Balita

Bisakah Ibu Menyusui dengan Hipertiroid Memberikan ASI?

Bisakah Ibu Menyusui dengan Hipertiroid Memberikan ASI?

Ibu menyusui yang mengalami hipertiroid atau penyakit tiroid yang terlalu aktif pasti pernah bertanya-tanya, apakah aman untuk tetap memberikan ASI ke si kecil dengan kondisi yang seperti ini? Sebelum membahasnya lebih lanjut, kita akan membahas penyakit ini lebih jauh terlebih dahulu.

Penyakit ini adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid menghasilkan dan memproduksi terlalu banyak hormon tiroid. Kelenjar tiroid berada di depan leher ibu menyusui, tepat di bawah jakun. Kelenjar tiroid memproduksi hormon yang mengontrol metabolisme, detak jantung dan membakar kalori.

Hipertiroid bisa mempengaruhi metabolisme ibu menyusui, meningkatkan keringat, detak jantung menjadi cepat, tremor tangan, sulit tidur, serta berat badan berkurang.


Mitos Seputar Penyakit Tiroid 

Masalah tiroid sangat umum ditemukan, sehingga sangat mungkin terjadi pada ibu menyusui. Beberapa ahli menyatakan bahwa wanita dengan usia lebih dari 35 tahun, kemungkinan mengalami gangguan tiroid hingga 30 persen. Banyak hal yang bisa memicu masalah tiroid, termasuk genetik, serangan autoimun, kehamilan, stres, kekurangan nutrisi, atau racun dari lingkungan.

Diagnosa masalah tiroid pada ibu menyusui bukan hal mudah, gejalanya sering tidak spesifik seperti lelah, depresi, dan cemas. Berikut ini beberapa mitos terkait dengan tiroid.


  1. Bila mengalami masalah tiroid, ibu menyusui akan mengetahuinya

    Gejala umum dari ibu menyusui yang mengalami penyakit ini biasanya ibu sering merasa lelah berlebihan meski sudah tidur semalaman, cemas, detak jantung cepat, kulit kering, dan tekanan darah tinggi. Diagnosa gangguan tiroid sering salah pada wanita, karena kondisi perubahan hormon wanita memiliki gejala serupa. Saat seseorang memiliki berat badan berlebih, ia juga bisa menunjukkan gejala yang mirip dengan penyakit tiroid.


  2. Hanya wanita lanjut usia yang mengalami masalah tiroid

    Penyakit tiroid bisa terjadi pada pria dan wanita usia berapa pun, bahkan pada ibu menyusui. Tapi wanita memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami masalah tiroid. Ada banyak wanita muda yang mengalami masalah tiroid. Genetik serta faktor lingkungan biasanya menjadi penyebab masalah hipertiroid atau hipotiroid. Wanita lebih berisiko mengalami masalah tiroid karena memiliki tingkat estrogen lebih tinggi dibanding pria.


  3. Banyak konsumsi yodium bisa meningkatkan kesehatan tiroid

    Tiroid membutuhkan yodium agar berfungsi normal. Tapi konsumsi suplemen yodium kadang bisa membahayakan tiroid. Yodium berlebihan bisa memicu disfungsi tiroid. Bila tubuh Ibu tidak memiliki mekanisme kerja tiroid yang seharusnya saat kelebihan yodium, ini akan memicu produksi hormon tiroid berlebihan.


  4. Melakukan gerakan headstand akan mengurangi gejala penyakit tiroid

    Ada mitos yang mengatakan kalau melakukan headstand atau pose yoga terbalik dapat mengatasi gejala penyakit tiroid karena posisi ini akan meningkatkan aliran darah ke kelenjar tiroid. Tentu, yoga akan memperkuat tubuh dan menenangkan pikiran, tapi sebenarnya tidak ada gerakan atau pose tertentu yang bisa mengatasi masalah tiroid atau mencegah terjadinya masalah tiroid.

