Keluarga

25 Hal yang Dipelajari dalam Awal Rumah Tangga

25 Hal yang Dipelajari dalam Awal Rumah Tangga

Kunci untuk naik kelas, pastinya adalah rajin belajar, kan? Nah, sama halnya untuk ‘naik kelas’ dalam berumah tangga, kita perlu terus meningkatkan diri. Apa saja hal yang mesti kita pelajari dalam setahun pertama rumah tangga kita?

  1. Belajar bersabar

    Pernah, dong, mengalami masa-masa ‘semua serba indah’ ketika masih pacaran? Nah, setelah menikah, maka wajar jika ada perubahan. Semakin kita mengenal pasangan, semakin banyak menghabiskan waktu bersama, maka karakter dan kebiasaan masing-masing dari kita akan semakin terlihat. Nggak jarang, hal-hal tersebut menguji kesabaran kita. Sabar, atau kemampuan menahan diri untuk bereaksi ketika diri dalam keadaan marah atau frustasi ini, sangat penting dalam sebuah hubungan, apalagi pernikahan.

    Sabar dibutuhkan dalam menghadapi masalah rumah tangga, mulai dari yang paling kecil sekali pun. Misalnya, ketika pasangan mengacak-acak isi lemari yang baru saja kita susun, pasangan yang sibuk main hp ketika di rumah, atau masih memiliki kebiasaan pulang larut malam untuk hangout dengan teman-temannya.

    Kesabaran makin dibutuhkan ketika menghadapi pasangan yang membuat kesalahan besar, seperti masih dekat dengan perempuan lain, ketidakcocokan dengan keluarga pasangan atau mengalami gangguan keuangan. Tentu saja, bersabar bisa mencegah kita dari menjadi korban maupun pelaku kekerasan dalam rumah tangga.

  2. Menghargai

    Ini adalah salah satu kunci dalam hidup yang harmonis. Misalnya, tidak menegur pasangan di depan orang lain, menghargai kerja keras pasangan, menghargai keputusan yang dibuat pasangan, dsb.

  3. Mengatur keuangan rumah tangga.

    Setelah menikah, keuangan sebaiknya diatur bersama, atau masing-masing? Sebelum menentukan, utamakan memahami dulu cara Anda masing-masing dalam mengatur keuangan. Kemudian cek pertimbangan berikut. Adakah salah datu di antara Anda yang bermasalah dalam menggunakan kartu kredit? Bisakah pasangan Anda dipercaya dalam menyisihkan, menyimpan dan menggunakan uang bersama? Apakah Anda berdua sama-sama sepakat untuk membuat tabungan dan perencanaan keuangan bersama? Apakah Anda dan pasangan berkenan untuk membahas keuangan secara berkala?

    Bentuk lain belajar mengatur keuangan rumah tangga adalah tentang kebutuhan keluarga. Misalnya, membuat tabungan untuk dana darurat, untuk dana pensiun dan rencana liburan. Lainnya adalah cermat dalam membagi uang untuk kebutuhan makan sehari-hari, membayar tagihan listrik, air, uang transportasi, dst. Biasanya, hal ini adalah tugas istri.

  4. Pentingnya intimasi

    Agar hubungan tetap hangat, maka amat penting menjaga keintiman dengan pasangan. Pertama adalah secara emosional, seperti memahami perasaan pasangan, berbagi rasa sedih maupun senang. Melakukan kegiatan yang disenangi bersama, jalan-jalan ke destinasi impian bersama, yang merupakan kedekatan secara intelektual. Bentuk lainnya adalah menghabiskan waktu berdua seperti mengobrol, berolahraga di akhir pekan, bersifat terbuka dan jujur. Tidak lupa, tentu saja keintiman seksual. 

    Manfaat melakukan seks bagi hubungan pernikahan:

    • Melakukan seks yang berkualitas bisa meningkatkan kebahagiaan.

    • Kegiatan seks bisa membantu meredakan stress.

    • Seks melepaskan hormon endorfin yang bisa memperbaiki mood, ditambah lagi, orgasme bisa membantu tidur agar lebih nyenyak.

    • Karena menciptakan ‘aura’ positif, seks bisa meningkatkan rasa percaya diri seseorang.

    • Seks juga bisa membawa banyak manfaat bagi kesehatan, seperti menurunkan tekanan darah, mencegah terjadinya kanker prostat, dst.

