Balita

Cara Menjelaskan Kematian Pada Anak Agar Mudah Dimengerti

Cara Menjelaskan Kematian Pada Anak Agar Mudah Dimengerti

Bukan hal yang mudah untuk bisa menjelaskan meninggal pada anak. Mungkin banyak dari kita yang lebih memilih untuk menghindar ketika anak bertanya tentang sosok keluarganya yang baru saja meninggal. Biasanya anak-anak akan mencari tahu keberadaan kerabatnya tersebut lewat pertanyaan-pertanyaan, “Ibu, kok nenek nggak ada? Ke mana?”, atau “Ayah, kok kakek tidur terus nggak bangun-bangun?”. Semua pertanyaan semacam itu valid dan sangat normal keluar dari mulut anak. Jadi, kita sebagai orang tua tidak perlu merasa risi dan berusaha menghindar saat mendengar pertanyaan tersebut dari mereka.

Kematian sendiri merupakan hal yang masih sangat abstrak dan sulit dicerna anak-anak, apalagi yang masih balita. Jangankan anak-anak, kita yang sudah dewasa saja mungkin masih menganggap kalau kematian itu termasuk hal yang kompleks untuk dijelaskan. Penjelasannya juga mungkin berbeda-beda, tergantung kepercayaan dan agama masing-masing. Namun, satu hal yang pasti, bahwa semua yang bernyawa pasti akan mati. 

Jadi, meski mungkin anak Ibu belum pernah bertanya soal kematian, bukan berarti mereka tidak akan penasaran di kemudian hari. Tidak ada salahnya Ayah dan Ibu mempersiapkan jawabannya dan mempelajari trik khususnya mulai sekarang. Terlebih di puncak pandemi seperti saat ini, di mana kasus Covid-19 terus melonjak diiringi kasus kematian yang juga sedang tinggi-tingginya, bukan tidak mungkin anak akan menanyakan soal kematian karena terlalu banyak mendengar berita duka.

Cara Menjelaskan Kematian Pada Anak

Sebenarnya, rasa ingin tahu anak tentang kematian tak hanya bisa datang saat ia mengalami sendiri ditinggal keluarga terdekat, tapi bisa juga muncul lewat tayangan di televisi, film, atau buku bacaan yang memang menceritakan soal kematian. Namun, apa yang ia saksikan lewat tayangan atau bacaan tersebut tidaklah cukup menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi saat manusia mati. Orang tua tetap perlu menjadi “jembatan” bagi anak supaya ia bisa memahami makna kematian dengan lebih baik. Nah, sebenarnya, bagaimana sih cara menjelaskan meninggal pada anak? Adakah trik khususnya supaya anak lebih mudah memahami konsep yang abstrak ini?

1. Beri jawaban singkat dan sederhana

Anak kecil tidak dapat menerima terlalu banyak informasi sekaligus. Dilansir dari laman Baby Center, anak-anak yang masih berusia prasekolah mungkin lebih bisa menerima penjelasan kematian yang dikaitkan dengan fungsi tubuh yang telah berhenti. Ibu atau Ayah bisa mengatakan, “Sekarang eyang sudah meninggal, sudah tidak bisa merasakan sakit lagi, tubuhnya sudah berhenti bekerja, eyang juga sudah tidak bisa berjalan, makan, tidur, atau melihat lagi”. Menjelaskan meninggal pada anak dengan cara ini akan lebih mudah ia pahami.

2. Jadilah pendengar yang baik

Setiap anak memiliki reaksi yang berbeda-beda saat mengetahui bahwa orang yang dicintai telah meninggal. Beberapa anak mungkin menangis, beberapa langsung mengajukan pertanyaan, sedangkan yang lain ada juga yang tampak tidak bereaksi sama sekali. Bagaimana pun reaksi anak, sediakan tempat yang nyaman untuk dia berkeluh kesah atau sekadar meluapkan emosinya. Tetaplah bersama anak sampai ia benar-benar tenang.

3. Ekspresikan emosi Ibu dan Ayah

Berduka adalah bagian penting dari proses penyembuhan, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Jangan menakut-nakuti anak dengan kesedihan yang berlebihan, tetapi juga jangan menunjukkan kalau mengekspresikan emosi itu dilarang. Jelaskan bahwa orang dewasa terkadang juga perlu menangis, dan bahwa Ibu atau Ayah merasa sedih karena merindukan nenek. Anak-anak yang masih balita sangat menyadari perubahan suasana hati orang lain, dan dia akan lebih khawatir jika dia merasakan ada sesuatu yang salah tetapi orang tua mencoba menyembunyikannya.

