Kehamilan

Mengenal Jenis Kontraksi pada Ibu Hamil

Mengenal Jenis Kontraksi pada Ibu Hamil

Bagi para Ibu yang baru pertama kali mengandung, mendengar kata kontraksi saja rasanya sudah was-was. Sangat wajar apabila Ibu merasa cemas tentang kontraksi, apalagi bila Ibu kerap mengalami hal ini secara konsisten padahal hari persalinan masih jauh.

Sebenarnya bagaimana cara membedakan kontraksi agar Ibu terhindar dari kepanikan? Simak penjelasan berikut agar Ibu tahu kapan waktu yang tepat untuk pergi ke rumah sakit!

Jenis Kontraksi pada Ibu Hamil

  1. Persalinan palsu (kontraksi Braxton-Hicks)

    Sekitar bulan keempat masa kehamilan, biasanya rahim Anda mulai berkontraksi dari waktu ke waktu. Pengencangan ini dikenal sebagai kontraksi Braxton-Hicks. Jenis kontraksi ini umumnya terjadi sewaktu-waktu dan tidak teratur. Ini adalah cara tubuh Ibu mempersiapkan otot rahim untuk hari persalinan.

    Kontraksi ini umumnya tidak terlalu menyakitkan, terkonsentrasi di area perut, membuat perut Ibu terasa kencang, serta memberikan rasa kurang nyaman. Tapi Ibu tak perlu khawatir, sebab kontraksi Braxton-Hicks akan berangsur-angsur memudar, jenis kontraksi ini tidak menjadi lebih kuat, lebih lama, lebih dekat, dan tidak menyebabkan perubahan pada serviks Ibu.

    Apa penyebab terjadinya kontraksi Ibu hamil jenis Braxton-Hicks? Ibu berpotensi mengalaminya saat lelah, dehidrasi, atau terlalu banyak berdiri. Persalinan palsu biasanya akan berkurang jika Ibu mengubah kegiatan atau kebiasaan Ibu sehari-hari.

    Sebelum Ibu menghubungi dokter, cobalah minum banyak air, mengubah posisi (seperti dari berdiri ke duduk), serta menghentikan sejenak aktivitas Ibu dan beristirahat 

    Apabila Ibu telah mencoba cara di atas namun masih sering mengalami kontraksi Ibu hamil jenis Braxton-Hicks, ada baiknya Ibu segera konsultasi ke dokter untuk menghindari terjadinya persalinan prematur.

  2. Kontraksi persalinan prematur

    Kontraksi Ibu hamil yang kerap terjadi teratur sebelum 37 minggu mungkin merupakan tanda persalinan prematur.

    Kontraksi dikatakan teratur berarti kontraksi apabila memiliki suatu pola. Misalnya, jika Ibu mengalami kontraksi setiap 10 hingga 12 menit selama lebih dari satu jam, bisa jadi Ibu mengalami persalinan prematur.

    Selama kontraksi, seluruh bagian perut Ibu akan menjadi keras saat disentuh. Seiring dengan pengetatan di rahim, Ibu juga mungkin merasakan sakit punggung, tekanan di area panggul, tekanan di perut, serta kram.

    Jika Ibu mengalami jenis kontraksi Ibu hamil di atas, maka jangan ragu untuk segera menghubungi dokter. Terutama jika kontraksi Ibu hamil ini disertai dengan pendarahan vagina, diare, atau keluarnya cairan bening yang mungkin menandakan ketuban pecah

    Beberapa faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya persalinan prematur:

    • Kehamilan kembar (kembar dua, kembar tiga, dll.)

    • Ada kondisi abnormal pada rahim, leher rahim, atau plasenta

    • Merokok atau menggunakan narkoba

    • Tingkat stres yang tinggi

    • Riwayat kelahiran prematur

    • Ada infeksi tertentu

    • Berat badan kurang maupun berlebih sebelum kehamilan

    • Tidak mendapatkan perawatan prenatal yang tepat

    Amat penting untuk memperhatikan durasi dan frekuensi kontraksi Ibu hamil serta mencatat gejala sekunder apa pun. Konsultasikan kepada dokter agar mendapatkan perawatan yang tepat.

  3. Kontraksi setelah berhubungan intim

    Bagi para Ibu yang mengalami kehamilan normal tanpa komplikasi dan masih ingin berhubungan seks, tenang saja sebab orgasme tidak meningkatkan risiko persalinan prematur. Hubungan seks selama kehamilan tidak akan memicu terjadinya persalinan bahkan saat mendekati hari bersalin.

    Namun, ada kemungkinan Ibu mengalami kontraksi Braxton-Hicks atau bahkan bercak ringan sesudahnya. Meskipun kontraksi Ibu hamil ini akan mereda dalam beberapa jam, segera hubungi dokter apabila Ibu merasakan gejala yang mengganggu seperti pendarahan, nyeri, keputihan, atau penurunan gerakan janin secara terus menerus.

