Keluarga

17 Cara Agar Ibu Bekerja Bisa Menyeimbangkan Waktu

17 Cara Agar Ibu Bekerja Bisa Menyeimbangkan Waktu

Dewasa ini, semakin banyak ibu bekerja. Di Amerika, wanita kini mencapai setengah dari jumlah pekerja di Amerika, dengan hampir 4 dari 10 rumah memiliki ibu bekerja.

Menjadi ibu bekerja penuh waktu bisa memicu perasaan bersalah dan stres pada Ibu karena perhatian Ibu bekerja harus terbagi antara pekerjaan dan keluarga. Tapi dengan sedikit perencanaan dan kerja sama keluarga, ibu bisa menjalankan peran ini lebih mudah.

Kuncinya adalah fokus pada perencanaan, terorganisir, dan menemukan keseimbangan antara profesi sebagai Ibu bekerja dan peran sebagai orangtua. Berikut ini cara untuk membantu Ibu bekerja memastikan karir dan keluarga di kondisi yang baik:

  1. Hilangkan rasa bersalah

    Daripada terus memikirkan Anda tidak bisa bersama anak, pikirkan bagaimana peran Ibu bekerja di perusahaan bisa memberi manfaat untuk keluarga. Mungkin Ibu bekerja jadi mampu menyediakan kesempatan pendidikan untuk anak atau Anda jadi bisa menyimpan uang untuk biaya kuliah mereka.

    Terima kenyataan kalau akan ada positif dan negatif dari menjadi Ibu bekerja. Ibu harus tahu kalau Anda tidak sendirian dan Anda perlu membahas perasaan mereka bersama pasangan. Komunitas online bisa jadi cara untuk bertemu dengan Ibu bekerja lain yang punya kondisi yang sama dengan Anda.


  2. Cari daycare berkualitas

    Minta referensi pengasuh atau daycare dari teman dan kerabat. Buat daftar kriteria yang penting sebelum memilih dan lakukan wawancara dengan calon pengasuh atau datangi daycare yang mau Anda pilih.

    Saat memilih pengasuh, Anda perlu pekerjakan pengasuh yang sudah terbukti punya komitmen terhadap keluarga. Ini berarti mereka punya pengalaman yang baik dan bisa beradaptasi dengan orang-orang usia berapapun, bisa merawat bayi baru lahir, maupun membantu anak yang lebih besar.


  3. Buat pagi hari lebih mudah

    Hindari kerepotan di pagi hari dengan menyiapkan semuanya di malam sebelumnya. Siapkan bekal anak, siapkan seragam sekolah, dan baju yang akan Anda pakai. Ibu bekerja juga harus sudah memutuskan sarapan apa yang akan disajikan. Letakkan tas sekolah dan tas kerja di dekat pintu, bersebelahan dengan kunci kendaraan dan kunci rumah, jadi Anda bisa segera mengambilnya bersamaan saat keluar rumah.

    Ajarkan anak menyiapkan diri di pagi hari dengan membuat daftar tugas seperti menggosok gigi, merapikan tempat tidur, berpakaian, sarapan, dan hal lain yang perlu mereka lakukan.

    Bikin to do list tentang apa yang harus dilakukan di hari berikutnya dan bagi tugas dengan suami, tentukan siapa yang memakaikan baju anak, membeli kebutuhan sehari-hari, dan memasak.


  4. Ajarkan anak bersih-bersih

    Apakah Anda selalu membersihkan mainan, menjemur pakaian, mengelap sepatu, dan merapikan tempat tidur? Hentikan hal itu. Anak usia 3 tahun sudah bisa dimintai tolong untuk melakukan pekerjaan rumah yang sederhana lho.

    Misalnya, Ibu bisa jelaskan ke anak kalau pakaian kotor harus masuk keranjang baju kotor dan pakaian bersih diletakkan di dalam lemari. Tunjukkan bagaimana merapikan tempat tidur. Jangan memperbaiki tugas yang telah dikerjakan anak.  Lagi pula, mereka sedang belajar membantu, jadi jangan menurunkan motivasi mereka atau membuat mereka merasa tidak melakukan tugas dengan baik.


  5. Delegasikan tugas

    Minta anak atau suami Anda. Saat makan, anak yang kecil bisa menata meja, yang besar bisa menyiapkan minum, dan tiap orang bisa membantu membawa piring ke meja makan. Ajarkan anak membersihkan meja makan, membuang sampah, menggunakan mesin cuci dan melipat baju yang sudah bersih. Buat chart dengan sticker sebagai reward untuk menunjukkan Anda menghargai bantuan mereka.


