Siapa sih yang nggak bahagia ketika mendapatkan garis dua di alat tes kehamilan atau testpack-nya? Garis dua tersebut memang sangat menggembirakan bagi sebagian Ibu.
Tapi bagaimana ya jika kehamilan kali ini ternyata merupakan hasil ‘kebobolan’ IUD? Ibu pasti langsung khawatir pada janin dalam kandungan. Apalagi kehadirannya dibarengi dengan IUD yang masih menempel di dalam rahim sang Ibu.
Yup! Meskipun hamil dengan IUD kasusnya cukup jarang terjadi, namun mengingat alat kontrasepsi masih memiliki peluang 1% untuk hamil maka hal ini tentu tetap bisa dimaklumi. IUD sendiri merupakan alat kontrasepsi pencegah kehamilan yang digunakan oleh wanita dan dipasang ke dalam rahim.
Bentuk alat ini mirip seperti huruf T dan dianggap sebagai metode kontrasepsi yang paling efektif diantara jenis kontrasepsi lainnya. Nah, lalu bagaimana ya jika hamil dengan IUD yang masih ada di dalam rahim?
Adakah risiko dan bahaya bagi janin? Haruskan IUD tersebut dilepas meski janin belum lahir? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut ada baiknya simak dalam ulasan lengkap berikut ya Bu!
Adakah kemungkinan hamil dengan IUD?
Yup! Tentu saja tiap wanita yang menggunakan alat kontrasepsi intrauterine atau IUD tetap memiliki kemungkinan hamil, meski dalam persentase hanya sebesar 1% saja. Melansir WebMD IUD seharusnya berada dalam posisi lurus ketika di pasang di rahim untuk mencegah kehamilan.
Tapi terkadang bisa bergerak dari posisi seharusnya dan masuk ke leher rahim, sehingga menyebabkan kehamilan. Biasanya ketika hamil pakai IUD, dokter akan menyarankan untuk segera melepas alat tersebut.
Terutama jika posisinya sudah mengancam perkembangan janin, misalnya berada di dekat kantung atau ari-ari janin dan lain sebagainya. Nah, kalau IUD tidak segera dilepas maka Ibu bisa berisiko mengalami kendala selama kehamilan yang mengancam nyawa janin.
Selain itu, berikut ini adalah beberapa penyebab kemungkinan seorang wanita bisa hamil dengan IUD:
- IUD terlepas dari vagina, agar hal ini tidak terjadi penting untuk selalu mengecek posisi IUD yang benar setiap beberapa bulan sekali;
- IUD tidak berada di posisi yang benar, karena alat kontrasepsi ini tidak bisa dipasang secara permanen jadi wajar jika letak IUD bisa saja bergeser;
- IUD sudah kadaluarsa, nggak banyak yang tahu bahwa IUD juga memiliki tanggal kadaluarsa lho! Sehingga meski perlu penelitian lebih lanjut, untuk sementara para ahli sepakat bahwa IUD yang kadaluarsa bisa menyebabkan kemungkinan hamil; dan
- IUD tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena alat rusak.
Adakah risiko hamil dengan IUD?
Meskipun kehamilan merupakan berita yang menggembirakan bagi sebagian pasangan, nyatanya jika hamil dengan IUD tetap memiliki risiko. Bahkan melansir Medical News Today tak jarang hamil dengan IUD juga bisa menyebabkan keguguran lho!
Untuk itu, simak beberapa risiko hamil dengan IUD yang wajib Ibu ketahui berikut ini:
1. Kemungkinan mengalami kehamilan ektopik
Menurut penelitian dari International Journal of Women’s Health kehamilan ektopik memengaruhi sekitar 2 dari 10.000 wanita di dunia yang hamil dengan IUD setiap tahunnya. Sama seperti kasus hamil dengan IUD, secara keseluruhan kehamilan ektopik ini memang jarang terjadi.
Kehamilan ektopik sendiri adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim. Walau jarang terjadi, namun kasus ini sangat memengaruhi wanita hamil dengan IUD dengan risiko yang cukup fatal. Bahkan kehamilan ektopik dapat membuat Ibu mengalami pendarahan.
2. Menyebabkan keguguran
Hamil dengan IUD sangat erat kaitannya dengan risiko keguguran. Apalagi jika letak IUD dekat dengan kantung plasenta.
Mengingat selaput plasenta sangat tipis dan mudah sobek jika terkena benda asing seperti IUD, maka bukan tidak mungkin jika hamil dengan IUD sangat berisiko dengan keguguran. Untuk itu, ketika pertama kali mengetahui hamil dengan IUD ada baiknya segera periksakan diri ke dokter ya Bu.
3. Rentan mengalami komplikasi kehamilan
Menurut penelitian dari Ben-Gurion University of the Negev (BGU) sebanyak 221,800 kasus kehamilan di dunia sangat mungkin mengalami komplikasi saat hamil dengan IUD. Komplikasi tersebut menyebabkan:
- Bayi lahir dengan berat badan rendah;
- Bayi lahir prematur;
- Bayi berisiko mengalami infeksi bakteri; dan
- Ibu berisiko mengalami keguguran.
4. Rentan mengalami infeksi
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, IUD merupakan benda asing yang masuk ke dalam tubuh seorang wanita. Apabila wanita tersebut hamil maka IUD tersebut rentan menginfeksi janin dan juga sang Ibu.
Infeksi yang diakibatkan oleh IUD ini dikenal dengan istilah media korioamnionitis. Biasanya infeksi ini terjadi pada selaput yang melindungi janin dalam kandungan.
5. Placental abruption
Melansir Mayo Clinic placental abruption adalah komplikasi kehamilan yang cukup fatal. Di mana hal ini mengakibatkan plasenta terpisah dari rahim sebelum ataupun selama kehamilan terjadi.
Perlu diketahui bahwa plasenta atau ari-ari punya peran penting selama bayi masih berada dalam kandungan Ibunya. Ia memiliki tugas untuk memberikan nutrisi dan menyuplai oksigen dari Ibu ke janin.
Jika plasenta terlepas dari rahim jelas hal ini sangat berbahaya bagi janin. Nah, salah satu yang menyebabkan plasenta terlepas ini adalah hamil dengan IUD.
Secara keseluruhan, hamil dengan IUD memang cukup berisiko bagi tiap calon Ibu. Untuk itu, biasanya dokter akan menyarankan agar IUD tersebut segera diangkat sesaat setelah mengetahui Ibu positif hamil.
Namun, beberapa dokter juga ada yang membiarkan IUD tersebut tetap berada di dalam rahim jika posisinya dianggap tidak akan membahayakan janin dalam kandungan. Sementara IUD tersebut akan dikeluarkan bersamaan dengan kelahiran bayi nantinya.
Editor: Dwi Ratih