Keluarga

11 Aturan Keuangan Keluarga, Ibu Tipe yang Mana?

11 Aturan Keuangan Keluarga, Ibu Tipe yang Mana?

Mengatur keuangan keluarga menjadi hal penting yang perlu diperhatikan tidak hanya bagi mereka yang sudah berkeluarga, tapi juga bagi mereka yang masih hidup sendiri dan telah memiliki pekerjaan tetap. Gaji yang didapat dari pekerjaan sehari-hari hendaknya memang diatur sedemikian rupa agar semua kebutuhan terpenuhi, kesenangan pribadi bisa terwujud, dan masa pensiun tercukupi.

Saat ini banyak orang lebih peduli pada pengaturan keuangan keluarga, seiring dengan munculnya akun-akun Instagram konselor keuangan atau financial planner yang rutin memberikan suntikan ilmu baru tentang keuangan dengan gaya bahasa yang milenial. Tentu hal ini adalah suatu hal yang cukup bermanfaat.

Ilmu keuangan keluarga yang tadinya tidak begitu dipahami beberapa orang, justru jadi bahan diskusi yang asyik untuk diperbincangkan. Rencana-rencana keuangan keluarga pun mulai gemar dilakukan demi terjaminnya masa depan. Nah, bila memiliki rencana keuangan keluarga untuk memenuhi kebutuhan harian, membeli rumah, membeli mobil, menabung dan menyiapkan masa pensiun, Ibu tentu memerlukan style dan aturan keuangan keluarga sendiri nih.

Ibupedia telah merangkum beberapa aturan keuangan keluarga yang bisa para Ibu pilih sesuai dengan gaya Ibu masing. Yuk, disimak!

  1. Aturan 50/30/20

    Aturan pembagian keuangan keluarga ditentukan dalam persen. Aturan 50/30/20 merupakan julukan singkat bagi pembagian 50% kebutuhan, 30 % keinginan, dan 20% tabungan atau cicilan. Melansir dari medium.com, aturan praktis ini merupakan gaya paling popular dan cukup mudah dilakukan karena Ibu bisa mengikuti polanya untuk pembagian hal pokok utama.

    Penting kiranya bagi Ibu untuk bisa membedakan kebutuhan dan keinginan dalam rumah tangga. Kebutuhan harus diutamakan, seperti belanja bahan pokok, pembayaran rekening listrik dan air bersih, biaya sekolah anak, serta transportasi untuk mobilisasi pekerjaan. Jumlah 50% ini hendaknya mampu mencukupi semua kebutuhan tersebut.

    Dengan rata-rata pendapatan UMR, Ibu bisa mengatur 50% untuk kebutuhan utama dengan gaya hidup sederhana. Tetapi, bagi mereka yang memiliki tingkat kebutuhan tinggi, pendapatan UMR dengan hanya Ayah yang bekerja belum tentu akan mencukupi. Oleh sebab itulah, kini banyak Ibu yang memilih untuk bekerja, agar pendapatan Ayah bisa fokus digunakan untuk kebutuhan utama rumah tangga. Sisa 30% dan 20% biasanya akan ditutupi dari pendapatan Ibu.

    30% pengelolaan keuangan keluarga untuk keinginan bisa digunakan untuk biaya liburan keluarga, atau sekadar keinginan semacam membeli baju baru dan makan bersama keluarga di luar. Dana ini juga bisa digunakan untuk menghadiri pernikahan teman, membeli kado untuk teman yang melahirkan, atau sekadar membeli buah tangan saat mengunjungi kerabat.

    20% sisa dana dari pendapatan bulanan, harus difokuskan pada tabungan dan cicilan. Tabungan sangat penting untuk disisihkan. Sedangkan cicilan bisa disesuaikan. Sebelum memutuskan untuk mengambil cicilan, baik itu pinjaman kredit uang, kendaraan, dan lainnya, Ibu harus cermat menghitung daya kemampuan bayar setiap bulan dengan catatan sudah menyisihkan untuk tabungan.

    Sebagai contoh, pendapatan bulanan sebesar Rp 4.000.000, 20% nya sebesar Rp 800.000. Maka dengan jumlah tersebut, Ibu mampu membayar cicilan sekitar Rp 500.000-Rp 600.000 dan menabung sekitar Rp 200.000-Rp 300.000 setiap bulannya.

  2. Aturan 20/4/10

    Aturan yang satu ini khusus ditekankan pada pembelian kendaraan. Adanya down payment pada pembelian kendaraan hendaknya berjumlah sekitar 20% dari pendapatan. Angka 4 mewakili jumlah tahun masa mencicil biaya kendaraan. Sebaiknya memang tidak lebih dari 4 tahun. 10% adalah jumlah biaya bahan bakar, asuransi dan pajak tahunan biasanya dialokasikan sebesar 10% dari pendapatan.

