Keluarga

5 Jenis Bahasa Cinta Anak

5 Jenis Bahasa Cinta Anak

Bu, sudah pernah baca buku yang berjudul ‘5 Love Languages’? Ini adalah salah satu buku yang paling laris, loh, di Amerika sana. Buku hebat ini ditulis oleh dua orang pakar, salah satunya yaitu Dr. Gary Chapman, Ph. D. Di dalam bukunya, Dr. Chapman mengatakan bahwa sebuah hubungan akan bisa terus berkembang dengan baik, jika yang menjalaninya mampu memahami satu sama lain, karena setiap orang mengekspresikan dan menerima rasa cinta dengan cara yang berbeda. Maka, Bu, amat penting agar kita mengutarakan bahasa cinta pada anak dengan cara yang ia pahami. 

Ada pun beberapa manfaat dari ditulisnya buku ini, di antaranya adalah untuk kita mengetahui apa bahasa cinta yang dipahami anak kita, untuk membantu anak agar berhasil dalam proses belajarnya, untuk menggunakan bahasa cinta guna mengoreksi dan mendisiplinkan anak dengan benar serta membangun fondasi kasih sayang untuk anak. Simak yuk lima bentuk bahasa cinta anak berikut ini:

  1. Kalimat afirmasi

    Sebagian anak merasakan kasih sayang orangtuanya ketika ia mendapat pujian. Untuk anak-anak dengan bahasa cinta tipe ini, contoh cara menyatakan kasih sayang pada mereka misalnya, Ibu bisa mengatakan, ‘Nilai ulanganmu bagus sekali, pasti kamu belajar dengan baik, ya’.

    Jika Ibu ingin mengekspresikan bahasa cinta dengan kata-kata, Ibu bisa fokus pada pencapaiannya, pada kepribadian anak, penampilan, dst.

    Tips bermanfaat lainnya dalam bahasa cinta anak dengan kata-kata, misalnya kalau Ibu dan Ayah ingin mengatakan, ‘I love you’, sebaiknya kalimat tersebut berdiri sendiri atau tanpa tambahan kata ‘tapi’ atau ‘ketika’, karena hal ini baik untuk mengekspresikan kasih sayang tanpa syarat atau unconditional love.

  2. Tindakan membantu atau melayani anak

    Ketika anak-anak masih kecil, secara alami kita melayani dan membantu mereka untuk mengerjakan sesuatu yang belum bisa mereka lakukan sendiri. Mulai dari membantunya mengancingkan baju, mengatur buku sekolah hingga mencuci piring kotornya. Semakin ia dewasa, kasih sayang yang telah kita berikan selama merawat mereka, akan mengajari mereka untuk mengerjakan hal-hal tersebut sendiri. Bagi anak yang merasakan cinta orangtuanya dengan cara ini, kenali tindakan Ibu dan ‘pelayanan’ seperti apa yang paling ia sukai. Misalnya, nih, ia suka ditemani saat menyelesaikan pekerjaan rumah atau diantar ke tempat ia latihan sepak bola. Nah, kegiatan-kegiatan seperti inilah yang disarankan untuk lebih sering dilakukan. 

    Tentunya nggak semua permintaan anak mesti Ibu lakukan, karena ada kalanya anak meminta sesuatu yang tidak pas dan anak pun harus diajar untuk hidup mandiri.

    Contoh sederhana untuk mengajari anak hidup mandiri, misalnya:

    • Membiarkan anak belajar mengenakan pakaiannya sendiri.

    • Mengajar anak cara makan, menggunakan sendok garpu, dst.

    • Mengajar anak berangkat ke sekolah tanpa ditemani Ibu atau Ayah.

  3. Memberikan hadiah

    Anak-anak yang menganut bahasa cinta seperti ini, melihat pemberian hadiah sebagai wujud kasih sayang yang nyata. Mereka akan lebih ‘menghargai’ hadiah berupa sebungkus permen daripada diberi pelukan. Masa, hadiah dan siapa pemberinya akan melekat dalam pikiran anak. Kesannya memang ‘berbeda’, ya, Bu, tapi seperti yang sudah dijelaskan di atas, cara seseorang menerima cinta berbeda-beda. 

    Di sisi lain, hal ini perlu dikontrol juga, ya, Bu, karena ada dampak kurang baiknya, yaitu anak bisa merasa tidak disayang dan tidak dihargai jika ia tidak lagi mendapat hadiah. Trik untuk mengontrolnya adalah dengan tidak perlu selalu memberi hadiah yang mahal dan jangan terlalu sering. Hadiah untuk anak juga sebaiknya sesuatu yang bermanfaat untuknya, dan sesuai dengan usia anak, bukan semata-mata sesuatu yang disukai anak. Efek lain yang mungkin terjadi adalah anak akan kesulitan untuk berbagi atau mengalihkan hadiah-hadiah tersebut.

