Balita

Ketahui 3 Penyebab Anak Impulsif yang Paling Utama!

Ketahui 3 Penyebab Anak Impulsif yang Paling Utama!

Penyebab anak impulsif memiliki banyak faktor dan sebenarnya hal ini dapat terjadi pada orang dewasa juga. 

Melansir dari laman Healthline, perilaku impulsif pada anak merupakan sebuah perilaku di mana anak-anak sering bertindak cepat tanpa memikirkan konsekuensinya. Yang ada dipikirannya hanya melakukan hal yang benar-benar ingin dia lakukan. 

Contoh perilaku impulsif pada anak seperti menyebrang jalan tanpa melihat kanan atau kiri, lompat dari tempat tinggi tanpa menyadari lantainya licin dan bisa menyebabkan ia jatuh.

Penyebab anak impulsif bisa karena ia sedang menderita gangguan kontrol atau gangguan mental tertentu. Namun bisa juga bukan merupakan sebuah gangguan serius (bisa jadi ia hanya belum tahu bahaya apa yang sedang mengancam).

Mengutip dari laman Healthline, penyebab anak impulsif karena adanya gangguan kontrol atau gangguan mental tertentu apabila berkaitan dengan hal seperti:

  • Perilaku impulsif pada si kecil memiliki pola.
  • Ibu atau siapapun tidak dapat mengendalikan tindakan impulsif si kecil.
  • Ada tanda atau gejala penyakit mental lain yang turut menyertai.

Contoh Perilaku Impulsif 


Tindakan impulsif pada anak ini cenderung spontan dan tiba-tiba dilakukan tanpa pertimbangan apapun, termasuk apakah tindakannya membahayakan dirinya atau orang lain. 

Penyebab anak impulsif tidak serta merta dapat diketahui dengan kasat mata dan bisa dinilai begitu saja, perlu sejumlah pemeriksaan intensif untuk memastikan hal ini. 

Berikut ini merupakan beberapa contoh perilaku impulsif yang kerap terjadi baik pada anak-anak maupun orang dewasa, dikutip dari laman Healthline:

1. Perilaku Hedonisme yang Tak Terkontrol

Tak hanya anak-anak, contoh perilaku impulsif ini dapat juga terjadi pada orang dewasa misalnya senang berbelanja barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu diperlukan. 

Melakukan pesta pora tanpa perencanaan atau karena sedang ada perayaan tertentu, berjudi, hingga suka memesan makanan yang sebenarnya ia tidak terlalu inginkan bahkan ketika ia sudah kenyang.

2. Perilaku Merusak Barang

Perilaku merusak barang baik barang sendiri atau orang lain ketika sedang marah merupakan salah satu contoh perilaku impulsif. Orang dewasa yang sedang marah kerap kali melempar sesuatu atau barang yang ada didekatnya. 

Terkadang, anak-anak juga dapat melakukan hal yang sama. Melempar mainan yang sedang ia pegang atau yang ada di dekatnya untuk meluapkan amarahnya. Penyebab anak impulsif ini tidak bisa dibiarkan, setidaknya sebagai orang tua kita bisa mengarahkan supaya ia tidak mengulangi hal tersebut. 

Namun bila ini merupakan tanda adanya gangguan mental pada anak, maka Ibu harus segera membawanya ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

3. Sering Meledak Tanpa Sebab

Umumnya orang marah, kesal, atau sedih karena mengalami suatu hal yang mengusik hati dan emosinya. Namun meledak tanpa sebab atau sering kehilangan ketenangan merupakan contoh perilaku impulsif lainnya dan harus segera diatasi. 

Penyebab anak impulsif yang berkaitan emosi ini tidak bisa dianggap sepele karena akan terbawa hingga ia tumbuh dewasa.  Suka melebih-lebihkan masalah yang ada meskipun sudah selesai juga dapat menjadi contoh perilaku impulsif lainnya.

4. Sering Berbicara Tanpa Kontrol

Contoh perilaku impulsif juga dapat berupa sering kali berbicara atau berbagi hal-hal yang sebenarnya tidak perlu. Orang yang impulsif seolah tidak memiliki kontrol penuh terhadap apapun yang sebaiknya ia ceritakan atau justru ia simpan. 

Penyebab anak impulsif yang berkaitan dengan emosi dan cara berbicara dapat diatasi dengan sejumlah terapi di Klinik Tumbuh Kembang.