  5. Menerima kekurangan pasangan

    Nggak ada, kan, manusia yang sempurna? Makanya, jangan lupa bersyukur mengenai kelebihan yang dimiliki suami Anda, seperti besarnya rasa tanggung jawab suami pada Anda, suami yang berpenghasilan baik Anda atau suami yang rajin beribadah. Namun, kita juga mesti belajar menerima kekurangan suami, misalnya tidak pintar mengatur keuangan, atau mudah marah. 

  6. Belajar memasak

    Jangan anggap enteng hal yang satu ini, ya. Memang, sekarang ini sudah banyak suami yang jago memasak, namun memasak umumnya adalah tugas ibu rumah tangga, ya. Suami Anda pasti senang, deh, kalau dibuatkan makanan favoritnya. Memasak juga bisa menghemat pengeluaran, karena Anda dan pasangan nggak mesti beli makanan di luar terus. Uangnya lumayan, loh, untuk ditabung. Pastinya, dengan memasak, kita bisa mengontrol apa yang kita makan, makanan buatan rumah pun lebih sehat dan bersih. Sesekali memasak bersama, bisa juga, nih, dilakukan untuk mengisi quality time dan meringankan tugas Ibu di rumah.

  7. Membagi waktu

    Ingat, nih, sekarang ada lebih banyak orang untuk dipikirkan setelah menikah. Jikalau sebelumnya, sepulang bekerja kita hanya makan malam dengan orangtua atau mengantarkan ibu belanja di akhir pekan, sekarang tugas kita sudah bertambah. Memiliki pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan rumah itu amat baik, tapi kita juga memiliki tanggung jawab pada suami, seperti menyediakan waktu untuk membuatkannya makanan dan mengurus kebutuhannya sehari-hari.

    Selain untuk suami dan urusan rumah, jangan lupa untuk membagi waktu untuk diri sendiri, sekadar bertemu teman di coffee shop atau merawat diri di salon. Yang nggak kalah penting, membagi waktu untuk menghabiskan waktu bersama keluarga kita, dan dengan keluarga dari suami. 

    Pastinya, jangan lupa untuk meluangkan waktu untuk berdua. Mengobrol sambil makan malam atau sebelum tidur misalnya. Pastikan waktu berdua ini berkualitas, tanpa gangguan pekerjaan yang belum selesai atau ponsel. Quality time juga bermanfaat untuk menjaga komunikasi dan mempererat hubungan Anda dan suami.

  8. Menyeimbangkan diri

    Berbeda orang, berbeda sifat dan karakternya, berbeda pula kebiasaannya. Yuk, belajar untuk saling menyeimbangkan diri. Mulai dari hal yang sederhana, misalnya, Anda suka tidur dengan lampu dimatikan, sedangkan suami Anda, terbiasa tidur dengan lampu menyala, maka jalan keluar yang bisa dicoba adalah dengan menghidupkan lampu dimmer ketika tidur. Lainnya adalah berbagi tugas rumah, jika Ibu sudah membereskan pekerjaan di dapur dan membersihkan rumah, maka suami bisa membantu merapikan tempat tidur. Salah satu yang paling penting adalah seimbang dalam mengatur keuangan.

  9. Belajar sepakat

    Setelah menikah, maka semua hal mesti disepakati bersama. Misalnya, sama-sama sepakat tentang pengeluaran rumah tangga dan rencana keluarga. Bahkan kita juga mesti berdiskusi dan sepakat dalam hal-hal kecil lainnya seperti membahas suatu hal bersama sebelum menyampaikannya pada keluarga.

  10. Bekerja sama sebagai pasangan

    Judulnya saja sudah ‘pasangan’ maka kedua belah pihak mesti sama-sama terlibat. Bekerja sebagai tim nggak hanya untuk meringankan beban, tapi juga untuk saling melengkapi. Contoh, suami bertugas membayar tagihan keperluan listrik dan berbelanja, istri yang mencari tambahan penghasilan untuk biaya liburan. Contoh lainnya adalah suami mengantarkan istri untuk membeli bahan makanan. 

