giginya belum muncul. 

5. MPASI sebelum 1 tahun rasanya harus hambar


Mitos MPASI berikutnya adalah tentang rasa makanan yang diberikan pada bayi Ibu. Sebelum satu tahun tidak diperkenankan diberi garam atau gula terlebih dahulu. Namun membiarkan rasa makanan si kecil hambar sejak ia mulai makan adalah salah satu mitos tentang MPASI. 

Rasa tidak harus dari garam dan gula, melainkan bisa mencoba yang lebih alami, misalnya menggunakan daun salam, bawang merah, bawang putih, atau rempah-rempah lainnya. Mengenalkan si kecil pada beraneka ragam rasa juga dapat membuatnya  lebih terbuka dengan rasa masakan baru di kemudian hari. 

Ini bekal yang bermanfaat untuk Ibu dalam menghadapi GTM yang mungkin saja datang tak diundang. Asalkan rasa yang diberikan masih alami, maka masih aman untuk diberikan pada si kecil.

Editor: Aprilia