5. Gaya Hidup Seks Bebas

Gaya hidup seks bebas tanpa memikirkan bahaya yang akan dirasakan nantinya juga termasuk contoh perilaku impulsif, terutama bila melakukan seks tanpa pengaman yang akan menimbulkan masalah lainnya. 

Bahaya melakukan seks bebas tak hanya mengancam diri saja, namun juga masa depan orang yang melakukannya.

6. Perilaku Menyakiti Diri Sendiri


Orang yang sering menyakiti diri sendiri seperti memukul dirinya, menampar, atau melukai dirinya ketika sedang marah, sedih, atau kecewa juga menjadi satu contoh perilaku impulsif yang wajib diwaspadai. 

Tak hanya kesehatan mental saja yang terganggu, perilaku ini juga dapat menimbulkan lebam atau luka pada dirinya. 

7. Anak-Anak Mengabaikan Bahaya

Seperti cuplikan di atas, anak-anak kerap kali melakukan tindakan impulsif yang membahayakan dirinya. 

Contoh tindakan impulsif pada anak yang sering kali membuat orang tua khawatir adalah si kecil kurang paham bahaya bermain di jalan sembarangan, tiba-tiba melompat dari ketinggian, mengambil barang atau benda untuk langsung dimasukkan ke mulut, hingga bahaya lainnya. 

Penyebab anak impulsif yang seperti ini belum tentu si kecil memiliki tanda gangguan psikologis, bisa jadi ia hanya perlu diberi tahu tentang risiko dan konsekuensinya.

8. Sangat Suka Menyela Pembicaraan Orang Lain

Meskipun tidak semua sikap selalu suka menyela pembicaraan orang lain merupakan salah satu contoh tindakan impulsif, namun hal ini perlu diwaspadai. Pada orang yang memiliki gangguan impulsif ini cenderung memiliki pola selalu menyela di situasi kapanpun dan di mana pun. 

Menyela pembicaraan sendiri bukan merupakan terpuji dan akan dianggap tidak sopan bahkan tidak menyenangkan.

9. Ditunjukkan Pada Perilaku Fisik

Anak dengan gangguan impulsif juga cenderung suka memukul, mendorong temannya, hingga melempar sesuatu bila sedang marah atau ada hal lain yang mengganggunya. Bagi mereka yang tidak tahu akan langsung melabeli anak dengan gangguan ini adalah anak yang nakal. 

Penyebab anak impulsif seperti yang satu ini harus segera ditangani dan jangan diabaikan.

10. Suka Merebut Milik Orang Lain

Perilaku suka merebut benda apa saja yang dipegang orang lain merupakan sebuah tanda waspada. Berikan contoh yang baik untuk dapat berbagi dengan yang lain namun ia juga harus diajarkan bagaimana ia harus mempertahankan hak-nya kelak. 

Penyebab anak impulsif yang cukup beragam juga tidak serta merta dapat ditangani dengan mudah. Perlu perhatian khusus dan ekstra untuk menanganinya.

11. Anak Menjadi Sangat Vokal

Beberapa perilaku impulsif pada anak akan terlihat seperti anak tersebut suka sekali berteriak kencang yang menandakan ia sedang kesal, marah, bahkan frustasi.

 Sebenarnya ia tidak bermaksud mengganggu orang lain, namun seolah ia ingin mengkomunikasikan perasaan tidak nyaman yang sedang ia rasakan. Lakukan pendekatan seperti menerima perasaannya kemudian tenangkan si kecil dengan kasih sayang. 

Teriakan yang lebih lantang dari Ibu atau orang di sekitarnya justru tidak akan membuatnya lebih tenang, sebaliknya, ia akan semakin keras berteriak.

Penyebab Anak Impulsif


Penyebab anak impulsif ternyata tidak selalu jelas bahkan beberapa orang dewasa juga akan menikmati perilaku impulsif yang beresiko karena memiliki alasan lain. Tak jarang juga perilaku impulsif ini muncul pada anak-anak yang belum belajar tentang pengendalian diri. 

Melansir dari laman Healthline, sebuah studi menunjukkan bahwa kemungkinan penyebab anak impulsif ini ada hubungannya dengan kinerja otak atau bagian lobus prefrontal dan konektivitas otak. 