  6. Jadwalkan waktu tenang

    Buat aturan yang memperbolehkan tiap anggota keluarga menghabiskan waktu beberapa menit sendirian ketika sudah sampai di rumah. Ini memberi Ibu bekerja waktu untuk tenang sebelum kembali berkumpul dengan anak-anak dan suami sambil membahas aktivitas seharian.


  7. Rencanakan jadwal kerja

    Jangan biarkan tekanan pekerjaan menyita waktu keluarga Anda. Bila Ibu bekerja sering pulang terlambat, bicaralah ke atasan dan cari cara untuk pulang kantor tepat waktu pada hari tertentu. Bekerja samalah dengan suami untuk bila salah satu dari Ibu atau Ayah harus lembur. Dengan begitu, anak-anak akan tahu kalau kadang mereka bisa makan malam bersama kedua orangtua dan kadang hanya dengan salah satu orangtuanya saja. Dengan begitu, mereka bisa belajar menghargai momen ini.


  8. Rencanakan apa yang akan dimasak

    Belanjalah satu kali setiap minggu untuk membeli bahan makanan. Sediakan buku masak yang berisi resep yang mudah disiapkan. Siapkan masakan lebih banyak dan bekukan setengahnya. Misalnya, buat Chicken Nugget dengan porsi yang lebih banyak dan simpan setengahnya untuk keesokan harinya. Ini akan memudahkan Ibu bekerja menyediakan nutrisi yang baik bagi anak-anaknya meski harus ke kantor setiap hari.

    Siapkan juga bahan makanan di freezer saat Ibu bekerja sedang tidak ingin masak. Di hari yang sangat sibuk, pesanlah makanan di luar. Ajak anak menyiapkan makan malam satu kali dalam seminggu bila mereka sudah cukup besar.


  9. Jadwalkan waktu bersama keluarga

    Usahakan makan malam bersama keluarga sesering mungkin. Rencanakan nonton bersama keluarga satu kali seminggu, jalan-jalan di akhir pekan, atau turut serta di acara olahraga di sekolah anak. Ini membuat Ibu bekerja mempunyai momen berkualitas sama keluarga.


  10. Luangkan waktu untuk diri sendiri

    Ibu cenderung menempatkan diri sebagai yang terakhir, tapi penting juga lho merawat diri sendiri agar Anda bisa mendapatkan energi yang dibutuhkan untuk menjalani peran ibu. Olahrgalah di gym, jalan-jalan ke mall, ngopi sama teman, join di salah satu komunitas, atau lakukan hobi Anda. Buat kesepakatan dengan suami agar Anda dan suami punya satu hari dalam seminggu untuk melakukan apa yang masing-masing sukai.


  11. Pacaran sama suami

    Minta bantuan keluarga atau teman untuk menjaga si kecil satu kali dalam dua minggu atau kapanpun Anda ingin pergi berdua dengan pasangan. Tidak harus kencan yang mewah, jalan-jalan ke toko buku akan membantu Anda berdua ingat kembali  bagaimana rasanya menjadi pasangan yang seutuhnya.


  12. Minta pasangan ikut membantu

    Anda mungkin tidak bisa melakukan apapun dengan baik bila harus melakukan semua hal. Membesarkan anak tanpa dukungan bukan hal mudah. Cara paling baik untuk meringankan beban di bahu Anda adalah dengan menguranginya. Pikirkan bagian yang paling menimbulkan stres dan minta pasangan mengambil alih tugas Anda. Ini bisa diaplikasikan dengan contoh sebagai berikut:

    • Bila Anda kerepotan mengantar dan menjemput anak sekolah, buat jadwal agar Ayah yang menjemput, dan Ibu yang mengantar, atau sebaliknya.

    • Bila Anda tidak sanggup membersihkan rumah, tulis daftar tugas apa saja yang harus dilakukan dan bagi tugas bersama suami.

    • Ingat, suami adalah partner Anda, bukan pengasuh. Tanggung jawab merawat anak dan menjaga rumah harus jadi tanggung jawab Anda berdua.


  13. 100 persen di tempat kerja dan 100 persen di rumah

    Kadang tugas kantor masih terbawa berjam-jam setelah Ibu bekerja meninggalkan kantor. Buat rutinitas dan kebiasaan yang membantu Anda bisa bekerja seefisien mungkin ketika Anda masih di kantor, agar tidak ada tugas kantor yang harus dibawa ke rumah.