  11. Bergabung dengan keluarga pasangan

    Betul, di dalam lingkungan, pasti ada aja satu atau orang yang tidak cocok dengan kita. Jika mereka ada di lingkungan pertemanan atau bekerja, mungkin akan lebih mudah untuk dihindari. Tapi jika mereka ada di dalam lingkungan keluarga, tentunya nggak bisa dihindari, dong

    Triknya adalah mencoba untuk lebih berbaur, berusaha untuk mengenal mereka lebih dalam, supaya kita akhirnya bisa lebih dekat dan bisa diterima. Misalnya, menghadiri undangan untuk makan bersama, bersilaturahmi pada perayaan hari besar atau ke family gathering lainnya. Ingat, nih, pasangan kita juga butuh berada di sekitar keluarganya, dan jika kita bisa ikut serta di dalamnya, pasti pasangan kita bakal lebih senang, kan.

  12. Kenali pasangan Anda

    Saatnya mengenal pasangan lebih dalam lagi. Setelah Anda mengetahui hal-hal favoritnya seperti warna atau makanan, kenali hal lainnya. Misalnya, parfum kesuakaannya, camilan hingga kebiasaannya sehari-hari. Dengan begini, pasangan akan merasa lebih diperhatikan dan lebih dihargai, pastinya hal ini bisa mempererat hubungan Anda.

  13. Mendekatkan diri pada Tuhan

    Selalu mendekatkan diri pada Tuhan, lebih dan lebih erat lagi. Agama, Tuhan dan doa bisa menjadi sumber kekuatan kita. Doa bisa membantu kita dalam menjaga hubungan, dalam mencukupi kebutuhan hidup. Mengingat Tuhan akan menjadikan kita ikhlas dalam mengerjakan peran dan tugas kita sehari-hari dan menjaga kita untuk berlaku sebagaimana mestinya.

  14. Berjuang bersama

    Berjuang bersama semestinya sudah dimulai sejak sebelum menikah, seperti berjuang untuk bisa mencapai pernikahan, atau berjuang bersama mengumpulkan uang untuk acara pernikahan impian. Setelah menjadi suami istri, perjuangan akan terus berlanjut. Misalnya, sama-sama bekerja untuk kehidupan yang sejahtera, bekerja untuk mencapai hal-hal yang diimpikan, berjuang untuk mendapatkan keturunan, dst. Kompak dan saling mendukung adalah kuncinya.

  15. Menjaga hati

    Orang bilang, ketika akan menikah, pasti ada saja cobaannya. Sebutlah gangguan keuangan, masalah di tempat kerja atau munculnya orang lain, seperti mantan kekasih atau seseorang yang baru dikenal, yang dirasa lebih menarik. Adanya ‘orang lain’ ini, tentu saja bisa membuat hati kita ‘goyang’, apalagi mengingat beratnya perjuangan sebelum menikah. Walaupun akhirnya kita berhasil melalui masa-masa tersebut nggak jarang orang ini kembali datang setelah kita menikah.

    Sangat penting untuk kita menjaga hati agar nggak mudah terpengaruh nggak mudah berpaling apalagi berkhianat. ‘Rumput’ yang kita pikir lebih hijau itu, belum tentu, kok, lebih baik. Dalam kasus seperti ini, tempatkan diri kita di posisi pasangan kita. Anda, pastinya nggak mau, kan, kalau diselingkuhi oleh pasangan?

  16. Menjaga kepercayaan

    Menjaga amanah dengan baik itu penting, karena kalau rusak sedikit, saja, maka bakal sulit untuk diperbaiki. Menjaga kepercayaan, misalnya dalam hal berbagi kewajiban. Lainnya adalah soal keuangan dan menjaga hubungan. Ingat, nih, gangguan keuangan dan perselingkuhan disebut-sebut sebagai dua penyebab teratas terjadinya perceraian. So, jangan membuat pasangan menjadi kapok menaruh kepercayaannya pada kita, ya.

  17. Anak adalah semata-mata pemberian Tuhan

    Tahun pertama pernikahan sudah hampir selesai, tapi masih belum dikaruniai momongan? Jangan berkecil hati dulu. Mungkin, sudah saatnya Anda dan pasangan lebih giat mengunjungi dokter kandungan untuk mendapatkan saran dan pemeriksaan. Dokter yang satu tidak berhasil? Cari dokter lain untuk opsi berikutnya. Lihat hal ini dalam bentuk positif, misalnya lebih menikmati waktu untuk berlibur berdua dan menikmati waktu untuk bekerja memenuhi impian.

