Balita

Tak Merespon Ketika Dipanggil, Waspada Gangguan Pendengaran Pada Anak

Tak Merespon Ketika Dipanggil, Waspada Gangguan Pendengaran Pada Anak

Si kecil nggak merespon ketika namanya dipanggil? Bisa jadi ini salah satu tanda, adanya gangguan pendengaran pada anak, lho! Gangguan pendengaran pada anak jika terjadi pada bayi, jelas bisa memengaruhi perkembangan bahasanya.

Bahkan, kondisi ini juga bisa menandakan adanya kemungkinan cedera pada kepala anak. Wah, ternyata cukup serius ya Bu.

Jelas, kondisi ini nggak boleh disepelekan. Apalagi kalau anak sudah mengalami keterlambatan bicara akibat hal ini. Yuk, lebih waspada lagi mengenali gejala-gejala lain yang menyertainya.

Gangguan pendengaran pada anak bisa terjadi pada semua umur


Yes! Kalau selama ini Ibu hanya mendengar gangguan pendengaran terjadi pada remaja yang gemar menggunakan earphone, nyatanya gangguan pendengaran pada anak juga bisa menyertai semua umur, tak kecuali bayi dan balita. Dikutip dari Better Health berdasarkan sebuah penelitian dari Centres for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa lebih dari 12% anak-anak Amerika berusia antara 6-19 tahun mengalami gangguan pendengaran.

Penyebabnya bisa dari kebisingan akibat paparan polusi udara (suara konser dengan desibel tinggi). Bahkan, gangguan pendengaran pada anak tersebut bersifat permanen pada sekitar 5% dari mereka.

Selain kebisingan, penyebab gangguan pendengaran pada anak lainnya antara lain otitis media (infeksi telinga tengah), kelainan genetik, dan penyakit tertentu seperti meningitis. Nggak hanya itu, penelitian dari CDC tersebut juga mengungkapkan, sekitar 12 dari 10.000 anak dilahirkan dengan gangguan pendengaran sedang atau berat pada kedua telinga, dan setidaknya 20 dari 10.000 anak lainnya akan memerlukan alat bantu untuk gangguan pendengaran jangka panjang pada usia 17 tahun.

Para ahli juga mengatakan, semakin dini gangguan pendengaran teridentifikasi, semakin baik bagi bahasa, pembelajaran, dan perkembangan anak secara keseluruhan. Sehingga, jika mencurigai adanya gejala, orang tua wajib waspada.

Jika terjadi pada bayi bisa pengaruhi perkembangan bahasa


Biasanya pada bayi, kasus gangguan pendengaran pada anak ini, seringnya disebabkan oleh otitis media yang menyebabkan peradangan pada telinga tengah (area di belakang gendang telinga) yang biasanya berhubungan dengan penumpukan cairan yang terinfeksi. Nah, menurut para ahli dari American Speech-Language Hearing Association (ASHA) gejala, tingkat keparahan, frekuensi, dan lamanya kondisi yang disebabkan oleh otitis media pada bayi sangat beragam. 

Tapi yang paling ekstrim adalah munculnya cairan encer, jernih, dan tidak terinfeksi dalam waktu singkat tanpa rasa sakit atau demam, tetapi dengan sedikit penurunan kemampuan pendengaran. Lalu, mengapa otitis media sering terjadi pada anak-anak? Hal ini karena, saluran eustachius, saluran antara telinga tengah dan bagian belakang tenggorokan, lebih kecil dan lebih horizontal pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa. 

Oleh karena itu, kelenjar ini dapat lebih mudah tersumbat oleh kondisi seperti kelenjar gondok yang besar dan infeksi. Otitis media, bisa menyebabkan gangguan pendengaran pada anak, karena saat hal ini terjadi, sebanyak 3 buah tulang kecil di telinga tengah yang bertugas membawa getaran suara dari gendang telinga ke telinga bagian dalam tidak berfungsi normal. 

Tak lain, akibat adanya cairan, yang mengakibatkan getaran tidak disalurkan secara efisien dan energi suara hilang. Mengenai pengaruhnya terhadap gangguan bicara dan bahasa anak, jelas sangat berpengaruh ya Bu. Apalagi, anak belajar bicara dan bahasa dari mendengarkan orang lain berbicara.

Ini adalah hal yang krusial pada 1 tahun pertama kehidupan si kecil. Jika terjadi gangguan pendengaran, anak tidak mendapatkan manfaat penuh dari pengalaman belajar bahasa mereka.

Terlebih, otitis media tanpa infeksi menimbulkan masalah khusus karena gejala nyeri dan demam biasanya tidak muncul. Oleh karena itu, banyak orang tua nggak menyadari masalah gangguan pendengaran pada anak yang satu ini.

Padahal, ketika orang tua tidak menyadari, bisa jadi anak sudah kehilangan beberapa informasi yang dapat mempengaruhi perkembangan bicara dan bahasanya.

Mendeteksi adanya gangguan pendengaran pada anak


Bayi sering kaget saat mendengar suara bising? Tenang, ini adalah sebuah tanda bahwa si kecil punya pendengaran yang cukup tajam kok Bu. Sebaliknya, mengutip Kids Health orang tua justru perlu waspada terhadap kemungkinan gangguan pendengaran pada anak, jika terdapat tanda berikut:

  • Bayi lahir prematur
  • Bayi pernah dirawat di unit perawatan intensif neonatal (NICU)
  • Bayi pernah mendapat obat-obatan yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran
  • Bayi mengalami komplikasi saat lahir
  • Bayi mendapat banyak infeksi telinga ketika lahir
  • Bayi dicurigai sedang menderita infeksi yang dapat merusak pendengaran, seperti meningitis atau sitomegalovirus
  • Bayi sering menarik atau menggaruk telinga
  • Bayi/anak-anak tidak merespon saat dipanggil
  • Adanya keluhan sakit telinga dan suara berdenging (tinnitus)
  • Anak berbicara terlalu keras
  • Anak gemar menonton televisi dengan volume yang terlalu tinggi
  • Anak sering salah mengucapkan kata-kata, tampak lalai dan cenderung melamun.

Cara mengatasi gangguan pendengaran pada anak


Jika dikutip dari Healthy Children diagnosa dini adalah kunci dalam mengatasi gangguan pendengaran pada anak. Hal ini bertujuan agar anak tidak mengalami keterlambatan dalam belajar bahasa.

Itu sebabnya, sebelum bayi pulang dari rumah sakit setelah lahir, mereka wajib menjalani pemeriksaan pendengaran. Di tahap awal jika Ibu mencurigai adanya gangguan pendengaran pada anak, cara terbaik adalah dengan langsung berkonsultasi ke dokter.

Pada kasus yang lebih parah, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan khusus berupa tes pendengaran dan pemeriksaan lain. Jika ditemukan kelainan, si kecil akan dirujuk ke audiolog (spesialis pendengaran), atau dokter telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) (otolaryngologist).

Selain itu, apabila diagnosis gangguan pendengaran pada anak sudah tegak, orang tua bisa mencoba opsi komunikasi dengan bahasa isyarat atau mengajari membaca gerak bibir. Tujuannya agar perkembangan bahasa anak tidak terganggu dan memengaruhi kehidupannya kelak.