    Bila melakukan posisi terbalik membuat Ibu merasa sehat, maka ini tidak akan jadi masalah. Lagipula olahraga ini sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh secara umum.


  5. Bila ada bengkak di leher, berarti kita mengalami masalah tiroid

    Bengkak di leher tak selalu disebabkan karena tiroid yang membesar. Meski bengkak pada leher adalah hal yang umum yang sering ditemukan pada penderita tiroid, ada banyak masalah lain yang menimbulkan kondisi ini.

    Penyebab lain bengkak leher bisa karena kista. Jika ada pembengkakkan di leher, Ibu sebaiknya memeriksakan hal tersebut ke dokter agar ia bisa mengevaluasinya melalui pemeriksaan atau CT scan bila dibutuhkan.


  6. Bila merasa lelah dan berat badan bertambah, ada yang salah dengan tiroid kita

    Gejala hipotiroid sangat tidak spesifik, yang artinya bisa muncul dalam berbagai kondisi berbeda. Pada pasien wanita, dokter biasanya akan memeriksa siklus menstruasi, yang sering menyebabkan gejala yang mirip dengan hipertiroid. Gejala seperti lelah dan penambahan berat badan bisa menjadi tanda masalah pada tiroid atau bisa juga karena masalah pada siklus menstruasi.


  7. Penyakit tiroid mudah ditangani

    Masalah tiroid tidak mudah ditangani, tapi penanganannya juga tidak rumit. Kebanyakan orang dengan penyakit tiroid diresepkan obat untuk menggantikan T4, satu jenis hormon tiroid yang tidak bisa berproduksi sendiri. Lalu kelenjar tiroid bisa mengubah T4 menjadi T3, walaupun orang tersebut memiliki masalah tiroid.


Gejala Hipertiroid

Hipertiroid biasanya berkembang sangat lambat, jadi gejalanya kadang sering tertukar dengan gejala stres atau masalah kesehatan lain. Berikut ini beberapa gejala hipertiroid yang bisa Ibu menyusui perhatikan:

  • Berat badan berkurang

  • Tremor (gemetar pada tangan dan jari)

  • Detak jantung cepat, detak jantung tidak teratur

  • Cemas

  • Perubahan pada pola menstruasi (menjadi lebih ringan dan kurang sering)

  • Lebih sensitif pada panas

  • Peningkatan keringat

  • Perubahan pola buang air besar

  • Sulit tidur

  • Lelah

  • Kelenjar tiroid membesar, yang muncul seperti bengkak pada dasar leher

  • Otot lemah

  • Peningkatan selera makan.

Bila hipertiroid disebabkan oleh penyakit Graves, ibu menyusui juga akan mengalami gangguan pada mata. Gejala bisa muncul sebelum, setelah, atau saat terjadi gejala hipertiroid. Pada penyakit Graves, otot di belakang mata membengkak dan mendorong mata keluar. Sering kali bola mata menonjol keluar dari posisi normal. Permukaan depan bola mata menjadi kering, merah, dan bengkak. Mata terasa tidak nyaman, sensitif terhadap cahaya, penglihatan kabur, dan mata tidak bisa banyak bergerak.


Penyebab Hipertiroid 

Pada lebih dari 70 persen kasus, hipertiroid disebabkan oleh gangguan autoimun yang disebut penyakit Graves. Biasanya, antibodi yang diproduksi oleh sistem kekebalan membantu melindungi tubuh dari virus, bakteri, dan unsur asing lain. Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan memproduksi antibodi yang menyerang jaringan dan organ tubuh. Pada penyakit Graves, antibodi yang diproduksi oleh sistem kekebalan menstimulasi tiroid, membuatnya memproduksi terlalu banyak hormon. Penyakit Graves biasanya turunan dalam keluarga dan umum pada wanita usia muda.

Dua penyebab umum lain dari hipertiroid adalah:

  • Gumpalan pada tiroid bisa tumbuh dan meningkat aktivitasnya sehingga menghasilkan hormon yang berlebihan

  • Masalah dengan sistem kekebalan atau infeksi virus yang menyebabkan kelenjar tiroid menjadi meradang dan memproduksi hormon tiroid berlebih yang akhirnya bocor ke aliran darah.


