Keluarga

Anak Dipukul Teman, Jangan Dulu Emosi! Orang Tua Bisa Lakukan Ini

Anak Dipukul Teman, Jangan Dulu Emosi! Orang Tua Bisa Lakukan Ini

Ibumin ingat sekali, suatu hari si kecil pernah pulang dari sekolah dengan pipi yang lebam dan biru. Saat Ibumin tanya, ia dengan santai menjawab, lebam tersebut akibat dipukul teman.

Hati Ibumin rasanya seperti mendidih. Ingin marah dan memaki. Apalagi kala itu, sang guru nggak langsung melaporkan kejadian ini ke Ibumin.

Yes! Ibu mana yang nggak emosi melihat anak dipukul teman. Rasa kesal dan marah sudah pasti tak tertahankan lagi, bukan?

Tapi, kala itu Ibumin berusaha untuk tetap tenang dan menanyakan detail kejadian pada sang guru. Namun sebenarnya, bagaimana sih seharusnya sikap orang tua ketika mendapati anak dipukul teman?

Haruskah marah, menegur yang bersangkutan, atau melakukan mediasi dengan orang tuanya? Supaya nggak salah langkah, lebih baik simak dulu penjelasan berikut ini ya, Bu.

Sikap orang tua saat anak dipukul teman


Tak dipungkiri, semua kegiatan yang dilakukan di sekolah atau di taman bermain sekalipun, memang mungkin saja ada kesempatan bagi orang tua untuk lengah. Apalagi kita nggak bisa mengawasi anak tiap detik dan menit, bukan?

Namun, mengutip dari Parents ketika melihat anak dipukul teman, sebagai orang tua, kita tak perlu terpancing emosi. Hal utama yang perlu kita lakukan hanyalah tetap tenang dan bersabar.

Rasa tenang ini wajib orang tua lakukan, untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. Terkadang, ketika sudah tersulut emosi, kita pun sulit berpikir jernih dan malah bertindak gegabah.

Selain berusaha untuk tenang, sikap orang tua lain yang perlu dilakukan, saat menghadapi anak dipukul teman adalah sebagai berikut:

1. Dengarkan penjelasan anak


Sebelum emosi, mendengarkan penjelasan anak terlebih dahulu, menjadi hal yang nggak kalah penting perlu dilakukan orang tua saat anak dipukul teman. Apalagi, Ibumin paham banget, di usia 3 tahun, anak masih belum bisa mengendalikan diri dengan baik.

Sehingga, dapat membuat mereka mudah bersikap agresif dan bisa membuatnya memukul anak orang lain. Jika anak sudah bisa bercerita dengan lantang, mintalah ia untuk menceritakan kejadian yang sebenarnya secara perlahan.

Sebab, berdasarkan pengalaman Ibumin, terkadang alasan seorang anak memukul temannya bisa jadi karena ia merasa terancam atau ketakutan. Namun, kebiasaan lain seperti cara bercanda dengan orang tua yang terlalu ekstrem (bermain peran adegan fighting), atau tontonan di gadget, sedikit banyak juga memengaruhi sikap anak untuk bersikap agresif.

Dikutip dari Cleveland Clinic seorang Psikolog Anak bernama Emily Mudd, PhD menjelaskan bahwa, pada tahap ini, anak-anak cenderung menggunakan ekspresi fisik untuk mengutarakan rasa frustrasi mereka. Biasanya hal ini muncul karena, mereka belum memiliki kemampuan bahasa yang jelas untuk sekadar mengekspresikan diri.

2. Validasi emosi anak


Yes! Beberapa anak yang sensitif, mungkin merasa ketika anak dipukul teman bisa membuat emosinya menjadi kacau. Ia mungkin akan merasa sedih, marah, takut atau malah jadi trauma.

Jika hal ini terjadi, segera rangkul anak dan usahakan untuk memvalidasi emosinya. Dengarkan cerita anak dengan sikap yang terbuka, berusahalah untuk menjadi orang tua yang netral meskipun cerita si kecil terasa sangat menyakitkan bagi orang tua.

