Keluarga

8 Cara Menghadapi Suami yang Selalu Membela Keluarganya

8 Cara Menghadapi Suami yang Selalu Membela Keluarganya

Ibu mungkin pernah bertanya-tanya, bagaimana cara menghadapi suami yang selalu membela keluarganya? 

Namun demikian, jika hal ini terjadi berulang kali. kamu  bisa saja merasa tidak nyaman. Setelah menikah tentu kamu ingin menjadi prioritas suami.

Pada dasarnya, saat suami berusaha menjalin hubungan harmonis dengan orang tua dan saudara-saudaranya adalah hal yang normal dan sah-sah saja. Terlebih sebelum menikah, ia lahir dan dibesarkan oleh orang tua serta bertumbuh bersama saudara-saudaranya.  

Akan tetapi, hal ini menjadi tidak wajar jika suami lebih mementingkan orang lain, termasuk orang tua dan saudara-saudaranya, daripada istri. Pasalnya, ada batasan-batasan tertentu yang harus dihormati oleh keluarga suami dan kamu sebagai istrinya.

Hukum suami lebih mementingkan orang lain, dalam hal ini adalah orang tua, adalah diperbolehkan. Sementara istri perlu memberi dukungan, sehingga suami tetap bisa melaksanakan tugasnya sebagai anak yang berbakti kepada orang tua. 

Namun, suami tetap harus bisa bertanggung jawab atas nafkah lahir batin tanggungan utamanya, yaitu istri dan anak-anaknya. 

Oleh karena itu, sebelum menjadi masalah antara istri dan keluarga suami sebaiknya ketahui dulu cara menghadapi suami yang selalu membela keluarganya berikut ini.

1. Bicarakan dengan suami

Cara menghadapi suami yang selalu membela keluarganya, mungkin tidak terlalu sulit jika hubungan komunikasi di dalam rumah tanggamu berjalan dengan baik. Kamu bisa mengajak suami berbicara tentang bagaimana perasaanmu saat suami lebih mementingkan orang lain. 

Berusahalah tetap tenang ketika berbicara dengan suami, hindari nada tinggi agar suami tidak tersulut emosinya. Bicarakan tentang bagaimana ia harus bersikap dengan orang tua dan keluarganya, setelah menikah denganmu. Dengan begitu, suami lebih terbuka pikiran dan perasaannya sebelum mementingkan orang lain.

2. Tinggal terpisah dari keluarga suami

Sebelum menikah, kamu dan calon suami sebenarnya perlu mendiskusikan perihal tempat tinggal. Namun, jika sudah terlanjur menikah sebaiknya minta suami untuk tinggal terpisah dari keluarganya

Selain bisa melatih kemandirian dan menjaga privasi keluarga barumu, hal ini lebih dianjurkan demi meminimalisir terjadinya konflik antara kamu dan keluarga suami. Saat tinggal terpisah dengan keluarganya, masalah-masalah yang sebenarnya tidak diperlukan bisa dihindari.

3. Beri kesempatan suami bersama keluarganya

Meski sudah terikat hubungan pernikahan dengan kamu, bukan berarti suami harus meluangkan 24 jam penuh waktunya untuk kamu. Ia tetap membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri, pekerjaan, membangun relasi dengan teman-temannya, serta bertemu dengan keluarganya. 

Sebagai cara menghadapi suami lebih mementingkan orang lain, cobalah untuk memberi kesempatan suami bersama keluarganya. Mungkin satu sampai dua kali dalam seminggu. 

Dikutip dari Very Well Mind, memberikan suami waktu untuk bersama keluarganya bisa membuat keluarganya lebih menghargai keberadaan kamu. Dengan begitu, mereka segan untuk melebihi batasan saat meminta sesuatu dari suamimu.

4. Jangan bersaing dengan keluarganya!

Bagaimana hukum suami lebih mementingkan adiknya? Pada dasarnya, adik suami bukanlah sainganmu sebagai istri. Setelah menikah, suami tetap perlu memberi perhatian untuk adiknya dengan batasan tertentu. Kamu bisa mendiskusikan batasan ini dengan suami.

Akan tetapi, jangan sampai melihat adik suami sebagai pesaing. Kamu tidak perlu bersaing dengan adik suami, sebab kamu dan dia memiliki posisi yang berbeda. Kamu sebagai pasangan hidup, sementara adik sebagai saudara dengan hubungan darah.

5. Memberi perhatian untuk keluarganya

Cara menghadapi suami yang selalu membela keluarganya, bisa dilakukan dengan memberi perhatian untuk keluarganya. Bisa jadi selama ini suami bersikap demikian, karena sebagai istri kamu dirasa kurang perhatian dengan keluarganya. 

Meskipun tidak tinggal satu atap, cobalah untuk menjalin hubungan komunikasi yang harmonis dengan keluarganya. Kamu bisa berkirim pesan menanyakan kabar, mengirimi makanan kesukaan keluarganya, maupun video call di akhir pekan. Dengan begitu, hubungan semuanya bisa berjalan lebih harmonis.

6. Ingatkan suami tentang tanggung jawab utamanya

Sebenarnya setiap suami sudah memahami tanggung jawab besarnya. Namun, ketika menyangkut keluarganya, suami seringkali lupa untuk menentukan prioritasnya. 

Oleh karena itu, dalam hal ini kamu perlu mengingatkan suami tentang tanggung jawab utamanya menafkahi kamu dan anak-anaknya secara lahir dan batin. Tentu saja, sebagai anak suami tetap harus selalu berbakti kepada orang tua dan membantu keluarga. 

Namun, ingatkan bahwa ada batasan-batasan tertentu yang tidak boleh dilanggar demi menjaga posisi dan perasaan istri yang juga harus dipentingkan kebutuhannya.

7. Jangan membenci keluarganya!

Selanjutnya, cara menghadapi suami yang selalu membela keluarganya bukanlah dengan cara menunjukkan sikap kebencian. Perilaku ini hanya akan menimbulkan masalah baru antara kamu dan suami, serta keluarganya. 

Jadi, sebaiknya jangan sampai kamu menunjukkan kebencian. Sebaliknya, tetap bersikap hormat dan santun kepada orang tua dan keluarga suami. Cara ini juga bisa membuat mereka menghormati kamu sebagai istri dari suamimu.

8. Bersikap tenang

Sebagai istri, kamu tetap harus menghormati keluarga suami. Termasuk ketika sikap suami lebih mementingkan orang lain, yaitu keluarganya. Jangan sampai kamu terpancing emosi, sehingga berkata-kata kasar dengan nada tinggi. 

Bersikaplah tenang dan ajak suami berdiskusi setelahnya. Bicarakan ketidaknyamanan perasaanmu melihat suami lebih mementingkan orang lain. Bersikap tenang adalah pilihan terbaik cara menghadapi suami yang selalu membela keluarganya.

Melihat suami lebih mementingkan orang lain, memang menyebalkan dan cukup menguras emosi. Akan tetapi, kamu tetap harus bijaksana dalam menghadapi suami yang demikian. 

Beberapa cara menghadapi suami yang selalu membela keluarganya tadi, semoga kamu tetap bisa menjalin hubungan yang harmonis dengan suami dan keluarganya.

Editor: Dwi Ratih