  3. Aturan 60/40/0

    Berkaca pada aturan 50/30/20, aturan 60/40/0 menempatkan 60% pada kebutuhan, 40% pada keinginan dan 0% pada tabungan atau cicilan. Aturan ini biasanya diterapkan oleh mereka yang suka membahagiakan diri dengan membeli keinginan-keinginan sebanyak 40%. Karena jumlah ini terbilang cukup banyak, mereka yang menempatkan keinginan langsung sebesar 40% ini tidak memikirkan tabungan.

    Sayangnya, mereka yang memilih aturan ini cenderung banyak terkecoh saat pembagian. Seringkali aturan jadi berubah 60% pada keinginan, 40% pada kebutuhan. Perbedaan tipis pada presentase pembagian dan kebiasaan kalap jika menyangkut keinginan menjadi faktor penyebab terjadinya pertukaran ini.

  4. Aturan 80/20/0

    Hampir mirip dengan aturan 60/40/0, aturan 80/20/0 juga tidak menempatkan tabungan sebagai hal yang terlalu perlu. Tetapi bedanya, kebanyakan penganut aturan ini didesak oleh keadaan pemenuhan kebutuhan hidup yang tinggi. Hal ini banyak dialami oleh para Sandwich Generation. Sandwich generation adalah mereka yang pendapatannya digunakan untuk membiaya generasi di atasnya (orangtua atau keluarga), dirinya sendiri, dan generasi di bawahnya (anak-anak).

    Membiayai anak-anak memang sudah pasti termasuk kebutuhan, namun membiayai orangtua bisa jadi salah satu faktor terhambatnya kemampuan menabung. Jika ditelaah, membiayai orangtua tetap bisa dilakukan oleh sandwich generation dengan menentukan batasan jumlah tertentu dan menyisihkan juga untuk tabungan pribadi.

  5. Aturan 30/10/60

    Aturan ini sering disebut dengan aturan Hypersaving. Di mana orang yang memilih aturan ini tidak memiliki banyak pengeluaran untuk kebutuhan, tidak banyak keinginan dan lebih banyak menabung. Mereka yang menganut aturan ini biasanya single dengan kebutuhan secukupnya dan bukan sandwich generation. Keluarga dengan pendapatan besar tapi hidup lebih sederhana seperti saat pendapatan masih standar, juga biasanya memilih untuk menganut aturan ini. Aturan ini menerapkan sistem 30% kebutuhan, 10% keinginan dan 60% tabungan.

  6. Aturan Sepuluh Tahun

    Aturan sepuluh tahun ideal dalam menentukan pemilihan barang baru atau bekas. Biasanya barang yang dibeli adalah barang tahan lama di mana ibu bisa memutuskan daya tahan barang tersebut setelah digunakan. Contohnya adalah furniture seperti sofa dan tempat tidur. Bisa juga seperti mobil atau rumah. Dalam mempertimbangkan harus membeli bekas atau baru, Ibu dapat menerapkan aturan ini.

    Coba pikirkan kembali daya tahan pakai barang tersebut dalam kurun waktu 10 tahun. Jika ingin membeli barang bekas, maka bijaklah memilih yang daya tahan pemakaiannya masih optimal selama 10 tahun ke depan tanpa harus mengeluarkan biaya perbaikan terlalu banyak. Jika rumah atau mobil yang ingin dibeli kira-kira akan memakan biaya perbaikan di tahun ketiga atau kelima pembelian, alangkah lebih baiknya jika Ibu membeli yang baru. Membeli barang baru pun haruslah tepat. Jika membeli dengan iming-iming murah tapi kualitasnya tidak baik, maka akan ada pengeluaran-pengeluaran lain sebelum 10 tahun.

  7. Aturan 20%

    Aturan ini biasanya digunakan untuk membeli rumah dan kendaraan dalam bentuk cicilan. Bila tidak mencicil, aturan ini tidak berlaku ya. Besarnya cicilan yang dibayarkan sebaiknya tidak lebih dari 20% jumlah pendapatan bulanan. Hal ini bertujuan agar keuangan keluarga tidak berantakan dan pos-pos pengeluaran sesuai dengan yang seharusnya.

    Aturan ini juga sebaiknya diterapkan untuk segala jenis pinjaman keuangan. Maka, ibu dan keluarga tidak akan tergiur dengan pinjaman yang tidak mampu Ibu bayarkan setiap bulannya. Aturan ini bagus untuk membantu menahan diri dalam memenuhi keinginan dan lebih fokus pada tingkat kebutuhan.