    Lalu ketika Anda di rumah, Anda harus sepenuhnya di rumah. Matikan handphone dan jangan mengecek email. Tinggalkan peran Ibu bekerja saat di rumah. 100 persen fokus baik pada pekerjaan dan anak akan membuat Anda terhindar dari rasa bersalah di tempat kerja karena tidak bisa pulang tepat waktu untuk anak atau merasa bersalah di rumah karena tidak menyelesaikan tugas kantor.


  14. Minta jadwal yang fleksibel

    Jadwal kerja dari jam 9 pagi sampai 5 sore, dari Senin hingga Jum’at mungkin tidak cocok untuk semua orang. Mungkin jarak ke kantor terlalu jauh atau Anda sulit meluangkan waktu untuk anak. Bicarakan ke atasan tentang jadwal fleksibel yang tepat untuk Anda dan perusahaan. Beberapa ide yang memungkinkan:

    • Bekerja dari rumah satu hari dalam seminggu (atau tiap 2 minggu)

    • Bekerja lebih awal atau shift malam

    • Kurangi jam untuk part time.

    Bila semua gagal, ambillah cuti agar Ibu bekerja punya setidaknya beberapa hari di satu bulan untuk ada di rumah bersama anak.


  15. Gunakan trik manajemen waktu

    Beberapa time hack bisa membantu Ibu bekerja terhindar dari stres dan frustrasi. Berikut ini beberapa tips untuk menghemat waktu dalam aktivitas sehari-hari:

    • Masak makanan yang bisa ditinggal, sehingga Anda tidak harus tetap berada di dapur, misalnya memasak menggunakan slow cooker.

    • Ibu bekerja bisa menyelinap di sela kesibukan, seperti pulang sebentar ketika istirahat makan siang atau me time sebentar sebelum menjemput anak-anak.

    • Lakukan tugas di akhir pekan untuk mengurangi kesibukan selama seminggu. Misalnya menyiapkan baju yang akan dipakai selama seminggu bisa terasa sangat membantu Ibu bekerja.

    • Pilih model rambut yang mudah diatur. Usahakan Anda tidak perlu repot menata rambut di pagi hari sebelum bekerja. Gaya rambut yang spesial bisa Ibu bekerja gunakan untuk momen yang penting saja.

    • Delegasikan tugas yang Anda tidak bisa atau tidak tahu cara mengerjakannya ke suami, seperti memperbaiki mesin air, menata taman, dan sebagainya.

    • Lakukan bersih-bersih simpel, bukan bersih-bersih hingga ke sudut-sudut ruangan. Tak perlu punya rumah tanpa noda. Cukup pastikan rumah cukup rapi dan bersih dan sesekali tinggalkan tugas bersih-bersih yang berat. Ini bisa dilakukan agar Ibu bekerja punya waktu lebih banyak untuk anak.


  16. Pertimbangkan ulang pekerjaan Anda

    Bila pekerjaan Anda jadi faktor utama yang membuat hidup tidak seimbang, maka mungkin ini waktunya untuk berpikir ulang tentang pekerjaan Anda. Mungkin Anda perlu pindah ke bagian yang baru dengan atasan yang lebih suportif. Atau minta jam kerja yang lebih efisien. Atau cari tempat kerja yang lebih dekat dengan rumah, agar Anda tidak perlu menghabiskan waktu lama di jalan.

    Bila atasan jadi penyebab utama stres, maka ini waktunya untuk mencari pekerjaan lain. Memang ini tidak akan mudah, tapi pertimbangkan hal ini bila peran Anda sebagai Ibu bekerja merasa sangat stres.


  17. Ingatkan diri kalau semua akan lebih baik

    Memang seperti siklus lingkaran yang tidak ada akhirnya, ya Bunda? Ibu bekerja harus bangun di pagi buta, tergesa di pagi hari mengantar si kecil ke daycare. Anda harus jauh menempuh tempat kerja. Dan di kantor, Anda harus memompa ASI dan membawa hasil ASIP sepulang kantor.

    Saat pulang ke rumah, Anda akan disambut oleh banyak tugas yang sepertinya tidak pernah selesai, mulai dari memasak, bersih-bersih, dan merawat anak. Anda terbangun berkali-kali karena si kecil menangis dan sebelum Anda terlelap, alarm sudah berbunyi, menandakan hari sudah berganti dan Anda harus kembali menjalani aktivitas yang disebutkan tadi.