4. Jelaskan alasan kematian sesederhana mungkin

Anak mungkin juga akan bertanya alasan mengapa keluarganya meninggal. Kamu dapat menjelaskan alasannya sesederhana mungkin, seperti contohnya “Kakek sudah sangat, sangat tua sehingga tubuhnya tidak bisa bekerja lagi”. Jika kakeknya sudah sakit lama, jelaskan juga bahwa tidak semua sakit bisa menyebabkan seseorang meninggal. Menjelaskan meninggal pada anak dengan cara ini dapat meyakinkannya bahwa jika ia hanya sakit flu, bukan berarti dia juga akan meninggal.

5. Jelaskan kondisi yang mungkin akan dihadapi anak

Jika anak menghadapi kematian orang tuanya sendiri atau anggota keluarga yang merawatnya, jelaskan kondisi atau keadaan yang mungkin akan dialami anak. Ini akan membantu menyingkirkan kekhawatiran dan ketakutan anak akan sesuatu yang tidak pasti serta membantu menjelaskan meninggal pada anak, bahwa kondisi itu mungkin akan membawa perubahan besar baginya. Seperti misalnya mengatakan bahwa mulai minggu depan ia akan diantar jemput oleh omnya, bukan oleh ayahnya lagi. Atau mengatakan kalau mulai sekarang ia akan tinggal bersama Ayah dan kakek nenek saja, atau yang lainnya. Katakan juga bahwa semua orang menyayanginya dan selalu ada untuknya, walau orang terkasihnya itu sudah meninggal.

6. Bicara tentang pemakaman dan ritual

Menjelaskan meninggal pada anak juga bisa dengan mengizinkan mereka bergabung dalam ritual yang diyakini keluarga, seperti pemakaman atau upacara peringatan. Beritahu anak apa yang akan terjadi selama prosesi tersebut, misalnya lewat kalimat, "Banyak orang yang sayang sama nenek akan hadir di sana. Kita akan bernyanyi, berdoa, dan berbicara tentang kehidupan nenek. Orang-orang mungkin akan menangis dan berpelukan. Mereka juga mungkin akan berkata, 'Turut berduka cita’. Itu adalah hal-hal yang sopan dan baik untuk dikatakan kepada keluarga di pemakaman. Kita bisa menyampaikan terima kasih. Kamu bisa berada di dekat Ibu dan memegang tangan Ibu kalau kamu mau”.

Orang tua juga mungkin perlu menjelaskan apa yang terjadi saat proses pemakaman, misalnya jika beragama Islam, jelaskan bahwa tubuh orang yang sudah meninggal akan dibalut kain kafan, disalati, lalu dikuburkan ke dalam tanah. Kita semua akan berdoa di atas kuburan, mendoakannya agar dia senang. Sampaikan juga bahwa mungkin saat penguburan akan banyak orang menangis karena sedih harus melepas seseorang selama-lamanya.

7. Libatkan anak dalam prosesi pemakaman

Cara menjelaskan meninggal pada anak juga bisa dilakukan dengan melibatkan anak dalam proses pemakaman. Minta ia untuk melakukan hal-hal kecil seperti menyiapkan minum untuk pelayat, merangkai bunga, memilih foto mendiang untuk ditampilkan, atau menaburkan bunga di pemakaman. Peran-peran kecil dan aktif ini dapat membantu anak-anak menguasai situasi yang tidak biasa dan cukup emosional. Atau Ibu juga bisa membiarkan anak memutuskan apakah ia ingin ambil bagian dan tanyakan juga apa yang ingin dia lakukan.

8. Bersiaplah untuk mendengar pertanyaan yang sama berulang kali

Memahami kematian bisa jadi hal yang rumit bagi anak. Jangan berharap bahwa hanya dengan menjawab satu kali pertanyaan tentang kematian bisa langsung memenuhi rasa ingin tahunya. Jadi, jangan lelah menjawab pertanyaan anak walaupun pertanyaan itu sudah dilontarkan berulang kali. Saat keterampilan kognitifnya berkembang, ia mungkin akan muncul dengan pertanyaan baru.

