Kehamilan

8 Mitos dan Fakta Seputar Pecah Ketuban

8 Mitos dan Fakta Seputar Pecah Ketuban

Banyak pertanyaan datang dari ibu yang baru pertama kali hamil tentang pecah ketuban. “Apakah ketuban bisa pecah ketika ibu hamil sedang berbelanja?” “Apakah akan terasa sakit saat ketuban pecah?” Wajar saja bila Anda khawatir tentang hal ini, khususnya bila Anda tidak tahu apa yang akan terjadi.

Berikut kami paparkan beberapa mitos seputar pecah ketuban:


1. Mitos: Anda akan merasakan ketuban pecah

Fakta: Saat ketuban pecah, Anda mungkin merasakan semburan atau tetesan cairan atau Anda akan merasa telah buang air kecil. Anda bisa merasakan semua ini atau tidak sama sekali. Ada juga Ibu hamil yang tidak tahu kalau ketubannya sudah pecah. Cairan vaginal akan meningkat di akhir kehamilan, dan sumbat lendir bisa keluar ketika serviks mulai matang. Ini bisa disalah-artikan sebagai cairan ketuban. Bila kantung ketuban sobek lebih tinggi dari kepala bayi, hanya tetesan cairan yang bisa keluar. Bahkan tetesan ini bisa berhenti dan membuat Anda merasa bingung karena tak ada yang terjadi selama beberapa hari.

Beberapa wanita mengalami semburan ketuban, dan terkejut ketika cairan bisa keluar pada tiap kali kontraksi. Sering kali, bila ketuban telah pecah, Anda bisa langsung tahu kalau air merembes dan tidak bisa dikontrol saat Anda sedang bergerak atau berada di posisi tegak.


2. Mitos: Tidak ada tanda sebelumnya kalau ketuban akan pecah

Fakta: Bunda pasti sudah sering lihat di film bagaimana ibu hamil yang sedang sibuk bekerja atau berbelanja tiba-tiba terkejut melihat ketubannya pecah. Meski Anda tidak tahu persis ketika ketuban pecah, umumnya ini terjadi selama persalinan aktif, yakni ketika Anda sudah mengalami kontraksi yang teratur. Bila ketuban pecah sebelum kontraksi dimulai, tubuh Anda biasanya akan menunjukkan tanda peringatan, seperti kram ringan yang terasa seperti nyeri saat menstruasi atau bahkan sakit punggung bawah.


3. Mitos: Anda tak perlu bergegas ke rumah sakit saat ketuban pecah

Fakta: Ketuban Anda pecah lalu apa yang harus dilakukan? Bila di dalam film, biasanya ibu hamil akan segera menuju taksi atau menelepon pasangan untuk segera pulang dan menuju rumah sakit. Tapi ini bukan di film dan mungkin ketuban Anda pecah pada jam 2 pagi. Lalu harus bagaimana? Well, kebanyakan ketuban pecah di malam hari ketika Anda tidur. Anda mungkin akan terbangun dan memeriksa apa yang terjadi. Saat tahu kalau ketuban pecah, mungkin Bunda akan merasa senang, bahkan membangunkan suami dan mengatakan si bayi akan segera lahir.

Sebaiknya segera hubungi dokter atau rumah sakit tujuan Anda ketika ketuban telah pecah. Ini untuk memastikan kalau kondisi Anda saat ini baik-baik saja dan untuk memastikan apa yang harus dilakukan bila semua tidak seperti yang direncanakan. Beristirahatlah atau berbaring di sofa dan menonton TV. Tunggu sampai kontraksi benar-benar sudah teratur dan jedanya sebentar, lalu baru pergi ke rumah sakit.


4. Mitos: Anda bisa terkena infeksi saat ketuban pecah

Fakta: Kantung ketuban memiliki fungsi lain selain menahan cairan ketuban. Kantung ketuban bertindak sebagai penghalang untuk mencegah infeksi yang bisa menyebabkan komplikasi berat. Bila cairan ketuban menetes, ada sedikit kemungkinan bakteri berenang-renang, kecuali jika memang ada sesuatu di masukkan ke vagina dan menutup serviks. Ini membuat bakteri terdorong dan berpotensi masuk ke serviks.

Kebijakan rumah sakit berbeda-beda tentang berapa lama Anda bisa menunggu setelah ketuban pecah dan kontraksi dimulai, tapi biasanya antara 48 hingga 72 jam. Setelah melewati waktu ini dan bayi belum lahir, dokter akan merekomendasikan induksi karena resiko infeksi bisa meningkat.


5. Mitos: Persalinan tidak segera dimulai saat ketuban pecah

Fakta: Hanya karena ketuban telah pecah tidak berarti persalinan segera dimulai. Kontraksi mungkin dimulai dalam beberapa jam, dan Anda harus menunggu selama 12 jam atau lebih. Sekitar 1 dari 10 wanita mengalami pecah ketuban beberapa jam sebelum persalinan dimulai.