    Tapi ketika anak semakin besar, semua jadi terasa lebih mudah dibanding ketika mereka masih bayi. Di bulan-bulan awal, Anda harus menyusui, memompa, atau mencuci botol susu. Anda harus siapkan makanan bayi homemade sedangkan anak yang lebih besar bisa makan apa yang Anda makan. Dan Anda mungkin sudah tidak kurang tidur ketika anak berusia 5 tahun dibanding ketika ia masih berumur 5 bulan. Seiring waktu semua jadi lebih mudah.


Efek positif dari ibu bekerja untuk keluarga

Ibu bekerja selalu jadi perdebatan dalam dunia parenting. Mereka sering dikritik karena tidak selalu bisa bersama anak. Faktanya, sudah banyak penelitian menunjukkan kalau ibu bekerja bisa merawat anak yang sehat dan mudah beradaptasi. Penelitian menunjukkan ibu bekerja bisa memberi manfaat bagi anak. Berikut ini beberapa efek positif dari ibu bekerja:

  • Ibu bekerja memberi contoh yang positif

    Anak perlu menyadari sejak awal kalau wanita tidak hanya melakukan tugas domestik. Anak perempuan akan mengerti kalau mereka perlu memikirkan karir, bukan hanya menikah dan punya anak. Anak laki-laki menyadari tugas rumah adalah bagian dari kehidupan keluarga. Ini juga akan sangat mempengaruhi ketika mereka mulai membangun keluarga sendiri.


  • Ibu bekerja bisa lebih baik mengatur waktu berkualitas bersama anak

    Tiap orang akan memperdebatkan tentang waktu berkualitas bersama anak. Banyak yang menuding Ibu bekerja tidak bisa punya waktu yang banyak buat anak. Padahal stay-at-home moms juga bisa mengalami ini lho. Ini bisa terjadi saat Ibu yang seharian di rumah menjadikan gadget sebagai babysitter saat mereka mengerjakan pekerjaan rumah. Atau ini bisa terjadi saat Ibu terlalu sibuk dengan handphonenya sehingga tidak bermain dengan anak.

    Nah, sebagian besar Ibu bekerja tahu kalau mereka perlu beralih fungsi ketika tiba di rumah dan mereka perlu mendedikasikan 100 persen waktu yang berharga ini untuk anak. Email, SMS, dan Facebook bisa menunggu hingga anak tidur.


  • Ibu bekerja bisa punya waktu break dari tugasnya di rumah

    Banyak yang mencibir Ibu bekerja karena mereka bisa dengan mudah meninggalkan rumah dan semua kerepotan di dalamnya, sedangkan ibu yang tidak bekerja harus tetap menghadapi kondisi ini. Sebenarnya ini adalah salah satu privilege ibu bekerja di mana mereka bisa mengisi ulang energinya dan punya jeda istirahat dari tekanan keluarga dan tuntutan anak-anak.


  • Anak cenderung lebih fleksibel

    Sebagian besar anak menjalani harinya sesuai dengan rutinitas, tapi anak dari Ibu bekerja tahu kalau kadang banyak hal yang tidak sesuai rencana. Saat bermain puzzle harus terhenti karena Ibunya menerima telepon penting, rutinitas pagi bisa berubah karena Anda ada rapat pagi-pagi sekali, dan Anda kadang terlambat menjemput mereka di sekolah.

    Apa yang anak pelajari dari pengalaman ini adalah menerima perubahan. Meski Ibu bekerja tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka di saat-saat tertentu, anak tetap bisa menikmati sarapan dan tetap dijemput meski terlambat. Ketika mereka tahu mereka bisa mengandalkan Anda, perlahan mereka bisa jadi sangat fleksibel.


  • Ibu bekerja tidak mempengaruhi perkembangan emosi anak

    Banyak penelitian telah dilakukan, termasuk di Universitas College London, tentang apakah anak dari ibu bekerja cenderung tumbuh dengan masalah emosional. Hasilnya, ini sama sekali tidak terjadi.

    Rahasianya adalah keseimbangan antara pekerjaan dan komitmen untuk menjadi orangtua. Daycare dan pasangan yang suportif, bersama dengan lingkungan kerja yang baik membuat peran ibu bekerja lebih mudah dijalankan.

(Ismawati)