Sebaiknya, hindari sikap memvalidasi emosi anak terlalu keras. Jangan sampai anak jadi takut untuk bercerita dan merasa orang tua bukan lagi tempat ternyamannya untuk berbagi cerita.

3. Ajarkan untuk tidak membalas


Sampai saat ini, masih banyak orang tua yang lebih memilih mengajarkan anak untuk membalas sikap agresif anak lain. Supaya bisa memberikan efek jera pada anak tersebut.

Misalnya Ibu berkata, “lain kali kalau dipukul ya pukul balik, dong!”. Hal ini dikhawatirkan bikin anak jadi tempramen, apalagi anak usia 3 tahun masih belum bisa mengendalikan diri dengan baik.

Dikutip dari Family Education ketimbang mengajarkan anak untuk menyakiti temannya, lebih baik menegur orang tua dari anak yang memukul si kecil tersebut. Ceritakan kejadian yang sebenarnya versi si kecil dengan nada yang tenang, jangan sampai tersulut emosi.

Ketika hal ini sudah dilakukan, dan ke depannya ternyata anak tersebut masih sering memukul si kecil. Cobalah untuk kembali menegur orang tuanya, beri penjelasan pada si kecil agar sementara waktu lebih baik bermain dengan anak lain saja. Sampai temannya sudah lebih tenang dan tak lagi berperilaku agresif.

4. Bersikap tegas, boleh kok!


Saat anak dipukul teman, dan Ibu sudah mengajarkan si kecil untuk tidak membalas perbuatan temannya, namun Ibu tetap perlu mengajarkan si kecil untuk bersikap tegas. Ajarkan untuk tegas dan jujur dalam mengutarakan pendapat serta perasaannya.

Apalagi jika sampai membuat si kecil merasa tidak nyaman, ajarkan untuk tegas mengatakan pada temannya bahwa ia tidak suka, kesakitan, atau ajarkan pada si kecil bahwa memukul dan menyakiti orang lain bukanlah perbuatan yang baik.

5. Ajak anak menenangkan diri


Saat anak dipukul teman, terkadang hal ini dapat membuat mereka merasa sedih dan memilih berdiam diri seharian. Dalam fase ini, orang tua wajib mendampingi dan mengajak anak menenangkan diri dengan hal yang menyenangkan.

Supaya ia lupa dengan masalah yang ia hadapi. Melansir dari Very Well Family memang rasanya belum cukup hanya memberi tahu anak-anak bahwa memukul bukanlah tindakan yang baik.

Karenanya, Ibu bisa mengajarkan keterampilan manajemen amarah anak dengan mengajaknya melakukan kegiatan positif layaknya membaca buku, menggambar, menarik napas dalam-dalam, menenangkan diri sejenak di kamar saat mereka merasa marah.

Ajari si kecil menyikapi perasaan, seperti kesedihan dan frustrasi. Hal ini penting dilakukan, demi membantu anak menemukan strategi yang dalam mengatasi emosinya dengan lebih aman.

6. Hibur dengan aktivitas yang menyenangkan


Ketika si kecil sudah merasa lebih tenang, orang tua juga bisa menghibur anak dengan melakukan aktivitas lain yang menyenangkan. Hal ini sedikit banyak bisa membuat rasa sedih, marah dan kecewa yang mungkin ia rasakan dapat berkurang.

Sebagai orang tua, wajar rasanya kalau selalu ingin melindungi anak di manapun dan kapanpun. Termasuk ketika anak dipukul teman sekalipun.

Namun, meskipun anak nggak bisa mengendalikan sikap buruk temannya, kita sebagai orang tua, tetap harus mengajarkan anak untuk bisa menyikapi masalah tanpa kekerasan. Kalau Ibu, punya strategi khusus apa nih dalam menyikapi saat anak dipukul teman di sekolahnya?