Balita

Stay Sane! 6 Tips Tetap Santai Saat Atasi Anak Tidak Sabaran

Stay Sane! 6 Tips Tetap Santai Saat Atasi Anak Tidak Sabaran

Anak tidak sabaran mungkin tampak menjengkelkan. Tapi tahukah Ibu? Anak tidak sabaran bukan berarti anak egois, lho! Anak-anak ini hanya sedang belajar mengenal emosinya dan mencari tahu proses sebuah momen terjadi.

Pada kondisi normal, anak tidak sabaran itu merupakan sikap yang wajar dialami oleh anak. Lalu bagaimana menyikapi hal ini dan mengatasi anak yang tidak sabaran?

Mengapa anak-anak sangat tidak sabaran


Seorang psikolog klinis dan tumbuh kembang menjelaskan dalam laman Parents bahwa, seorang anak di usia pra sekolah belum benar-benar memahami arti waktu. Anak belum mengerti selama apakah 3 menit itu, atau berapa lama sih 5 menit itu.

Di sisi lain, anak pra sekolah belum memiliki kontrol diri yang sempurna. Semuanya masih dalam tahap perkembangan. Nggak heran, ketika anak merasa tidak ada respon langsung dari orang tua atau orang lain, seolah anak tidak sabaran.

Padahal, justru di momen ini anak tengah belajar mengontrol dirinya, mengenali emosinya dan belajar tentang waktu. Praktisi dari Kid Spot Australia juga menyebutkan bahwa, untuk setiap tantangan dari perilaku anak kita, terselip kebutuhannya yang belum terpenuhi. 

Bahkan, hal ini juga berlaku pada orang dewasa, lho! Ada 3 kebutuhan utama dari seseorang yang membuat mereka memiliki masalah perilaku:

  • Kebutuhan akan otonomi, yaitu tentang diperbolehkannya mengambil keputusan sendiri
  • Kebutuhan akan kemampuan diri, yaitu tentang kemampuan seseorang belajar, berkembang, dan diakui di lingkungan sekitarnya
  • Kebutuhan fungsional, positif dan kebahagiaan bersama dengan orang lain. Dalam hal ini bisa berupa hubungan anak dengan orang tuanya.

Nah, selain 3 kebutuhan ini, ada juga kebutuhan dasar seperti pemenuhan rasa lapar, lelah, marah, sedih, kesepian, stres atau sakit. Tantrumnya anak atau ketika anak tidak sabaran, bisa jadi dipicu dari kebutuhan dasarnya yang belum terpenuhi.

Bahkan di usia bayi baru lahir saja, kita tahu bahwa bayi sering menangis meski sudah disusui lebih sering. Ini karena anak-anak bisa merasa lapar, haus, marah, kesal, lelah, dan hanya ingin diperhatikan atau dipeluk.

Semakin bertambahnya usianya, semakin anak bisa mengekspresikan emosinya, tak hanya dengan menangis saja seperti bayi, tapi bisa juga dengan cara menjadi tidak sabaran.

Cara mengatasi anak yang tidak sabaran

1. Orang tua lebih dahulu sabar


Psych Central menyebutkan bahwa, anak selalu akan meniru orang tuanya, termasuk dalam hal respon terhadap sesuatu. Untuk mengatasi anak tidak sabaran, orang tua sebaiknya tidak merespon dengan marah, nada bicara tinggi, atau kalimat-kalimat yang menghakimi anak.

Hembuskan nafas dulu, hitung satu sampai 3 agar tetap tenang, baru mulai bicara pada anak. Pilih kalimat yang sederhana dan mudah dipahami anak.

Teori tentu lebih mudah daripada pengaplikasikan. Tapi bila sudah terbiasa menggunakan cara ini, tak hanya orang tua yang terlatih menghadapi perilaku anak, namun anak juga secara tidak langsung belajar untuk lebih sabar.

2. Gunakan kalimat yang baik saat mengingatkan

Nggak ada salahnya untuk selau mengingatkan anak kok, Bu. Gunakan kalimat yang baik sebagai respon, jika anak yang tiba-tiba jadi tidak sabaran, misalnya: 

  • Bicara yang baik, yuk, nak!
  • Yang sopan ya kalau bicara, sayang
  • Boleh bicaranya pelan-pelan aja, nak?
  • Kakak tarik nafas dulu, yuk. Sini dekat sama Ibu, maksudnya gimana sayang?

3. Bila ingin memberi instruksi, gunakan cara yang dipahami anak


Anak tidak sabaran menunggu dibukakan cemilan saat Ibu sedang cuci piring, tidak bisa memahami saat Ibu bilang, “tunggu sebentar ya”. Arti kata ‘sebentar’ bisa sangat luas dan anak tidak paham ‘sebentar’ yang dimaksud seberapa lama.

Sebagai alternatif, Ibu bisa menggunakan kalimat seperti:

  • Kakak hitung sampai 10 ya, lalu Ibu bantu bukakan cemilannya.
  • Ibu bersihkan 1 piring warna putih ini dulu, lalu Ibu bantu kakak, ya.

Dengan kalimat seperti ini anak jadi memiliki gambaran kapan permintaannya akan dipenuhi. Pastikan Ibu menepati janji dan tidak mengingkarinya, ya.

4. Alihkan perhatian anak untuk sementara waktu

Bila anak tidak sabaran menunggu giliran main atau antri di kasir saat ikut berbelanja, Ibu dan Ayah bisa mengalihkan perhatian anak kepada hal lain. Anak-anak biasanya hanya fokus pada apa yang terjadi saat ini saja, dan belum bisa memikirkan apa yang terjadi di akhir.

Untungnya, anak juga masih mudah terdistraksi. Sehingga, jika Ibu dan Ayah menyiapkan hal seru lainnya sambil menunggu, anak bisa menikmati sisa waktunya dengan gembira.

5. Jangan malu untuk bertanya


Anak juga manusia yang ingin didengar dan dipenuhi kebutuhannya. Tanyakan dengan baik apa yang anak rasakan, apa yang anak butuhkan sekarang, dan jangan ragu untuk memberi anak pilihan atau membiarkan anak memutuskan sesuatu. 

Bisa jadi anak tidak sabaran karena sebenarnya, ada yang mengganjal di hatinya tapi tidak sanggup mereka utarakan. Ibu bisa mencoba untuk bertanya seperti:

“Adik kenapa, nak? Ibu belanjanya lama, ya? Adik mau tunggu Ibu sambil makan es krim atau main pesawat-pesawatan sama Ayah?”

Tetap tawarkan opsi yang Ibu atau Ayah sanggup penuhi, tapi biarkan anak memutuskan apa yang ingin mereka lakukan.

6. Minta maaf jika terlanjur marah-marah

Kunci dari komunikasi dengan anak adalah rendah hati. Manusia kecil ini sedang berusaha belajar menjadi seseorang yang baik, maka kita pun juga sebaiknya mengajarkan hal yang baik.

Tidak mengapa kalau Ibu kelepasan marah pada anak tidak sabaran, karena sudah lelah atau Ibu sendiri mungkin stres. Ingatlah untuk minta maaf pada anak, saat lebih tenang dan jelaskan dengan kalimat yang baik pada mereka.

Dari semua penjelasan ini, bukan tidak mungkin anak tidak sabaran jadi terlatih untuk mengelola emosinya dan tahu harus melakukan apa saat diminta menunggu. Saat anak belajar hal baru, orang tua pun belajar hal yang baru juga. Sehingga tak hanya anak yang terlahir menjadi pribadi yang baru, orang tua pun menjadi pribadi yang lebih bijak.

Editor: Aprilia