  8. Aturan Pendapatan

    Aturan pendapatan adalah aturan yang digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu dengan menghitung jumlah pendapatan tahunan. Misalkan untuk dana pensiun, sebaiknya Ibu mengumpulkan dana sebesar 20 kali pendapatan tahunan. Sedangkan untuk membeli sebuah rumah, hendaknya seharga 3 kali pendapatan tahunan. Aturan ini dapat membantu seseorang agar lebih bijak memilih keperluan sesuai dengan daya belinya.

  9. Aturan 10%

    Aturan ini menyimpan 10% dari pendapatan untuk dana pensiun. Setiap orang penting untuk menyiapkan dana pensiun agar kelak tidak bergantung pada anak-anak yang sudah bekerja dan tidak lagi menciptakan banyak sandwich generation. Selain itu menyisihkan 10% ini bisa juga sewaktu-waktu digunakan untuk dana darurat. Bila memungkinkan digunakan untuk dana darurat, maka Ibu sebaiknya menabung kembali lebih banyak agar kelak dana pensiun terkumpul sesuai keinginan.

  10. Aturan Enam Bulan

    Para ahli keuangan keluarga percaya, setiap orang setidaknya harus memiliki simpanan sebesar 6 kali pendapatannya sebagai dana darurat. Sering ditemukan orang dengan kebutuhan mendesak terpaksa meminjam uang pada orang lain untuk situasi darurat yang menimpanya. Padahal idealnya, seseorang harus memiliki simpanan dana darurat sendiri. Jumlahnya disesuaikan dengan pendapatan masing-masing. Bila pendapatan bertambah, maka jumlah simpanan dalam aturan 6 bulan ini pun akan bertambah. Begitu pula sebalikya, jika pendapatan berkurang, maka jumlah simpanan yang harus dikumpulkan pun akan berkurang.

  11. Aturan Usia

    Aturan usia berlaku bagi orang-orang dengan investasi berisiko seperti saham dan obligasi. Para ahli keuangan keluarga menyarankan jika memang ingin berinvestasi pada saham dan obligasi, hendaknya kurangi jumlah investasi seiring dengan pertambahan usia. Mudahnya, Ibu bisa mengurangi 120 dengan usia Ibu saat ini. Maka hasilnya adalah jumlah besaran investasi pada saham dan obligasi tersebut. Bila dicermati besarannya akan semakin berkurang seiring bertambahnya usia.

Dari beberapa jenis aturan di atas, Ibu dapat memilah aturan mana yang paling cocok untuk keperluan yang Ibu butuhkan dalam mengatur keuangan keluarga. Sebagai pertimbangan, berikut beberapa hal yang biasanya memerlukan perhitungan keuangan keluarga dengan tepat.

  • Keperluan Bulanan

    Dalam memenuhi keperluan bulanan, aturan 50/30/20 paling banyak digunakan sebagai pilihan paling bijak karena pembagiannya yang seimbang antara kebutuhan dan keinginan, serta masih bisa menyisihkan untuk tabungan.

    Aturan ini memang paling disarankan. Namun kembali lagi, pada beberapa kondisi perekonomian keluarga yang berbeda-beda, ditambah dengan adanya kondisi sandwich generation, pilihan aturan 60/40/0 dan 80/20/0 pun masih banyak yang menganut. Alasannya juga simpel, karena kebutuhan lebih banyak sehingga tidak bisa mengalokasikan dana untuk tabungan.

  • Kendaraan

    Membeli kendaraan, baik mobil maupun sepeda motor, bisa dengan menerapkan aturan 20/4/10. Aturan 20% kurang lebih memiliki konsep yang sama, yakni jumlah pembayaran setiap bulannya hendaknya sebesar 20% penghasilan. Jadi kedua aturan ini bisa diterapkan dalam pembelian kendaraan. Aturan 10 tahun juga bisa digunakan saat akan membeli kendaraan. Hal ini bertujuan untuk membantu Ibu bijak dalam memilih kendaraan yang tidak banyak memiliki pengeluaran tambahan dalam kurun waktu 10 tahun ke depan.

  • Rumah

    Aturan yang paling banyak disarankan saat membeli rumah adalah aturan 20%. Kemampuan daya beli seseorang untuk cicilan rumah seharusnya hanya sebesar 20% dari pendapatannya. Hal ini akan membantu kestabilan keuangan keluarga untuk keperluan lainnya.

