Keluarga

7 Ciri Ibu Mertua Menyebalkan dan Cara Menghadapinya

7 Ciri Ibu Mertua Menyebalkan dan Cara Menghadapinya

Ketika memutuskan untuk menikah, ibu tentu sudah membayangkan bakal 'menikahi' keluarga besarnya juga. Ibu akan memiliki ayah dan ibu mertua serta mungkin mendapatkan nasehat dari keduanya soal rumah tangga ibu dan pasangan.

Sayangnya, bayangan untuk memiliki ibu mertua yang selalu suportif tidak selalu menjadi kenyataan bagi sebagian orang. Ibu mertua, misalnya, bisa saja memperlihatkan sikap tidak suka dengan ibu, bahkan terang-terangan mengatakannya di depan ibu maupun suami.

Tidak jarang ibu mertua mengomentari banyak hal dalam kehidupan rumah tangga ibu. Mulai dari masakan yang kurang sedap, mengurus suami dengan kurang teliti, bahkan mempersiapkan kebutuhan anak yang dirasa selalu kurang ideal.

Tentu saja ibu akan merasa berada di posisi sulit jika hal ini sudah terjadi, apalagi jika ibu masih tinggal satu atap dengan ibu mertua. Terlebih menurut adat ketimuran, tidak sopan bila ibu membantah kata-kata ibu mertua, apalagi sampai mengakibatkan pertengkaran.


7 Ciri Ibu Mertua Menyebalkan

Ibu mertua menyebalkan yang kerap menyulut pertengkaran dengan menantunya kerap dilabeli sebagai ibu mertua yang toxic. Setidaknya, terdapat 7 ciri ibu mertua menyebalkan seperti berikut.

  1. Mengadu domba ibu dan ayah

    Tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi, termasuk ibu sendiri. Sayangnya, bagi ibu mertua toxic, daftar kejelekan ibu bisa menjadi bahan bakar untuk memanas-manasi suami. Tidak jarang taktik ini membuat suasana rumah tangga menjadi negatif antara ibu dan ayah. Solusinya, ibu dan ayah harus menanamkan keterbukaan dalam rumah tangga, terutama untuk mengakui kekurangan masing-masing dan tidak segan untuk membicarakan solusi atas semua masalah.

  2. Mengambil keputusan

    Ibu mertua yang menyebalkan juga cenderung ingin terlibat dalam setiap proses pengambilan keputusan di keluarga kecil ibu. Misalnya ibu dan ayah ingin membeli rumah, ibu mertua merasa berhak menentukan lokasi dengan berbagai alasan. Tidak ada salahnya mendengar pendapat orang tua, tapi jika pendapat itu berubah menjadi paksaan, ada baiknya ibu dan ayah bersikap tegas. Sila ambil putusan bersama suami, setelahnya baru beri tahu ibu mertua sehingga tidak ada celah baginya untuk ikut campur.

  3. Sengaja menyinggung perasaan

    Orang tua adalah orang dewasa, tapi bukan berarti mereka tidak mungkin bertindak seperti anak-anak. Ada kalanya ibu mertua sengaja mengatakan hal untuk menyakiti perasaan ibu semata karena ia tidak suka ibu menjadi menantunya.

    Ada baiknya ibu mengatakan langsung kepada mertua bahwa kata-katanya menyinggung perasaan ibu. Namun bila ibu malah dicap terlalu sensitif, sebaiknya memang batasi interaksi langsung dengan ibu mertua yang toxic ini.

  4. Tidak menghargai privasi

    Sudah jelas ibu mertua tidak menyukai menantunya, tapi ia senang sekali datang ke rumah ibu tanpa pemberitahuan. Tujuannya untuk menangkap basah kekurangan ibu, misalnya ketika rumah ibu tengah berantakan atau tidak ada makanan di meja makan. Apapun kondisi ibu dan rumah ibu, kedua hal itu merupakan privasi ibu sehingga tidak ada satupun orang yang berhak melanggarnya dengan alasan apapun.

  5. Menganggap remeh

    Dianggap remeh oleh ibu mertua tentu menjadi hal yang tidak mengenakkan bagi ibu. Sepertinya, semua hal yang ibu lakukan selalu salah di matanya, seperti mencuci baju dinilai tidak bersih hingga pola asuh anak yang dirasa asal-asalan.

    Jika ibu mengalami hal ini, ada baiknya ibu menegaskan posisi sebagai pengatur rumah tangga. Salah satu cara halusnya ialah dengan terlebih dahulu berterima kasih dengan bantuan yang ditawarkan ayah atau ibu mertua sambil meyakinkan mereka bahwa ibu bisa menangani masalah rumah tangga sendiri.