Tahapan kontraksi persalinan

Ciri kontraksi persalinan yang sebenarnya adalah kontraksi tidak melambat atau tenang reda dengan tindakan sederhana seperti minum air dan istirahat. Sebaliknya, kontraksi Ibu hamil menjadilebih lama, lebih kuat, dan lebih dekat jaraknya satu sama lain. Rasa sakit yang Ibu alami adalah cara kerja rahim untuk melebarkan serviks.

  • Persalinan dini

    Kontraksi pada tahap ini masih terbilang ringan. Pengencangan yang Ibu rasakan berlangsung selama 30 hingga 90 detik. Jenis kontraksi Ibu hamil ini memiliki interval waktu yang teratur. Awalnya mungkin memiliki rentang waktu berjauhan, tetapi saat Ibu mendekati akhir persalinan awal, kontraksi Ibu hamil hanya berjarak lima menit.

    Selama persalinan awal, Ibu mungkin juga memperhatikan tanda-tanda lain. Saat serviks mulai terbuka, Ibu mungkin akan melihat keluarnya cairan dari sumbat lendir. Selain itu, air ketuban Ibu mulai pecah dalam bentuk tetesan kecil atau semburan besar cairan dari vagina.

  • Persalinan Aktif dan Masa Transisi

    Kontraksi yang mengarah ke masa transisi terasa jauh lebih intens dari tahap awal kontraksi Ibu hamil.

    Selama tahap persalinan ini, serviks Ibu akan terbuka dari 4 hingga 10 sentimeter sebelum si kecil lahir. Perlahan Ibu akan merasakan kontraksi mulai menjalar ke seluruh tubuh. Diawali dari punggung lalu bergerak di sekitar tubuh menuju area perut. Ibu juga mungkin merasakan kram dan sakit di area kaki.

    Kontraksi persalinan aktif biasanya berlangsung antara 45 hingga 60 detik, dengan tiga hingga lima menit istirahat di antaranya. Saat transisi, ketika serviks membesar dari 7 menjadi 10 sentimeter, pola kontraksi Ibu hamil berubah menjadi 60 hingga 90 detik, dengan jeda 30 detik hingga 2 menit di antaranya. Bahkan kontraksi ini kerap terasa tumpang tindih saat tubuh Ibu bersiap untuk mengejan.

    Sakit kepala ringan dan mual juga merupakan keluhan umum yang muncul pada kontraksi persalinan aktif. Saat menjalani periode transisi, Ibu mungkin juga mengalami panas dingin, hot flashes, muntah, serta keluar gas.

Bagaimana agar tetap nyaman selama kontraksi Ibu hamil?

Kontraksi paling kuat terjadi selama persalinan aktif dan tahap transisi. Ada beberapa hal yang dapat Ibu lakukan untuk mengatasi rasa sakit, baik dengan maupun tanpa obat. Jika memilih metode tanpa obat, Ibu bisa melakukan aktivitas berikut:

  • Berjalan atau mengubah posisi

  • Meditasi

  • Hipnosis

  • Mendengarkan musik

  • Melakukan pijatan aman

  • Berlatih yoga ringan

  • Menemukan cara unik untuk mengalihkan pikiran dari rasa sakit seperti berhitung, main games, bermain puzzle, dll

Untuk meredakan nyeri dengan bantuan obat, Ibu bisa gunakan analgesik dan anestesi. Analgesik seperti Demerol membantu meredakan nyeri sekaligus menjaga perasaan dan gerakan otot tetap utuh. Sementara itu, anestesi seperti epidural mampu memblokir rasa sakit secara keseluruhan, termasuk pergerakan otot.

Meskipun obat ini efektif, masing-masing memiliki risiko dan efek sampingnya sendiri. Ibu dapat menulis rencana kelahiran untuk membantu  staf medis mengetahui intervensi apa yang ingin Ibu telusuri saat berada di ambang persalinan.

Kapan waktu yang tepat menghubungi dokter saat ibu hamil kontraksi?

Setelah mengenal berbagai jenis kontraksi Ibu hamil, semoga Ibu tak lagi panik dan buru-buru ke rumah sakit tiap merasakan nyeri di perut. Meski begitu, kapan pun Ibu merasa khawatir tentang sesuatu selama kehamilan, sebaiknya beri tahu dokter. Terlebih jika
kontraksi Ibu hamil terasa intens dan jarak antar kontraksi lebih dekat dari lima menit.

Memang sih cukup susah untuk menentukan apakah kontraksi Ibu hamil adalah tanda persalinan atau jika rahim hanya sedang berlatih. Jika ragu, sebaiknya Ibu mulai mencatat secara detail waktu terjadinya kontraksi dan gejala-gejala lainnya sehingga Ibu bisa melaporkannya ke dokter.

Nyeri saat kontraksi Ibu hamil memang kerap terasa intens dan membuat para Ibu merasa cemas. Namun semua pengorbanan itu akan terbayar tuntas saat pertama kali mendengar suara si kecil setelah persalinan.

(Yusrina)