    Berikutnya, Ibu bisa menggunakan aturan sepuluh tahun untuk mempertimbangkan rumah seperti apa yang bisa awet dan tidak banyak memakan biaya dalam 10 tahun ke depan. Ini juga dapat membantu Ibu bijak memilih developer dengan kualitas bahan bangunan yang tidak abal-abal.

    Aturan pendapatan juga bisa Ibu pilih untuk membeli rumah. Harga rumah yang dibeli sebaiknya seharga 3 kali pendapatan tahunan keluarga. Sehingga nantinya Ibu dan keluarga tidak merasa berat dalam pelunasannya dan tidak mengalami defisit keuangan keluarga.

  • Dana Pensiun

    Persiapan dana pensiun yang paling cepat adalah dengan menerapkan aturan 30/10/60, si Hypersaving. Karena persentase tabungan lebih banyak, orang dengan keinginan pensiun lebih cepat bisa menggunakan cara ini untuk menyiapkan uang lebih banyak.

    Namun, bila tidak terburu-buru menyiapkan dana pensiun, aturan 10% bisa dipilih. Dengan pendapatan standar Rp 4.000.000, dana pensiun yang disimpan setiap bulannya sebesar Rp 400.000. Jumlah tersebut sudah lumayan untuk memulai persiapan. Karena jika digunakan untuk memenuhi keinginan dan gaya hidup, maka jumlah tersebut hanya akan terlihat kecil dan tak bermakna.

    Aturan pendapatan juga bisa membantu menghitung jumlah dana pensiun yang harusnya dikumpulkan selagi masih memiliki pendapatan. Jumlahnya ialah 20 kali pendapatan tahunan. Bagi keluarga yang tidak memiliki cicilan apa pun, aturan 50/30/20 bisa juga digunakan. Tabungan 20% bisa dialokasikan sebagai dana pensiun.

  • Tabungan dan Investasi

    Untuk tabungan, aturan 50/30/20 dan aturan 30/10/60 bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing keluarga. Jika berinvestasi dengan saham dan obligasi, maka pilihannya jatuh pada aturan usia.

  • Hiburan Harian

    Hiburan harian semacam makan malam di luar dengan keluarga, membeli baju yang baru saja diskon di mall, mengajak keluarga liburan dadakan di taman bermain terdekat, termasuk dalam hiburan harian yang sering tidak disangka, muncul tiba-tiba, dan akan memakan dana. Aturan yang biasanya cocok adalah 60/40/0 atau 80/20/0. Karena hiburan harian ini biasanya muncul ketika seseorang sedang jenuh karena tuntutan kebutuhan hidup yang tinggi. Sehingga dana yang digunakan adalah dana ‘keinginan’ dan belum tentu bisa menyisihkan untuk tabungan.

  • Dana Darurat

    Dana darurat akan sangat bijaksana bila disiapkan menurut aturan enam bulan pendapatan. Namun jika ada keperluan lain yang lebih mendesak pada ranah kebutuhan, dana darurat dapat menyesuaikan jumlahnya sebesar 10-20% pendapatan setiap bulan.

  • Impian

    Impian seseorang berbeda-beda bukan? Bila Ibu memiliki impian ingin memiliki usaha sendiri dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan, atau mungkin ingin memberdayakan diri dengan melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi, Ibu bisa memilih aturan 30/10/60. Tentu akan memerlukan kesabaran dalam menahan diri terhadap keinginan karena jumlahnya hanya 10%, dan akan membutuhkan usaha memutar otak lebih keras karena kebutuhan dialokasikan sebesar 30% saja. Meski terbilang ekstrem, bila ingin menggapai impian yang tertunda, kenapa tidak?

    Bila tidak ingin terlalu ekstrem atau tidak ingin mengganggu keperluan rumah tangga, Ibu bisa juga menggunakan aturan 50/30/20 untuk dana impian ini. Aturan ini memungkinkan Ibu menyimpan dana untuk mimpi yang lebih besar, tapi akan memerlukan waktu lebih lama dalam pencapaiannya.

Yang pasti, aturan manapun yang ingin Ibu terapkan dalam mengatur keuangan keluarga, jangan pernah lupa bahwa inti dari pengaturan itu sendiri adalah menahan diri. Keuangan keluarga bisa jadi berantakan bila tidak sanggup menahan diri untuk sesuatu yang tidak perlu. Utamakan segala kebutuhan keluarga dan anak-anak dibanding sekadar memenuhi keinginan membeli barang hanya karena sedang tren atau tergiur diskon marketplace di Hari Belanja Online Nasional. Bekerjasamalah dengan Ayah untuk sama-sama menentukan skala prioritas terbaik dengan menggunakan aturan yang paling sesuai dengan perekonomian keluarga.

(Dwi Ratih)