  6. Menganggap ibu tidak ada

    Mertua seperti ini bisa berbicara dengan suami ibu seakan ibu tidak ada di sekitar mereka. Ketika mengundang suami untuk makan malam di rumah mertua, misalnya, mereka pun tidak menyebut nama ibu untuk dibawa serta.

  7. Menggosipkan ibu

    Jangan kaget jika suatu saat di arisan keluarga, ada saudara yang memperlihatkan sikap tidak suka terhadap ibu padahal mereka jarang berinteraksi dengan ibu maupun suami. Bisa jadi, mereka mendengar semua kejelekan ibu dari ibu mertua toxic tadi.


10 Tips Dasar Menghadapi Ibu Mertua yang Menyebalkan

Meski ibu merasa memiliki ibu mertua dengan satu atau lebih dari 7 ciri di atas, tetap saja ibu berada di posisi yang lebih inferior. Ibu bisa merasa sakit hati jika terus-menerus dicap sebagai menantu yang tidak becus, apalagi hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama hingga bertahun-tahun. Wajar jika ibu merasa sedih, tapi jangan khawatir karena ibu bukan satu-satunya menantu yang memiliki ibu mertua toxic.

Berdamai dengan ibu mertua setelah kondisi yang runyam terlalu lama memang lebih mudah diucapkan ketimbang dilakukan. Terlebih jika ibu mertua tidak peduli dengan kondisi rumah tangga ibu dan suami serta menolak untuk kompromi serta mencari jalan tengah bersama-sama.

Oleh karena itu, ada baiknya ibu mempertimbangkan 10 tips dasar berikut dalam menghadapi ibu mertua yang menyebalkan tersebut.

  1. Kerja sama dengan suami

    Ini kunci pertama dan utama dalam menghadapi ibu mertua yang kurang kooperatif terhadap rumah tangga ibu. Pastikan suami ibu mendukung setiap langkah yang ibu ambil dalam menghadapi 'tantangan' dari ibu mertua sehingga setiap masalah bisa diselesaikan secara bersama-sama.

    Meskipun demikian, jangan pernah mengadu domba antara suami dan ibu mertua ya. Biar bagaimanapun, ibu mertua merupakan orang tua dari suami yang harus dihormati, bahkan ibu seharusnya mendukung hubungan harmonis tercipta antara ibu mertua dengan suami.

  2. Tetapkan batasan

    Dengan pertimbangan yang dipikirkan bersama dengan suami, ada baiknya ibu menetapkan batasan boleh dan tidak boleh yang berlaku untuk keluarga ibu sendiri. Ibu juga harus menetapkan batasan soal urusan apa yang boleh dan tidak boleh dicampuri oleh ibu mertua.

    Misalnya, ibu merasa tidak masalah jika anak mengonsumsi es krim asalkan makan utamanya juga tidak terganggu. Atau sebaliknya, ibu tidak memperbolehkan anak menonton televisi di malam hari, sedangkan ibu mertua alias nenek dari anak ibu memiliki pandangan yang berbeda.

    Komunikasikan tentang nilai-nilai yang ditanamkan di keluarga ibu ini kepada mertua, bahkan orang tua ibu sendiri. Yakinkan mereka bahwa aturan itu dibuat sesuai kesepakatan dengan suami demi kebaikan anak. Jika perlu, minta suami untuk menjelaskan kepada ibu mertua mengenai batasan-batasan tersebut.

  3. Konsisten dalam menerapkan batasan

    Jangan takut untuk bersikap tegas dalam penerapan batasan-batasan yang telah ibu tetapkan. Misalnya, ketika ibu mertua memberi waktu menonton televisi atau telepon genggam di malam hari, ibu berhak menginterupsi dan meminta anak untuk pergi tidur atau melakukan kegiatan lain di luar screen time.

    Jika masih mungkin, lakukan interupsi ini dengan cara yang halus. Tetapi bila kejadian itu terus berulang, ada baiknya ibu bersikap tegas agar ibu mertua dan anak disiplin dalam menegakkan aturan yang berlaku di dalam rumah tangga ibu sendiri.

  4. Komunikasi langsung

    Sebisa mungkin, hindari komunikasi dengan ibu mertua melalui pihak ketiga, termasuk suami. Jika ibu merasa sakit hati atau tersinggung dengan perkataan maupun perbuatan mertua, ibu bisa langsung mengutarakannya untuk menghindari terjadinya salah paham, bahkan dendam yang berlarut-larut. Tips ini berguna terutama dalam pernikahan yang berbeda kultur maupun strata sosial.