Hal Yang Perlu Dihindari Saat Menjelaskan Kematian Pada Anak

1. Menghindar

Menghindar mungkin dianggap sebagai cara aman saat anak bertanya tentang kematian. Namun, hal ini justru harus dihindari. Sangat wajar anak-anak penasaran tentang kematian, bahkan jika dia belum pernah merasakan kehilangan orang tercinta. Faktanya, saat-saat tersebut justru jadi kesempatan yang baik untuk menjelaskan meninggal pada anak dan akan membantunya mengatasi situasi ketika dia benar-benar kehilangan seseorang.

2. Memberi jawaban abstrak

Kita mungkin sering mendengar orang dewasa yang mengatakan kepada anak-anak bahwa kakek atau neneknya sudah beristirahat dalam damai, atau ia sudah bahagia di surga, atau ia telah pergi dengan tenang, atau kalimat-kalimat serupa. Bagi orang dewasa, kalimat-kalimat tersebut mungkin terdengar normal, tapi tidak bagi anak-anak. Penyampaian tersebut akan terdengar sangat abstrak bagi mereka, yang justru bisa memicu pemikiran bahwa “pergi” itu sama dengan “meninggal”, atau bila ia ingin istirahat ia akan meninggal. Sebuah penelitian seperti dikutip dari laman Psychology Today, menunjukkan bahwa menggunakan kata-kata yang realistis atau apa adanya untuk menggambarkan kematian dapat membantu kita melalui proses berduka.

3. Meremehkan kematian hewan peliharaan

Jangan meremehkan kematian hewan peliharaan. Karena bisa jadi ini adalah pengalaman pertama anak-anak menghadapi kematian, dan ini bisa menjadi peristiwa yang sangat tragis bagi mereka. Seekor anjing atau kucing peliharaan sering kali menjadi teman bermain pertama dan terbaik bagi anak-anak. Cobalah untuk tidak mengatakan, "Jangan merasa sedih, Kitty ada di surga sekarang". Ini justru dapat mengajarkan bahwa bersedih itu dilarang. Alih-alih, bersimpatilah atas kehilangannya. Ajukan pertanyaan berulang yang kamu harapkan datang dari orang lain jika orang yang kamu sayangi meninggal. Atau tawarkan bantuan.

4. Hati-hati saat membahas konsep Tuhan dan surga

Penjelasan tentang kematian dan kehidupan setelah kematian tentu saja akan tergantung pada keyakinan agama masing-masing keluarga. Jika kamu meyakini konsep Tuhan dan surga, pikirkan baik-baik tentang apa yang akan kamu katakan, karena kata-kata yang dimaksudkan untuk menghibur anak kecil sebenarnya bisa membingungkannya. Jika Ibu mengatakan, "Pakde bahagia sekarang, karena dia ada di surga," dia mungkin malah jadi khawatir: Kok pakde bisa bahagia, padahal orang-orang di sini sangat sedih.

Alih-alih, coba katakan bahwa, “Pakde memang sudah tidak ada di sini, dan itu sangat membuat kita semua sedih. Tapi kita juga jadi tenang karena pakde sudah bersama Tuhan dan tidak merasakan sakit lagi. Kita berdoa aja ya, supaya pakde bahagia”.

5. Bersikap perfeksionis

Sebagian orang tua mungkin malu kalau harus menangis di depan anak-anak, dan memilih berduka dalam diam. Jika Ayah atau Ibu sangat berduka, tidak apa menangis dan bersedih di depan anak. Namun, tetap berusaha lakukan yang terbaik untuk mendampingi anak melewati masa sulitnya itu. Saat berduka, biasanya pikiran kita jadi kacau sehingga mungkin kita belum bisa memberikan jawaban memuaskan saat anak bertanya tentang kematian. Hal ini tidaklah mengapa, kamu bisa mencoba lagi saat suasana sudah lebih tenang.

Cara Membantu Anak Menghadapi Kematian Orang Terdekat

1. Bersiaplah menghadapi berbagai reaksi

Anak-anak tidak hanya bisa merasa sedih atas kematian orang yang dicintai, mereka mungkin juga merasa bersalah atau marah. Tugas orang tua adalah meyakinkan anak bahwa itu semua sama sekali bukan salahnya atau salah orang yang menangani almarhum (misalnya dokter). Semua terjadi atas kehendak Tuhan. Ayah dan Ibu juga perlu mendampingi anak secara fisik, sampai ia benar-benar merasa tenang.