  4. Waktu yang berkualitas

    Anak dengan bahasa cinta seperti ini, akan menuntut waktu Ibu untuk dihabiskan bersamanya. Mereka perlu merasa mereka layak untuk mendapatkan perhatian dan waktu Ibu. Cara menghabiskan waktu yang berkualitas bersama anak bisa disesuaikan dengan usianya. Contohnya, selagi mereka masih kecil, Ibu bisa memanfaatkan waktu untuk menemaninya bermain atau sekadar menonton tv, setelah ia lebih besar, Ibu bisa menjadi teman bicara yang baik untuk anak.

    Anggapan bahwa kualitas adalah yang utama dibandingkan dengan kuantitas itu sebetulnya nggak tepat, ya, Bu. Karena waktu yang baik adalah yang seimbang antara kualitas dan kuantitasnya. Pandangan dan bentuk kebutuhan anak mengenai quality time ini juga berubah dan terus berkembang seiring bertambahnya usia mereka.

    Contoh kasusnya, katakanlah Ibu adalah ibu bekerja. Keseharian Ibu diisi dengan bekerja dari pagi hingga malam hari, untuk mengganti waktu yang terlewatkan bersama anak, Ibu menemaninya jalan-jalan di akhir pekan dan traveling bersama di masa liburan sekolah. Sebetulnya, hal ini nggak cukup untuk disebut sebagai waktu yang berkualitas. Untuk pilihan yang lebih baik, misalnya usahakan untuk meluangkan waktu untuk membantu anak membuat tugas rumahnya setidaknya dua atau tiga kali seminggu.

  5. Sentuhan fisik

    Anak merasakan cinta dan kasih sayang melalui sentuhan fisik. Contoh kontak fisik untuk anak misalnya memeluk, mencium, atau bahkan sesederhana mengusap. Cara mengetahui anak menyukai kontak fisik cukup mudah, misalnya ia senang memeluk atau ‘bergelayut’ di kaki Ibu, senang main kuda-kudaan di badan Ibu atau memeluk dari belakang. 

    Bicara soal kontak fisik, melampiaskan kemarahan pada anak seperti memukul bisa memberi dampak yang buruk, ya, Bu. Hal lainnya, baik anak maupun orangtua mesti mempelajari batasan dari kontak fisik. Contoh, umumnya seorang ayah akan mengurangi kontak fisik seiring anak perempuannya tumbuh besar, untuk mengatasinya Ayah bisa mengurangi porsi kontak fisik misalnya dengan tetap membiasakan memberi pelukan sebelum tidur.

    Untuk anak, ia mesti mengetahui tentang dos and don’t dari kontak fisik. Caranya dimulai dengan mengajari anak-anak nama-nama bagian tubuhnya. Anak juga semestinya mampu ‘berbicara’ untuk tubuhnya. Maksudnya, ia mesti bisa menjaga tubuhnya ketika ada orang yang hendak menyentuh. Ajari anak tentang tiga jenis sentuhan seperti berikut ini. :

    • Sentuhan yang aman

      Adalah sentuhan yang seharusnya membuat ia merasa nyaman, merasa disayang dan penting untuk ia rasakan. Misalnya dipeluk, digandeng atau diusap punggungnya. Sentuhan yang aman ini termasuk sesuatu yang bisa membuatnya tidak nyaman, seperti sedang disuntik atau dibersihkan jika ada luka. Anak mesti diajari tujuan baik dari sentuhan tersebut.

    • Sentuhan yang tidak aman

      Adalah tindakan yang bisa menyakiti diri atau orang lain secara fisik maupun psikologis. Contohnya mendorong, menendang, memukul, termasuk di antaranya mencubit. Hal ini termasuk larangan bagi orang lain untuk menyentuh bagian tertentu dari tubuh anak, serta sebaliknya, anak juga dilarang menyentuh bagian tersebut pada tubuh orang lain. 

    • Sentuhan yang tidak diinginkan

      Unwanted touch ini bahkan bisa berupa sentuhan yang sebetulnya aman untuk anak. Misalnya, anak tidak merasa nyaman jika digendong, dipangku atau dicium oleh orang yang tidak akrab dengannya. Untuk mengatasi hal ini, ajari anak untuk berani dan tegas mengatakan ketidakinginannya untuk disentuh, namun dengan cara dan bahasa yang santun.

Untuk Ibu dan Ayah, fokuslah pada bahasa cinta jenis apa saja yang paling disukai si anak. Kenali dan terapkan. Dengan bahasa cinta antara orangtua dan anak yang sejalan, maka hubungan yang terbangun akan semakin kuat. 

(Stephanie)