  5. Jadi diri sendiri

    Salah satu faktor penyebab ibu mertua tidak suka dengan menantunya biasanya ialah si menantu tidak sesuai dengan ekspektasinya. Contoh sederhana ialah ibu mertua ingin menantu yang bisa masak, tapi ibu merupakan tipe perempuan yang lebih suka bekerja di luar rumah sehingga tidak memiliki waktu untuk berkutat di dapur.

    Tidak ada yang salah dengan hal itu dan ibu pun tidak perlu mengubah jati diri. Selama suami mendukung, ibu berhak untuk selalu menjadi diri sendiri.

  6. Menerima perbedaan

    Sebaliknya, tidak semua ibu mertua senang memiliki menantu yang punya karier cemerlang. Atau tidak semua bapak mertua memaklumi bahwa ibu tidak punya bakat memasak. Terima perbedaan itu dan tidak usah berharap mereka bisa mengubah pola pikir.

  7. Menahan diri

    Seburuk-buruknya ayah dan ibu mertua, mereka tetaplah orang tua yang harus dihormati dan diperlakukan dengan baik. Ibu sebaiknya menjadi pihak yang menahan diri setiap kali menerima ejekan, kritik, ataupun pandangan miring mengenai cara ibu mengurus keluarga.

    Sering kali, tindakan terbaik untuk 'melawan' ayah atau ibu mertua yang keras kepala adalah tidak melakukan apa-apa alias diam saja, atau paksakan senyum mengembang meski harus dibarengi dengan menghela napas panjang. Ini juga penting dilakukan untuk menghindari pertengkaran hebat antara mertua dan menantu, apalagi sampai terdengar ke kuping tetangga.

    Bagaimana cara untuk tetap tenang di tengah gempuran kritik ibu mertua? Cobalah meditasi.

  8. Berpikir dewasa

    Ibu mungkin mendapat kasih sayang dari orang tua, tapi tidak dari mertua. Kenapa ya?

    Well, ketimbang pusing memikirkan cara untuk menjadi menantu idaman mertua, ada baiknya ibu mengalah dengan keadaan. Berpikirlah dewasa dengan membuat beberapa pengecualian ketika bertemu dengan ayah dan ibu mertua.

    Misalnya, ibu tidak punya waktu untuk membereskan rumah yang selalu berantakan karena waktu ibu selalu habis tersita demi mengurus buah hati. Tetapi, ibu bisa sesekali membereskan rumah ketika ayah dan ibu mertua datang berkunjung. Ini juga bisa dilihat sebagai salah satu bentuk menghargai tamu yang datang ke rumah, apalagi bila ibu mertua datang dari luar kota atau bahkan luar negeri.

  9. Tanggapi dengan humor

    Semua kekakuan dalam hubungan mertua dan menantu akan mencair jika terus disiram humor. Anggapan itu mungkin ada benarnya juga dan tidak ada salahnya diterapkan ketika ibu mendapat kritikan dari ibu mertua.

    Misalnya, ketika ibu dalam masa menyusui eksklusif bayi, ibu tetap suka meminum minuman dingin. Tak jarang, ibu mertua beranggapan bahwa minum dingin akan membuar air susu ibu (ASI) ikut dingin sehingga rentan menyebabkan bayi terserang pilek atau batuk influenza.

    Padahal, minum es tidak akan membuat ASI menjadi dingin ya, Bu. ASI yang dikonsumsi bayi tetap akan hangat pada suhu 37 hingga 38 derajat celsius dan tidak terpengaruh dengan apa yang ibu konsumsi.

    Tetapi, ada baiknya ibu menjawab nasehat itu dengan sedikit becanda, seperti "nggak apa-apa saya minum es, kan di payudara saya ada penghangat susunya jadi si bayi tetap bisa minum ASI hangat."

  10. Jangan buat keributan di depan umum

    Ingatlah, apapun yang terjadi, tidak peduli seberapa menyebalkannya ibu mertua, ibu harus tetap tenang ketika berada di keramaian. Tidak baik berdebat dengan orang tua di depan publik, sekalipun ibu merasa berada di sisi yang benar karena itu hanya akan membuat ibu terlihat seperti menantu yang tidak pernah diajari sopan-santun oleh orang tua.


8 Tips Lanjutan untuk Menghadapi Ibu Mertua yang Menyebalkan


Mengalah sudah, diam sudah, menanggapi kritik dengan senyum pun sudah. Tetapi, ibu mertua kok masih menyebalkan?

Jika semua langkah sudah ibu lakukan, mungkin memang sudah saatnya menempuh jalan yang lebih keras, bahkan cenderung ekstrem, dalam menghadapi ibu mertua yang toxic. Tips berikut bisa menjadi panduan bagi ibu.

