Balita

Cara agar Anak Mau Belajar Tanpa Harus Disuruh

Cara agar Anak Mau Belajar Tanpa Harus Disuruh

Bagaimana ya caranya agar anak mau belajar sendiri di rumah?  

Bagi beberapa anak, belajar menjadi suatu kegiatan yang dihindari. Beberapa bahkan merasa bahwa belajar adalah kegiatan yang tidak menyenangkan sama sekali. Jika anak sudah punya mindset semacam ini, tentu akan sulit untuk memintanya belajar. Meski begitu, sebenarnya belajar pun tak berbeda dari aktivitas lainnya. Ibu bisa membuatnya menjadi aktivitas yang menyenangkan, lho. Jadi, anak pun tergerak untuk belajar sendiri tanpa harus disuruh-suruh.

Bersama psikologi anak dan keluarga, Samanta Elsener, M.Psi., Psikolog, yuk cari tahu bagaimana cara agar anak mau belajar tanpa harus disuruh-suruh lagi. Mari simak bersama!

Pahami kebutuhan belajar anak

Kebutuhan belajar tiap anak berbeda-beda. Sudah merupakan tugas orang tua untuk memahaminya. Sayangnya, sering kali kebutuhan belajar anak tidak bisa langsung ketahuan jika hanya diamati. Untuk itu, Ibu bisa coba ajak Si Kecil berdiskusi. Tanyakan apa yang sekiranya menghambat mereka untuk belajar. Menurut Samanta, biasanya hambatan belajar anak disebabkan oleh 2 hal, antara faktor akademis atau sosial.

Jika disebabkan oleh faktor akademis, sumber masalahnya datang dari materi belajarnya. Jangan terburu-buru menganggap anak tidak mampu menangkap materi. Sebab, bisa saja hambatan tersebut muncul karena penyampaian materi yang sulit dimengerti atau bisa juga karena sistem pembelajaran yang kurang optimal. 

Sedangkan faktor sosial berkaitan dengan hubungan antara Si Kecil dengan orang-orang di lingkungan belajarnya. Entah itu hubungan dengan teman atau guru. Meski kelihatannya tidak langsung berpengaruh, hubungan sosial ternyata memiliki dampak pada mental anak.

Pelajari tentang gaya belajar 

Menurut teori Barbe, terdapat 3 gaya belajar: visual, auditori, dan kinestetik. Samanta menjelaskan bahwa sebenarnya ketiga hal tersebut semuanya ada dalam diri manusia. Hanya saja, persentasenya berbeda-beda sehingga ada aspek yang lebih dominan.

Aspek dominan inilah yang kemudian menjadi gaya belajar utama anak. Katakanlah Si Kecil lebih dominan pada aspek auditori, maka pembelajaran sebaiknya melibatkan suara. “Misalnya, menyampaikan materi dengan cara mendongeng,” jelas Samanta.

Untuk anak-anak yang dominan pada aspek kinestetik bisa diajak melakukan eksperimen. Mereka juga lebih mudah berkonsentrasi jika melakukan aktivitas fisik seperti stretching sebelum belajar. Sedangkan mereka yang dominan visual lebih suka materi yang dilengkapi dengan gambar. Penggunaan warna yang beragam juga membuat mereka lebih mudah fokus.

Coba terapkan metode gamifikasi

Anak-anak pasti suka dengan game. Ternyata Ibu juga bisa menerapkan game dalam kegiatan belajar. Nama metodenya adalah metode gamifikasi. Layaknya sebuah game, dalam gamifikasi, anak akan mendapat poin atau reward saat menyelesaikan sebuah “misi”.  Nah, misi tersebut bisa berupa hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran. Misal, untuk setiap nomor PR yang berhasil diselesaikan, anak mendapat poin tambahan.

Poin yang sudah dikumpulkan anak nantinya bisa ditukar dengan reward. Tidak perlu reward yang mahal, Ibu bisa memberikan hadiah simpel seperti waktu bermain gadget yang lebih panjang atau camilan kesukaaan Si Kecil. 

Namun perlu diingat, gamifikasi tidak melulu berupa reward. Elemen game seperti kesempatan kedua atau memilih jalur, juga bisa diterapkan. Misalnya, saat anak kesulitan mengerjakan PR, Ibu bisa memberikan opsi “bantuan”. Cara seperti ini akan membuat anak tidak lekas berputus asa dalam menyelesaikan masalahnya sendiri.

Jangan lupa istirahat

Inilah yang sering dilupakan orang tua. Terlalu memaksa anak untuk terus belajar. Padahal, istirahat juga penting lho, Bu. Tanpa istirahat yang cukup, materi yang sedang dipelajari Si Kecil akan lebih sulit terserap. Materi pun hanya akan sekadar lewat.

Untuk setiap 30 menit belajar, Ibu bisa memberikan jeda istirahat 5-10 menit. Istirahat pun harus benar-benar rileks untuk anak. Jangan mengisi waktu istirahat anak dengan gadget. Waktu istirahat bisa dipakai untuk camilan atau stretching ringan agar badan terasa lebih segar.

Mengisi waktu istirahat dengan bermain gadget hanya akan memecah konsentrasi Si Kecil. Saat waktu istirahat berakhir, ia akan lebih memikirkan tentang konten dari gadget, bukan lagi materi yang sedang dipelajarinya. Selain itu, penggunaan gadget juga bisa membuat penglihatan anak lebih cepat merasa lelah.

Selalu beri dukungan

Anak-anak selalu membutuhkan dukungan, termasuk saat belajar. Terkadang, ia menemukan materi yang susah dipahami atau bahkan pelajaran yang tidak disukai. Hal-hal semacam ini bisa membuatnya kehilangan semangat belajar.

Adalah hal yang sangat wajar jika Si Kecil merasa kesulitan dalam belajar. Ingat, tiap setiap anak punya kemampuan dan daya tangkap yang berbeda-beda. Ada anak yang pandai Matematika, namun lemah di pelajaran Bahasa. Beberapa suka pelajaran Olahraga, tapi kurang senang materi IPA.

Saat anak mengalami hambatan, yang harus dilakukan pertama kali adalah memahami kesulitannya. Dengan begitu anak tidak tertekan atau merasa tertinggal dari teman-temannya. Ibu mungkin bisa coba ceritakan pengalaman sendiri di masa sekolah dulu. Intinya, sebisa mungkin beri dukungan terbaik untuk anak. Jadilah support system yang bisa selalu diandalkan oleh Si Kecil. 


Dari pembahasan mengenai cara agar anak mau belajar di atas, bisa diketahui bahwa orang tua punya peranan penting dalam pendidikan anak. Jika ingin anak suka belajar, maka orang tua harus memberikan dukungan terbaik. Ciptakan suasana yang nyaman agar anak tetap termotivasi untuk belajar. Lakukan pendekatan untuk bisa memahami seperti apa cara belajar yang disukai anak. Semoga tips ini bisa membantu!