Sejumlah peneliti juga mengungkapkan bahwa perilaku impulsif pada anak dan orang dewasa erat kaitannya dengan faktor kepribadian, konektivitas otak, dan juga fungsi otak. Kondisi fisik tertentu seperti adanya lesi otak atau stroke dapat menjadi penyebab perilaku impulsif. 

Sementara itu, melansir dari laman Resource Treatment Center, penyebab anak impulsif maupun orang dewasa dapat meliputi:

1. Adanya Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan salah satu penyebab anak impulsif yang sering terjadi. Studi menunjukkan bahwa anak-anak atau remaja yang memiliki anggota keluarga yang sedang berjuang dengan penyakit seperti gangguan mood atau gangguan mental lainnya cenderung lebih rentan untuk mengembangkan gejala gangguan kontrol impuls. 

2. Pengaruh dari Kondisi Fisik

Penelitian mengungkapkan bahwa salah satu penyebab anak impulsif kemungkinan besar dapat berasal dari kondisi fisik misalnya ada ketidakseimbangan pada struktur otak yang berkaitan erat dengan emosi, perencanaan, dan memori sehingga memunculkan gejala perilaku kontrol impuls yang terus berkembang.

3. Pengaruh Faktor Lingkungan

Penyebab anak impulsif yang sangat perlu diperhatikan adalah yang berkaitan dengan faktor lingkungan dimana ia tinggal dan hidup. Faktor lingkungan dapat memunculkan perilaku gejala gangguan kontrol impuls. 

Saat anak-anak dibesarkan pada lingkungan keluarga yang penuh dengan kekerasan, kata-kata kotor (pelecehan verbal), perilaku kasar, pelecehan emosional, pelecehan fisik, hingga reaksi emosional yang sering meledak-ledak yang dilakukan oleh anggota keluarga tersebut, maka besar kemungkinan anak tersebut memiliki risiko lebih tinggi pada perilaku impulsif. 

Anak-anak seringnya meniru pada apa yang ia lihat serta dengar di lingkungan tempat ia tinggal. Hendaknya kita berhati-hati saat berucap dan berperilaku supaya perilaku impulsif pada anak dapat dihindari.

4. Memiliki Faktor Risiko Lain

Penyebab anak impulsif juga dapat dikaitkan dengan faktor risiko lain seperti berjenis kelamin laki-laki (beberapa anak laki-laki sangat rentan terhadap perilaku impulsif ini), berusia lebih muda dan sering meniru yang lebih tua, adanya paparan kronis terhadap kekerasan dan perilaku agresif di lingkungan tempat ia tinggal, menjadi subjek pelecehan jenis apapun, memiliki penyakit mental sebelumnya, hingga adanya riwayat pribadi seperti penyalahgunaan zat berbahaya lain atau kecanduan.

Mengatasi Penyebab Anak Impulsif


Penyebab anak impulsif yang sangat beragam dapat juga dibantu dengan sejumlah stimulus yang dilakukan orang terdekat seperti anggota keluarga di rumah untuk membantu mengurangi perilaku impulsif pada anak. 

Melansir dari laman Very Well Family, berikut ini ada beberapa teknik yang dapat diterapkan untuk mengatasi perilaku impulsif pada anak:

1. Ajari Anak untuk Menerima Perasaannya

Validasi perasaan atau melabeli perasaan merupakan proses dimana seseorang menerima apa yang sedang ia jalani dan rasakan. Anak-anak terkadang tidak tahu apa yang sedang ia rasakan hingga akhirnya ia berperilaku impulsif, meltdown, hingga tantrum.

Anak yang belum bisa berkomunikasi dengan baik seringnya ingin menunjukkan bahwa ia sedang marah atau sedih dengan perilaku impulsif misalnya memukul tembok atau lantai sambil berteriak, membenturkan kepala ke kasur sembari menangis, melempar barang sambil histeris, dan masih banyak lagi. 

Peran orang tua atau pengasuh di sini adalah memberitahunya bahwa ia sedang marah atau sedih. Dekati si kecil, temani ia, dan jaga supaya ia tidak menyakiti dirinya sendiri. Ibu bisa ikut berkata-kata seperti : “Ibu tahu adik sedang marah.” Atau “Kakak lagi sedih ya.”

Proses validasi perasaan ini juga dapat mengurangi perilaku impulsif pada anak, jangan lupa untuk mengatakan padanya bahwa merasa sedih dan marah adalah hal yang wajar. Hal ini akan membuat si kecil merasa didengar dan juga dimengerti. 