  1. Pertegas batasan

    Ketika ibu sudah memberi batasan kepada ibu mertua, tapi tidak dihiraukan, sudah saatnya ibu bertindak tegas. Misalnya, ibu mertua sering memberi alat masak untuk ibu yang jelas-jelas tidak suka berkutat di dapur, maka sudah saatnya ibu mengatakan kepadanya untuk tidak usah lagi memberinya hadiah dalam bentuk apapun.

  2. Pindah rumah

    Bagi ibu yang masih tinggal satu atap dengan ibu mertua yang toxic alias suka mencampuri urusan rumah tangga anaknya, ada baiknya ibu untuk segera pindah rumah. Berdasarkan studi yang dilakukan Institusi Statistik Nasional Italia, semakin jauh jarak rumah anak yang sudah menikah dengan orang tua atau ayah dan ibu mertua, maka semakin langgeng pernikahan tersebut. Makanya, tidak heran banyak pasangan yang memilih untuk membeli atau mengontrak rumah jauh dari rumah orang tua atau mertua, bahkan mereka sampai pindah ke luar negeri, atau setidaknya tempat yang harus dijangkau dengan berkendara.

  3. Didampingi suami

    Jika tidak ada keperluan mendesak, ibu sebaiknya hanya bertemu dengan ibu mertua bila ada suami di samping ibu. Suami juga bisa menjadi penengah bila ada benih-benih pertentangan.

  4. Bertemu di tempat netral

    Mengunjungi mertua tidak harus selalu berarti bertamu ke rumah. Ibu dan ayah bisa sesekali menjadwalkan untuk bertemu di tempat netral seperti restoran, taman, atau tempat wisata. Dengan demikian, ibu bisa lebih mengontrol suasana karena tidak bertindak sebagai tamu di rumah mertua, ayah atau ibu mertua pun tidak bisa bertindak semena-mena terhadap ibu.

  5. Jangan terima bantuan

    Ibu mertua kerap memberi bantuan, terutama finansial, kepada anaknya terlebih jika rumah tangga sang anak belum terlalu mapan. Ada baiknya ibu berdiskusi dengan suami untuk menyetop penerimaan bantuan ini jika ibu merasa ibu mertua jadi bisa mencampuri rumah tangga ibu. Jangan lupa bicarakan solusi finansial bagi keluarga ibu ya.

  6. Jangan libatkan anggota keluarga lainnya

    Ibu mertua mungkin menceritakan kejelekan ibu kepada saudara suami, ibu pun ingin mencurahkan isi hati kepada orang tua atau kerabat ibu. Tetapi, ada baiknya anggota keluarga lainnya tidak dilibatkan dalam perselisihan antara ibu dan ibu mertua ini karena melibatkan makin banyak orang justru hanya akan membuat situasi makin runyam.

  7. Libatkan suami

    Idealnya, konflik antara mertua dan menantu tidak akan terjadi bila pasangan bisa menjadi penengah yang baik. Jika hubungan ibu dan ibu mertua malah semakin panas seiring bertambahnya usia pernikahan ibu, sebaiknya ibu melakukan evaluasi terhadap cara suami menjadi penengah antara ibu dan ibu mertua.

    Yakinkan suami bahwa berada di pihak istri bukan berarti durhaka kepada orang tua sendiri. Suami bisa mengambil langkah menengahi yang tidak menyakiti perasaan orang tuanya, tapi juga bisa membuat istri merasa nyaman berada di sekitar keluarga suami.

    Akan ada satu titik ketika suami merasa dipaksa untuk memilih sisi antara istri atau orang tuanya. Di sinilah peran ibu untuk meyakinkan suami bahwa semua langkah yang diambilnya untuk membela keluarga sendiri bukanlah bentuk pengkhianatan terhadap orang tua karena suami merupakan kepala keluarga dalam rumah tangganya sendiri.

  8. Ingatkan tentang konsep keluarga

    Pada akhirnya, ibu selalu bisa membicarakan setiap masalah dengan ayah dan ibu mertua, terlepas dari apapun hasil yang dicapai nantinya. Ingatkan mertua tentang tujuan ibu menikahi puteranya ialah untuk membangun keluarga harmonis dengan cara ibu sendiri yang mungkin berbeda dengan cara ibu mertua mengurus rumah tangganya. Tidak ada salahnya untuk secara eksplisit meminta ibu mertua untuk lebih menghargai ibu dan cara ibu merawat keluarga ibu sendiri selama suami dan anak-anak bahagia.


(Asni / Dok. Freepik)