Balita

Pentingnya Vaksin Rotavirus untuk Bayi

Pentingnya Vaksin Rotavirus untuk Bayi

Vaksin ini melindungi anak dari rotavirus, penyebab utama diare yang parah pada bayi dan anak kecil di seluruh dunia. Virus ini menyebabkan diare parah, diare parah, demam, muntah, dehidrasi, dan kadang kematian. Rotavirus benar-benar menular, menyebar dengan mudah melalui kontak biasa dari orang ke orang.

Kebersihan dan sanitasi yang baik tidak bisa secara efektif menghentikan penyakit akibat virus ini, jadi imunisasi adalah pertahanan terbaik yang bisa Anda lakukan. Vaksin diberikan melalui oral, dan kebanyakan bayi yang menerimanya tidak akan mengalami diare rotavirus sama sekali. Hampir semua terlindungi dari diare rotavirus yang parah.

Berdasarkan data pada pusat kendali penyakit di Amerika, sebelum vaksin digunakan di Amerika pada tahun 2006, rotavirus telah menginfeksi hampir semua anak di usia 5 tahun di Amerika. Orang dewasa juga bisa terkena penyakit ini, tapi gejalanya cenderung bersifat ringan saja.

Rotavirus menyebabkan lebih dari 400.000 kunjungan dokter dan 200.000 kondisi  darurat, 55.000 hingga 70.000 perawatan di rumah sakit, dan 20 hingga 60 kasus kematian setiap tahun. Di tahun 2008, vaksin telah mengurangi angka kebutuhan anak untuk dirawat di rumah sakit karena penyakit rotavirus sebanyak 96 persen.

Jumlah dosis untuk vaksin rotavirus yang dianjurkan adalah dua hingga tiga dosis sebelum usia 8 bulan. Tidak seperti vaksin pada umumnya, vaksin rotavirus diberikan melalui mulut, bukan dengan injeksi.

Usia yang dianjurkan menerima vaksin rotavirus:

  • Bayi usia 2 bulan
  • Bayi usia 4 bulan
  • Bayi usia 6 bulan (tidak diperlukan jika merek vaksin Rotarix sudah diberikan pada usia 2 dan 4 bulan).

Jika bayi Anda belum mendapat vaksin dosis pertama di saat ia berumur 15 minggu, bicarakan pada dokter apakah si kecil bisa menyusul menerima vaksin ini. Vaksin tidak dianjurkan bagi bayi yang sudah berumur 8 bulan karena tidak ada cukup bukti yang menunjukkan seberapa efektif vaksin bekerja pada bayi yang lebih besar, dan ada beberapa bukti yang menunjukkan terjadinya reaksi merugikan seperti demam.

Beberapa kondisi anak yang tidak boleh menerima vaksin rotavirus:

  • Bayi berumur lebih kecil dari 6 minggu.
  • Bayi usia 8 bulan atau lebih.
  • Anak yang memiliki reaksi alergi pada vaksin rotavirus sebelumnya atau yang mengalami alergi pada salah satu komponen vaksin. Pastikan untuk memberitahu dokter jika bayi Anda mengalami alergi yang parah, termasuk alergi terhadap lateks.
  • Anak yang memiliki riwayat intussusception, sebuah kondisi dimana bagian dari usus terlipat dan menahan saluran makanan. Beberapa penelitian menunjukkan resiko intussusception pada anak yang mendapat vaksin, terutama di minggu setelah pemberian dosis pertama. Intussusception mengakibatkan rasa sakit yang parah di bagian perut dan bisa mengakibatkan pendarahan dan komplikasi serius lainnya.
  • Anak yang mengalami Severe combined immunodeficiency (SCID). SCID merupakan gangguan genetik yang jarang terjadi tapi bisa mengancam keselamatan dan dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan sering kali mengakibatkan diare kronis dan masalah pertumbuhan

Anak dengan penyakit ringan mungkin bisa menerima vaksin rotavirus. Tapi kemungkinan Anda perlu menunda pemberian vaksin jika anak Anda sakit cukup parah. Apapun keadaan si kecil, beritahukan kondisinya pada dokter. Vaksin rotavirus harus digunakan dengan hati-hati pada bayi dengan masalah pada sistem kekebalan atau riwayat masalah gastrointestinal kronis. Keamanan dan keefektifan vaksin untuk anak kelompok ini belum bisa dipastikan.