Diagnosa Hipertiroid

Bila ibu menyusui mengalami gejala hipertiroid, dokter akan memeriksa kelenjar tiroid yang membesar, detak jantung yang cepat, perubahan pada mata, dan tremor pada jari dan tangan. Diagnosa bisa dikonfirmasi dengan tes darah yang mengukur jumlah hormon tiroid di darah.

Bila tes darah menunjukkan jumlah tiroid yang berlebihan, dokter bisa melakukan pemeriksaan tiroid untuk melihat apakah seluruh tiroid terkena.

Dokter juga bisa melakukan tes radioaktif yodium untuk mengukur kemampuan tiroid untuk menyerap yodium. Jika penyerapan yodium terlalu tinggi, itu bisa jadi tanda kalau kelenjar tiroid memproduksi terlalu banyak hormon. Hal ini mengindikasikan kondisi penyakit Graves. Penyerapan yodium yang rendah akan mengindikasikan masalah tiroiditis sebagai penyebab hipertiroid yang dialami ibu.


Penanganan Hipertiroid

Ada sejumlah penanganan untuk hipertiroid yang dialami ibu menyusui. Dokter biasanya akan memilih penanganan yang tepat berdasarkan usia, kondisi fisik, penyebab hipertiroid, dan seberapa parah kondisinya. Berikut beberapa penanganan hipertiroid yang biasanya dilakukan oleh dokter:

  • Radioaktif yodium. Radioaktif yodium dimasukkan lewat mulut, menyatu dengan aliran darah, dan diserap oleh sel tiroid. Radioaktif yodium menyebabkan tingkat hormon tiroid di tubuh menurun. Gejala yang timbul biasanya mereda dalam 3 sampai 6 bulan. Penanganan ini telah digunakan selama lebih dari 60 tahun tanpa menimbulkan masalah berarti.

  • Obat anti tiroid. Obat ini mengatasi tiroid dengan menghambat kemampuan tiroid untuk memproduksi hormon. Gejala mulai membaik setelah 6 sampai 12 minggu, tapi penanganan biasanya berlanjut selama setidaknya satu tahun.

  • Pembedahan. Hipertiroid bisa ditangani dengan pembedahan untuk mengangkat kelenjar tiroid. Setelah pembedahan, Ibu perlu minum suplemen hormon tiroid untuk mengembalikan tingkat hormon ke normal.

  • Beta blockers. Apapun penanganan yang digunakan, dokter akan meresepkan obat beta blocker untuk memperlambat detak jantung dan gemetar hingga tingkat tiroid mendekati normal.


Komplikasi Hipertiroid

Bila tidak diobati, hipertiroid bisa memicu masalah kesehatan lain seperti:

  • Masalah jantung. Detak jantung yang cepat, atau gagal jantung congestive bisa muncul.

  • Osteoporosis (tulang rapuh). Terlalu banyak hormon tiroid bisa mengganggu kemampuan tubuh untuk menggunakan kalsium di tulang. Pastikan ibu menyusui mendapat cukup kalsium dari makanan untuk mencegah osteoporosis.

  • Masalah penglihatan akibat penyakit Graves. Untuk meredakan gejalanya:

    • Gunakan kompres dingin pada mata

    • Kenakan kacamata

    • Gunakan tetes mata

    • Naikkan posisi kepala tempat tidur untuk menurunkan aliran darah ke kepala.

  • Kulit merah dan bengkak pada kaki karena penyakit Graves. Coba gunakan krim hydrocortisone untuk mengatasinya.

  • Krisis thyrotoxic. Tiba-tiba gejala hipertiroid memburuk dan memicu demam, detak jantung cepat, serta penurunan kesadaran. Segera hubungi dokter bila ini terjadi.


