Balita

Serba-Serbi Vaksin Demam Berdarah Untuk Anak Dan Waktu Pemberiannya

Serba-Serbi Vaksin Demam Berdarah Untuk Anak Dan Waktu Pemberiannya

Vaksin demam berdarah yang pertama kali masuk di Indonesia adalah Dengvaxia. Vaksin demam berdarah merk ini sudah mendapat ijin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada tahun 2016. 

Tapi sebenarnya, seberapa pentingkah vaksin demam berdarah dilakukan untuk anak? Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), vaksin demam berdarah mampu menurunkan risiko perawatan rumah sakit hingga 80%. Dengan demikian, pemberian vaksin tersebut dapat dianggap efektif dalam mengendalikan demam berdarah (DBD).

Apalagi, angka kasus demam berdarah di Indonesia terbilang cukup tinggi setiap tahunnya. Dikutip dari data yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, hingga minggu ke-26 tahun 2023 ini sudah ada 2.336 kasus demam berdarah yang tersebar di seluruh tanah air. 

Di mana kasus demam berdarah tertinggi ada di kota Bandung, yaitu sebanyak 1.124 kasus. Lantas, jika vaksin demam berdarah wajib diberikan untuk si kecil, adakah efek samping yang ditimbulkan dari pemberian vaksin tersebut? Penjelasan selengkapnya bisa Ibu temukan dalam artikel berikut ini, ya.

Cara kerja vaksin demam berdarah

Penyakit demam berdarah ditularkan melalui virus yang disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti melalui gigitannya. Virus demam berdarah ini memiliki empat stereotipe yang berbeda, antara lain DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. 

Umumnya, pada satu kali infeksi, pasien demam berdarah hanya terkena satu stereotipe virus saja. Pemberian vaksin demam berdarah bisa membangun kekebalan tubuh terhadap seluruh jenis stereotipe virus tersebut.

Hal ini dikarenakan vaksin demam berdarah mengandung virus yang sudah dilemahkan. Ketika berada di dalam sistem kekebalan tubuh, ia akan membentuk suatu antibodi yang mampu mengenali dan melawan virus yang masuk. Dengan demikian, tubuh bisa terhindar dari infeksi virus demam berdarah secara optimal.

Jenis vaksin demam berdarah

Pada dasarnya ada beberapa jenis vaksin demam berdarah yang tengah melalui penelitian dan uji coba. Namun, hanya ada dua jenis vaksin demam berdarah yang masuk dan mendapat ijin edar di Indonesia, yaitu vaksin Dengvaxia yang dikembangkan oleh Sanofi Pasteur dan vaksin Qdenga yang diproduksi oleh IDT Biologika GmbH Germany. T

entu saja, kedua jenis vaksin demam berdarah tersebut efektif menurunkan risiko penularan DBD. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, vaksin demam berdarah jenis Dengvaxia mampu menurunkan risiko perawatan rumah sakit sebesar 80%. 

Sementara itu, dikutip dari situs BPOM, vaksin Qdenga bisa mencegah risiko perawatan rumah sakit akibat virus demam berdarah hingga 95,4%. Artinya, kedua jenis vaksin demam berdarah tersebut dapat diberikan guna mencegah infeksi virus DBD.

Waktu terbaik pemberian vaksin

Vaksin demam berdarah berbeda dari jenis vaksin lain, seperti vaksin MMR maupun vaksin Hepatitis B yang sudah terjadwal secara khusus. Namun demikian, Centers for Disease Control and Prevention (CDC), merekomendasikan, pemberian vaksin demam berdarah jenis Dengvaxia pada saat anak-anak berusia 9 sampai 16 tahun. 

Vaksin ini dapat diberikan sebanyak tiga kali, dengan jarak waktu pemberian selama 6 bulan. Di sisi lain, pemberian vaksin demam berdarah jenis Qdenga bisa diberikan pada anak-anak sejak usia 6 tahun. 

Pemberiannya bisa dilakukan sebanyak dua kali, dengan jarak waktu pemberian selama 3 bulan untuk setiap dosisnya. Bagi anak-anak di bawah usia tersebut, pemberian vaksin demam berdarah tidak dianjurkan. 

Harga vaksin demam berdarah

Di Indonesia, vaksin demam berdarah belum menjadi vaksin wajib yang menjadi bagian dari program pemerintah. Untuk itu, pemberiannya tidak bisa dilakukan secara gratis di Puskesmas maupun Posyandu. 

Apabila berencana memberikan vaksin demam berdarah untuk si kecil, Ibu bisa mendatangi rumah sakit maupun klinik swasta terdekat dari tempat tinggal yang menyediakan vaksin tersebut.

Berdasarkan berbagai sumber, harga vaksin demam berdarah di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu dikisaran angka Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta per dosis. Sejauh ini, Ibumin belum menemukan informasi lebih lanjut apakah nantinya vaksin demam berdarah akan masuk menjadi bagian dari program pemerintah dan mendapat subsidi. 

Namun, jika melihat efektivitas vaksin demam berdarah dalam mencegah penularan virusnya, Ibu bisa mulai menyiapkan biayanya dari sekarang.

Efek samping vaksin demam berdarah

Dikutip dari American Academy of Pediatrics, efek samping vaksin demam berdarah terbilang cukup rendah. Beberapa anak yang baru disuntik vaksin tersebut biasanya akan mengalami demam, sakit kepala, nyeri otot, mengantuk, dan kehilangan nafsu makan

Akan tetapi, efek samping ini hanya berlangsung sementara waktu dan akan sembuh dengan sendirinya. Jadi, Ibu tidak perlu panik atau khawatir, ya!

Catatan penting!

Eits, tunggu dulu. Masih ada beberapa catatan penting perihal vaksin demam berdarah yang wajib Ibu ketahui, nih! Pertama, vaksin demam berdarah tidak diperuntukkan bagi anak-anak di bawah usia 9 tahun (untuk jenis Dengvaxia) dan di bawah usia 6 tahun (untuk jenis Qdenga). 

Pemberian vaksin demam berdarah yang tidak sesuai usianya justru dapat meningkatkan risiko infeksi DBD yang lebih berat. Kedua, anak-anak yang pernah terinfeksi virus demam berdarah tetap perlu mendapat vaksinasi. 

Ini dikarenakan saat mengalami infeksi anak hanya akan terinfeksi oleh satu dari empat sterotipe DBD yang ada, sehingga masih memungkinkan untuk terinfeksi jenis sterotipe virus demam berdarah lainnya.

Ketiga, apabila anak menunjukkan reaksi alergi setelah pemberian vaksin demam berdarah sebaiknya segera hubungi dokter atau kunjungi rumah sakit terdekat. Reaksi alergi dapat bermacam-macam, seperti gatal-gatal, pembengkakan di area wajah dan leher, sulit bernafas, hingga detak jantung lebih cepat. Mengingat angka kasus DBD makin tinggi, yuk segerakan untuk melakukan vaksin DBD buat si kecil!