Anak yang menderita spina bifida (cacat lahir pada urat saraf tulang belakang) atau bladder exstrophy (cacat lahir yang melibatkan kandung kemih) biasanya mengalami reaksi alergi pada lateks, salah satu komponen dari aplikator Rotarix. Jika anak Anda mengalami salah satu kondisi ini, bicarakan pada dokter untuk menggunakan vaksin RotaTeq yang bebas lateks.

Karena vaksin mengandung virus hidup yang potensial menginfeksi orang lain, ambil langkah pencegahan ekstra saat membuang popok setelah pakai dan cuci tangan Anda. Dalam pengujian vaksin, beberapa bayi mengalami gejala minor termasuk diare, muntah, demam, dan iritasi, tapi levelnya hampir sama dengan anak yang tidak mendapat vaksin.

Ada resiko cukup kecil vaksin bisa menyebabkan bahaya serius. Reaksi alergi parah jarang ditemukan tapi mungkin terjadi pada vaksin apapun. Bicarakan pada dokter Anda jika si kecil mengalami reaksi merugikan dari vaksin ini atau yang lainnya.

Untungnya, sebagian besar anak memiliki reaksi ringan atau bahkan tidak ada reaksi sama sekali terhadap pemberian imunisaasi. Reaksi yang paling umum adalah rasa sakit atau bengkak di area suntik, atau demam tingkat rendah yang berlangsung selama satu atau dua hari. Reaksi jenis ini cukup umum dan tidak ada yang perlu dicemaskan, tapi konsultasikan pada dokter jika Anda merasa tidak tenang.

Beberapa vaksin lebih beresiko menimbulkan masalah dibanding yang lain. Misalnya vaksin MMR, bisa menyebabkan demam dan ruam yang parah selama 7 hingga 10 hari setelah injeksi. Dan vaksin DTaP menyebabkan beberapa bayi (1 dari 1.000) menangis tak terkontrol selama beberapa jam. Saat membawa anak Anda untuk imunisasi, bicarakan pada dokter tentang bagaimana reaksi anak Anda nantinya.

Pada kasus yang jarang terjadi, imunisasi menyebabkan demam tinggi, yang bisa memicu seizure. Bila anak Anda tiba-tiba mengalami kejang dan tidak memberi respon serta tatapan matanya terlihat kosong, kemungkinan ia mengalami seizure ringan. Seizure ringan biasanya berlangsung hanya selama beberapa detik hingga beberapa menit.

Jika anak Anda sampai kehilangan kesadaran, jatuh ke lantai, lalu kejang, bisa jadi ia menderita seizure yang cukup serius. Seizure yang berat biasanya berlangsung selama 2 hingga 3 menit, tapi bisa lebih lama pada beberapa kasus yang jarang terjadi. Anak Anda kemungkinan juga mengalami kehilangan kontrol untuk buang air kecil maupun buang air besar saat seizure terjadi. Ada banyak jenis seizure dan bisa terjadi dimana saja dengan durasi antara beberapa detik hingga lebih dari 30 menit. Kondisi ini memang menakutkan tapi tidak mengakibatkan adanya implikasi kesehatan jangka panjang pada anak Anda.

Hubungi dokter jika anak Anda mengalami reaksi yang tidak ringan pada suntikan, atau ia mengalami gejala yang mengkhawatirkan Anda.

Reaksi yang sangat parah terhadap vaksin jarang terjadi, tapi tetap mungkin terjadi. Tanda reaksi alergi serius bisa mencakup kesulitan bernafas, nafas yang berbunyi, biduran, pucat, pusing, pingsan, atau detak jantung yang cepat. Reaksi seperti ini akan muncul beberapa menit atau jam setelah suntikan. Segera hubungi rumah sakit jika anak Anda menunjukkan gejala ini.


(Ismawati)