Makanan Untuk Mengatasi Gejala Hipertiroid

Pola makan yang sehat belum diketahui bisa mengatasi hipertiroid atau tidak. Meski demikian, konsumsi makanan sehat bisa membantu meringankan gejala hipertiroid. Tapi makanan apa saja yang perlu dikonsumsi? Simak yuk penjelasannya berikut ini


  1. Buah berry

    Dari strawberry, blueberry, hingga raspberry, semua buah berry mengandung antioksidan yang menjaga sistem kekebalan tubuh ibu tetap kuat. Makanlah satu sajian berry setiap hari.


  2. Perbanyak produk susu

    Hipertiroid yang tidak ditangani bisa perlahan merusak tulang dan memicu osteoporosis. Untuk mencegahnya, konsumsi 3 sajian kalsium dari yoghurt atau produk susu lainnya seperti keju dan susu setiap hari.


  3. Vitamin D dan omega-3

    Salmon mengandung vitamin D yang merupakan nutrisi penting yang bekerja dengan kalsium untuk mencegah kerusakan tulang. Salmon mengandung asam lemak omega 3 yang membuat ibu menyusui tetap sehat. Tubuh tidak secara alami memproduksi asam lemak ini, jadi Ibu perlu memperolehnya dari makanan. Bila Ibu tidak senang makan ikan, dapatkan vitamin D dari telur dan jamur, lalu omega 3 dari minyak zaitun. Pastikan makanan ini ada di menu makan Ibu setiap hari.


Makanan Yang Perlu Dihindari Ketika Mengalami Hipertiroid

Selain penanganan dengan obat dan pola makan sehat, pantangan makanan tertentu bisa membantu mengurangi gejala hipertiroid. Simak yuk beberapa makanan yang perlu Ibu hindari!


  1. Makanan yang memicu alergi makanan

    Mengonsumsi makanan yang membuat Ibu mengalami alergi makanan akan membuat gejala hipertiroid bertambah parah. Gejala bisa berupa ruam pada kulit, sulit bernafas, kram perut, dan diare. Bila mengalami alergi makanan, hindari penyebabnya. Beberapa makanan yang biasanya menyebabkan alergi biasanya makanan yang berasal dari produk susu, kedelai, kacang, dan zat tambahan buatan pada makanan.

    Bila menghindari produk susu, pastikan Ibu mendapatkan sumber kalsium lain, seperti dari susu almond dan makanan laut. Untuk menggantikan produk gandum yang biasanya memicu penyakit seliak, Ibu bisa mengonsumsi oatmeal bebas gluten, beras coklat, dan ketela.


  2. Karbohidrat tinggi glikemik

    Penyakit tiroid bisa mengganggu metabolisme karbohidrat dan kontrol gula darah, tapi ibu menyusui tidak bisa menghindari asupan karbohidrat karena itu merupakan sumber energi utama. Untuk menjaga gula darah normal dan menurunkan risiko diabetes, yang terkait dengan penyakit tiroid, batasi sumber glikemik tinggi, yang memilik dampak dramatis pada gula darah.

    Makanan manis, jus, sereal rendah serat, dan kentang instan memiliki nilai glikemik tinggi. Ibu menyusui perlu memilih sumber karbohidrat kaya serat yang memiliki dampak glikemik rendah, seperti oatmeal.


  3. Makanan goitrogenik

    Goitrogen adalah unsur alami yang bisa mengganggu produksi hormon tiroid. Karena penanganan hipertiroid bisa memicu kekurangan tiroid (hipotiroid), ibu menyusui perlu batasi makanan goitrogenik, khususnya bila Ibu kekurangan yodium.

    Sayuran seperti brokoli, bunga kol, dan kedelai, mengandung goitrogen. Meski beberapa penelitian menunjukkan kedelai tidak mengganggu hormon tiroid, sebaiknya konsumsi kedelai seperlunya saja, misalnya satu sajian susu kedelai atau tahu per hari. Alternatif sayuran non-goitrogenik yang bisa Ibu coba antara lain wortel, asparagus, dan bawang putih.