  18. Memberi batas antara pasangan dan keluarga kita

    Pastinya dalam artian yang baik, ya. Banyak, loh, mertua yang suka kelewat batas dengan menantunya. Contoh, selalu mengkritik cara menantunya beribadah, cara bekerja atau berpakaian. Contoh lainnya adalah selalu minta diantar ketika mau bepergian, mewajibkan menantu membayar tagihan tertentu, atau bahkan menuntut uang belanja bulanan.

    Kita sebagai anak dan menantu, sewajarnya berbakti dan berusaha membahagiakan orangtua, namun segala sesuatunya ada batasnya. Jika Anda melihat hal ini terjadi pada pasangan Anda, Anda mesti pintar-pintar menjadi jembatan antara pasangan dan orangtua Anda. Mertua yang terlalu banyak mencampuri rumah tangga, bisa berdampak negatif, bagi rumah tangga Anda, loh.

    Namun, ingat untuk selalu mendengar nasihat kedua orangtua Anda. Karena mereka ingin kita dan pernihakan kita selalu dalam keadaan baik.

  19. Menerapkan batasan yang jelas

    Segala sesuatunya ada batasnya dan batasan ini mesti disetujui bersama. Misalnya, tidak mempermasalahkan jika pasangan berteman dengan lawan jenis namun ada batas tertentu, pasangan boleh menggunakan uang bersama dalam batas tertentu, dilarang berteriak ketika marah, dst.

  20. Membutuhkan tenaga ekstra

    Setuju nggak kalau pernikahan itu membutuhkan tenaga ekstra? Karena ada tambahan orang untuk kita rawat. Jika kita terbiasa cukup sarapan dengan roti, mungkin pasangan kita lebih suka dibuatkan nasi goreng. Jika kita sudah cukup makan malam dengan nasi goreng, mumgkin pasangan kita lebih suka makan dengan lauk dan sup, belum lagi urusan merapikan pakaian, dst.

  21. Mengoreksi diri

    Belajar untuk berkaca dan mengoreksi diri. Jika terjadi masalah dalam rumah tangga, coba untuk mengoreksi diri dan berkaca dahulu sebelum menyalahkan pasangan. Mengoreksi diri juga baik agar kita menjadi seseorang yang lebih baik lagi.

  22. Problem solving

    Ada masalah dalam rumah tangga? Jika nggak segera diatasi maka akan menumpuk, loh. Dalam menghadapi masalah, yang utama adalah bersikap dewasa dan bijak. Ketahui apa yang menjadi akar masalah, mencari dan menjalankan solusi yang sudah disepakati. Pastinya, solusi yang diambil, adalah yang terbaik bagi Anda berdua, dan yang tidak memicu masalah lainnya. Lebih dulu mengoreksi diri dan jika permasalahan ada pada pasangan Anda, maka berkomunikasilah dengan baik sehingga Anda tidak memicu kemarahan dan pertengkaran. 

  23. Mengurangi sifat egois

    Jika ingin dihargai orang lain, maka kita harus menjauhi sifat egois atau mementingkan diri sendiri. Apa contoh sifat egois di dalam rumah tangga? Istri yang membebankan seluruh biaya rumah tangga pada penghasilan suaminya, namun penghasilannya sendiri hanya digunakan untuk membeli barang keinginannya. Contoh lainnya, suami yang enggan bergabung dengan keluarga istri namun memaksakan istri untuk ikut serta dalam kegiatan keluarganya.

  24. Reseptif

    Atau bermakna menerima. Kita semua pernah melakukan kesalahan, kan? Bahkan mengulang kesalahan yang sama. Nah, jika pasangan Anda melakukan kesalahan yang sebetulnya masih bisa diatasi, maka terbukalah atas permintaan maafnya, Jangan memperpanjang masalah atau membuat pasangan merasa bersalah terus-menerus. 

  25. Tanpa pamrih

    Belajar untuk memberi tanpa mengharap pamrih. Karena ketika kita mengharapkan sesuatu balasan tertentu, sama saja dengan meningkatkan ‘risiko’ untuk kecewa. Agar hubungan kita mampu bertahan selama mungkin, maka kita mesti menanamkan segala hal yang baik. Maksudnya, kita memberi, tanpa mengharapkan balasannya, juga tidak mengukur dan mengungkit-ungkit seberapa besar pemberian atau apa yang sudah kita lakukan untuk pasangan.

Itulah beberapa pelajaran yang mesti kita pelajari dalam masa-masa awal rumah tangga, agar kita ‘lulus ujian’ dan agar pernikahan kita bisa bertahan selamanya.

(Stephanie)