Hindari perilaku memarahinya kembali karena ia dianggap nakal karena hal ini tidak menyelesaikan masalah.

2. Mintalah Anak untuk Mengulangi Arahan yang Ibu Berikan

Penyebab anak impulsif seringnya juga karena anak belum paham betul perintah atau arahan yang Ibu berikan dan biasanya anak dengan kondisi ADHD akan melalui hal ini.

Setelah memberikan arahan atau perintah, mintalah ia untuk mengikuti apa yang Ibu katakana, kemudian bantulah si kecil untuk tetap berada pada jalurnya, dan pastikan ia benar-benar mendengarkan apa yang Ibu katakan. Ibu juga bisa memulainya dengan instruksi sederhana dengan kalimat yang mudah ia pahami.

3. Ajarkan Anak Keterampilan Memecahkan Masalah

Penyebab anak impulsif juga ada kaitannya dengan keterampilan si kecil memecahkan masalah. Saat Ibu mulai mengajarkan keterampilan memecahkan masalah ini justru dapat menjadi satu teknik efektif pengendalian impuls. 

Dalam mengajarkan teknik pemecahan masalah ini, Ibu bisa katakan padanya bahwa di setiap masalah yang si kecil hadapi akan memiliki banyak solusi atau cara untuk menyelesaikannya. 

Berikan lebih dari 3 solusi jitu saat si kecil sedang menghadapi masalah tertentu misalnya ketika buku kesayangannya sobek, Ibu bisa memberi pilihan solusi seperti mengelemnya dengan lem kertas, menempel ulang dengan selotip, mengganti dengan sampul buatan, ataupun menerima buku dengan kondisi tidak bersampul sama sekali. 

Semua solusi dapat dicoba hingga si kecil memutuskan mana yang lebih pas dengannya.

4. Mengajari Anak Teknik Mengelola Emosi

Tak hanya anak-anak saja, sebagian besar orang dewasa juga bermasalah dengan pengendalian emosi. Emosi yang meledak dan sering kali meluap adalah salah satu penyebab anak impulsif, ini dikarenakan toleransi terhadap emosi yang cukup rendah. 

Mengajarkan anak untuk mengelola emosi dengan baik dapat membantu si kecil mengenali bahkan mengatasi emosinya dengan cara yang lebih sehat. Ajarkan strategi khusus misalnya saat si kecil amat marah ia boleh menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya, lakukan selama tiga kali hingga ia tenang. 

Teknik lain yang dapat dicoba adalah dengan pergi menghindari sumber emosi sejenak untuk kemudian kembali dengan solusi yang lebih tenang dan lebih baik. Atau bisa juga mengajarkan anak meluapkan emosinya melalui tulisan, nantinya hal ini akan bermanfaat untuk si kecil dan membuatnya merasa lebih santai.

5. Menjadi Role Model yang Tepat

Perilaku impulsif pada anak dapat disebabkan karena ia melihat dan meniru anggota keluarga lainnya. Supaya penyebab anak impulsif dapat diatasi dan dihindari, Ibu atau Ayah bisa mencontohkan perilaku yang baik dan benar ya. 

Hindari berkata-kata kasar atau berperilaku kasar dalam rumah tangga karena tak hanya akan menimbulkan perilaku impulsif anak saja namun juga dapat melukai perasaan anak.

6. Ajak Si Kecil Bergerak Aktif

Olahraga sudah lama sekali menjadi salah satu kegiatan yang dapat menstabilkan emosi seseorang. Ini bisa juga diterapkan pada anak-anak dengan mengajak mereka melakukan kegiatan fisik seperti jogging di sekitar rumah, main sepeda, berenang, atau olahraga yang dapat diikuti anak lainnya. 

Perhatikan juga olahraga apa yang menjadi kegemaran si kecil ya.

7. Pergi Ke Psikolog atau Psikiater

Perilaku impulsif pada anak yang masih dapat diatasi sendiri oleh keluarga di rumah merupakan perilaku impulsif dengan kategori wajar. 

Namun bila dirasa perilaku impulsif ini sudah tidak dapat ditangani sendiri dan cenderung membawa banyak keresahan maka ada baiknya Ayah atau Ibu membawa si kecil ke klinik tumbuh kembang untuk mendapatkan perawatan yang tepat dari Psikolog, Psikiater, atau Terapis.

Editor: Dwi Ratih