2. Mengenang almarhum

Anak-anak membutuhkan cara konkret untuk berduka atas kematian orang yang dicintai. Anak balita mungkin belum siap diajak menghadiri pemakaman, tetapi ia dapat berpartisipasi dalam upacara peringatan dengan cara apa pun yang ia rasa nyaman. Dia bisa menyalakan lilin di rumah, menyanyikan sebuah lagu, menyalati, membaca ayat Al-Quran, atau prosesi lainnya menurut agama dan kepercayaan masing-masing.

Jika dia benar-benar ingin menghadiri pemakaman, orang tua sebaiknya menjelaskan dengan hati-hati seperti apa situasi di sana, bagaimana wujud jenazah sebelum dimakamkan, bagaimana reaksi orang lain, dan sebanyak mungkin detail lain tentang acara tersebut.

3. Bantu anak menanggapi liputan media tentang kematian

Umumnya, anak-anak mungkin masih tidak terlalu perhatian dengan berita kematian tokoh tertentu yang dipublikasikan secara luas, atau liputan tentang bencana dan perang. Namun, bukan berarti mereka tidak bisa menangkap kesedihan atau keresahan yang muncul dari raut wajah orang tuanya akibat peristiwa di media tersebut. Ia juga mungkin akan menjadi penasaran setelah mendengar atau melihat orang-orang dewasa di sekitarnya terus membicarakan hal tersebut.

Jika ini terjadi, berilah pemahaman kepada anak bahwa peristiwa tersebut terjadi di tempat yang jauh dari tempat tinggal kalian (misalnya konflik bersenjata). “Meninggalnya para korban memang membuat Ibu atau Ayah sedih, namun jangan khawatir karena kami selalu ada di sini untuk membuat kamu aman dan nyaman.”

4. Bantu anak segera kembali ke rutinitasnya

Jangan menambah rasa kehilangan anak dengan mengabaikan aktivitas yang selama ini sudah menjadi rutinitas. Jadwal yang teratur adalah sesuatu yang disukai anak karena dapat memberinya rasa aman. Semakin cepat jadwalnya menjadi normal, semakin mudah ia melupakan kesedihannya. Apalagi jika anak masih berada di bangku KB atau TK, bisa kembali ke sekolah untuk bermain bersama teman-teman akan semakin membuatnya mudah melalui semuanya.

5. Bantu anak mengingat mendiang

Setelah beberapa hari atau minggu berlalu setelah kepergian orang yang disayang, ajak anak untuk menggambar atau menuliskan cerita favorit tentang mendiang. Menghindari penyebutan nama orang yang sudah meninggal justru tidak disarankan. Sebaliknya, mengingat dan berbagi kenangan indah bersama mendiang dapat membantu menyembuhkan kesedihan dan mengaktifkan perasaan positif.

6. Bantu anak merasa lebih baik

Berikan kenyamanan yang dibutuhkan anak Ibu, entah itu pelukan, kehadiran di sampingnya, dan lain sebagainya. Tanyakan apa yang ingin anak lakukan untuk membuatnya merasa lebih baik. Mungkin anak butuh hiburan lewat aktivitas-aktivitas menarik seperti melukis, membuat kue, atau bahkan pergi ke suatu tempat bersama.

7. Beri anak waktu untuk pulih dari kehilangan

Kesedihan adalah suatu proses yang tidak bisa langsung hilang dalam waktu singkat. Pastikan untuk melakukan percakapan berkelanjutan untuk melihat bagaimana perasaan dan perilaku anak setelah kehilangan orang yang dicintainya. Menyembuhkan bukan berarti melupakan orang yang dicintai. Menyembuhkan rasa kehilangan berarti mengingat kenangan baik tentang orang tersebut untuk membangkitkan perasaan positif yang membantu kita melanjutkan hidup.

8. Mintalah bantuan orang lain

Ayah dan Ibu tidak harus melakukan semua cara di atas sendirian. Bila masih merasa kesulitan, jangan ragu untuk meminta bantuan orang lain, entah keluarga atau bantuan profesional. Apalagi jika anak terlihat murung berhari-hari, menolak makan, menolak tidur, dan tampak tertekan. Bicarakan kondisi tersebut dengan penyedia layanan konseling keluarga atau psikolog.

Penulis: Darin Rania
Editor: Dwi Ratih