Berapa lama Anda menunggu bergantung beberapa faktor, seperti posisi bayi dan kebijakan dokter tentang pecah ketuban sebelum persalinan dimulai. Banyak ibu hamil tak mau lama menunggu dan mencoba memancing kontraksi. Well, Anda akan membutuhkan banyak energi nanti untuk melahirkan bayi, jadi sebaiknya jangan masukkan apapun ke vagina untuk mengurangi resiko infeksi.


6. Mitos: Anda bisa membuat ketuban pecah

Fakta: Kehamilan Anda sudah melewati tanggal perkiraan kelahiran dan Anda siap untuk kelahiran si bayi. Anda mencari-cari info dan mendapat ide untuk berkendara di jalan bergelombang, melakukan hubungan seks, atau makan banyak nanas agar persalinan segera dimulai. Ilmuwan sudah mencari tahu apa yang menyebabkan persalinan dimulai. Dan jawabannya terletak pada paru-paru bayi. Paru-paru yang mencapai titik tertentu untuk matang akan memicu proses kompleks yang memberitahu tubuh Anda untuk masuk ke persalinan.

Jadi tidak perlu bingung, ikuti saja alur tubuh Anda. Ada juga ibu hamil yang masuk ke tahap persalinan setelah menggunakan metode induksi natural, seperti berhubungan seks dan lainnya. Well, ini bisa terjadi karena mereka memang sudah di tahap pra-persalinan dan tubuh mereka siap untuk memulainya.


7. Mitos: Ketuban tidak pecah dini

Fakta: Sayangnya ini tidak benar. Sekitar 10 persen wanita akan mengalami apa yang dikenal sebagai pecah ketuban prematur. Ini terjadi ketika kantung ketuban sobek sebelum bayi siap dilahirkan (kurang dari 37 minggu). Masih dipertanyakan kenapa ini terjadi tapi penelitian menemukan persalinan dini berhubungan dengan respon peradangan dan ada peningkatan konsentrasi bakteri pada wanita yang mengalami pecah ketuban prematur. Bila ketuban Anda pecah lebih awal dari 37 minggu, segera hubungi dokter karena tersedia pilihan penanganan bergantung berapa usia kandungan Anda.


8. Mitos: Tidak ada intervensi yang dibutuhkan setelah ketuban pecah

Kadang kontraksi tidak dimulai atau tidak teratur dan cukup kuat untuk membuka serviks. Infeksi mungkin terjadi atau ada komplikasi seperti prolapsus tali pusar (ketika tali pusar terbawa ke serviks sebelum kepala bayi). Intervensi bisa secara medis dibutuhkan dan menyelamatkan nyawa ibu dan bayi.

Bila intervensi direkomendasikan oleh dokter, jangan takut untuk menanyakan informasi lebih banyak, termasuk resiko dan manfaat menerima atau menolak intervensi. Kecuali dalam kondisi mendesak, Anda punya waktu untuk mempertimbangkan pilihan dan membuat keputusan terbaik untuk Anda dan bayi.


Mitos Lain Seputar Pecah Ketuban

Bunda, selain mitos-mitos di atas, berikut beberapa hal mendasar tentang pecah ketuban:

  • Kadang cairan ketuban disertai warna kehijauan atau hijau bercampur coklat. Ini mengindikasikan bayi telah mengeluarkan mekonium (feses pertama). Mekonium lebih mungkin terjadi ketika bayi sudah melewati tanggal perkiraan lahir, juga bisa menandakan kemungkinan bayi mengalami stres. Mekonium tidak menandakan bayi dalam bahaya tapi monitoring janin sering direkomendasikan untuk memastikan tidak ada indikasi masalah.

  • Sumbat lendir (lendir jernih, biasanya disertai sedikit darah berwarna gelap) mengisi bukaan sempit pada serviks atau menutup serviks selama kehamilan. Sumbat ini akan keluar sebelum ketuban pecah, kadang beberapa hari atau satu minggu sebelumnya. Beberapa wanita menyadarinya, ada juga yang tidak.

  • Satu trik untuk mengetahui apakah ketuban benar-benar pecah adalah dengan melakukan tes berdiri. Bila Anda berdiri dan merasa cairan terasa bocor lebih banyak, ini jadi indikator kalau ketuban Anda telah pecah, karena tekanan berlebih ketika berdiri bisa mendorong cairan ketuban keluar dibanding ketika Anda duduk.

  • Perawat bisa memberitahu apakah ketuban Anda telah pecah. Ada beberapa cara yang bisa mereka uji untuk melihat apakah ketuban telah pecah. Cara paling umum adalah melihat cairan ketuban di bawah mikroskop.

  • Cairan ketuban berwarna jernih. Anda bisa membedakan apakah ketuban telah pecah atau belum dengan mengetahui seperti apa cairan ketuban. Bila ketuban pecah, cairan tersebut tidak berbau dan jernih warnanya.


(Ismawati)