  4. Lemak tidak sehat

    Lemak trans dan lemak jenuh akan meningkatkan peradangan, karena itu, kurangi konsumsinya untuk membantu menurunkan gejala hipertiroid. Kurangi konsumsi daging merah yang digoreng atau diproses serta produk susu tinggi lemak yang mengandung lemak jenuh. Ibu menyusui perlu beralih ke ikan dan unggas tanpa kulit. Lemak omega 3 yang sehat ada di minyak ikan, seperti salmon.


  5. Alkohol dan kafein

    Alkohol dan kafein bisa mengganggu keseimbangan mood, pola tidur, fungsi tiroid, dan pengobatan tiroid. Minta persetujuan dokter sebelum Ibu mengonsumsi kafein, seperti minuman ringan, kopi, dan teh. Tetap terhidrasi dengan minum banyak air putih atau minuman tanpa kafein maupun alkohol seperti produk susu rendah lemak. Buah segar dan sayuran juga bisa meningkatkan hidrasi.


Penyakit Tiroid Dan Menyusui 

Ibu menyusui yang mengalami hipertiroid biasanya memiliki tingkat hormon tiroid rendah namun mengalami peningkatan TSH (thyroid stimulating hormone). Gejalanya bisa berupa penambahan berat, kulit kering, selera makan menurun, lelah, depresi, dan penurunan persediaan ASI.

Obat yang dikonsumsi biasanya untuk mengatasi masalah tiroid yang tersekresi di ASI, tapi dalam tingkat yang rendah. Karena TSH biasanya meningkat pada ibu menyusui yang hipotiroid, maka tiroid bisa muncul di ASI pada tingkat yang tinggi pula. Hal ini secara teori bisa menyebabkan hipertiroid pada bayi yang menyusu. Tapi sebuah penelitian menemukan bahwa TSH yang terkandung pada ASI kadarnya sangat rendah meskipun ibu menyusui memiliki tingkat TSH yang sangat tinggi.

Pada kasus lainnya, tingkat tiroid rendah yang tidak ditangani bisa menyebabkan penurunan persediaan ASI dan kadang membuat bayi tidak bertambah berat badannya. Sedangkan ibu menyusui dengan hipertiroid memiliki tingkat hormon tiroid yang meningkat. Gejalanya bisa berupa penurunan berat badan, detak jantung cepat, serta insomnia. Tapi hipertiroid tidak akan menghalangi Ibu untuk tetap menyusui. Tenang saja Bu, hormon tiroid yang masuk ke ASI sangat rendah kok. Bahkan ada bukti kalau menyusui bisa membantu mencegah masalah tiroid baik bagi ibu menyusui dan bayi.

Bila ibu menyusui mengalami penyakit Graves atau kondisi hipertiroid sebelum hamil, Ibu perlu terus ke dokter untuk memonitor kondisi Ibu sepanjang kehamilan dan ketika menyusui. Tingkat tiroid bisa berubah ketika tubuh mengalami perubahan, jadi dokter perlu menyesuaikan obat selama dan setelah kehamilan.

Bila Ibu belum pernah mengalami masalah tiroid sebelumnya, gejala tiroid bisa mulai terasa setelah Ibu melahirkan. Beberapa wanita mengalami hipertiroid diikuti hipotiroid di bulan-bulan setelah melahirkan, yang disebut postpartum thyroiditis. Fase ini biasanya hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu dan tidak membutuhkan pengobatan.

Tapi bila gejala hipertiroid cukup parah atau berlangsung lebih dari beberapa bulan, dokter bisa memberikan obat dosis rendah serta memonitor Ibu dan bayi. Menyusui dengan kondisi hipertiroid mungkin tidak mudah, selain gejala yang muncul, hipertiroid bisa menyebabkan produksi ASI lebih sedikit daripada Ibu yang tidak menderita masalah tiroid.

(Ismawati, Yusrina)