Keluarga

Jangan Kaget! Ini 10 Perubahan Setelah Menikah Yang Baru Disadari

Jangan Kaget! Ini 10 Perubahan Setelah Menikah Yang Baru Disadari

Saat menjadi pasangan pengantin baru, rasanya begitu semangat untuk berbagi hidup bersama. Semuanya tampak begitu indah, hingga akhirnya berhadapan dengan realita baru setelah menikah.

Terasa puas memang, terutama setelah akhirnya terbebas dari pertanyaan semacam, “kapan nikah?” atau “sudah ada calon?”, tapi ternyata pernikahan adalah sebenar-benarnya hidup baru. Ada banyak hal baru yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, tiba-tiba muncul begitu saja.

Kadang, hal-hal baru tersebut bisa diselesaikan dengan mudah. Namun nggak jarang, solusi atau cara menanganinya tak kunjung ketemu. Pada akhirnya, setelah menikah Ibumin baru sadar kalau ternyata ada banyak sekali perubahan dalam hidup yang terjadi.

10 perubahan dalam hidup yang terjadi setelah menikah 

1. Pernikahan bukan solusi dari setiap masalah

Beberapa orang masih menganggap bahwa pernikahan adalah semacam “solusi ajaib” yang bisa menyelesaikan berbagai macam permasalahan. Namun kenyataannya tidak demikian.

Tentu pernikahan punya beberapa keuntungan (yes, ke mana-mana nggak harus sendirian lagi), tapi bukan berarti dengan menikah, segala permasalahan yang muncul, tiba-tiba beres dengan sendirinya ya, Bu.

2. Pasangan punya banyak sisi yang belum diketahui

Bagi yang sudah berpacaran lama sebelum akhirnya menikah, mungkin merasa sudah kenal dengan pasangan luar-dalam. Benar nggak, sih?

Kenyataannya, setelah menikah, ada sisi baru pasangan yang muncul ke permukaan. Eits, sisi baru di sini nggak selalu punya konotasi negatif, tapi bisa juga berarti kebiasaan “unik” pasangan yang hanya kelihatan saat sudah tinggal se-rumah.

Misalnya, ternyata pasangan sering menaruh handuk basah setelah mandi di atas kasur atau pasangan ternyata punya kebiasaan ngelindur saat tidur.

3. Yah, ternyata perhatiannya nggak selalu buatku!

Saat berpacaran, pasangan adalah tipe pacar setia karena perhatiannya penuh untukku. Tiap nge-date pasangan benar-benar meluapkan perhatian hingga kemudian berpisah kembali. Lho, tapi kok, setelah menikah justru berubah?

Setelah tinggal di bawah satu atap dan menghabiskan waktu bersama 24 jam nonstop, ternyata perhatiannya nggak selalu buatku. Bahkan, kadang-kadang perhatiannya diberikan kepada orang tua, pekerjaan, hingga hobi.

4. Adu capek nggak bakal ada ujungnya

Perdebatan soal siapa yang lebih capek antara suami atau istri bukanlah hal baru. Suami lebih capek karena harus mencari nafkah. Eh, jangan salah, istri juga nggak kalah capek karena harus mengurus seisi rumah. 

Ternyata setelah menikah, perdebatan ini cuma menghabiskan waktu. Sebab, nggak ada yang lebih capek. Semuanya sama-sama capek!

5. Kok malah makin jarang bilang sayang ya?

Dulu waktu pacaran, kata-kata sayang seperti diumbar. Rasanya setiap hari selalu terima ucapan manis, seperti “I love you” atau “aku sayang, deh sama kamu”.

Eh, setelah menikah, kata-kata semacam itu justru makin jarang terucap. Apakah terasa sedih. Anehnya, justru enggak. 

Bahkan meski sudah makin jarang keluar kata-kata manis, rasanya nggak perlu lagi buat mengeluh ke pasangan seperti masa pacaran dulu. Mungkin, karena sekarang sudah nggak ada lagi rasa insecure soal jalinan cinta dengan pasangan. 

6. Masalah bakal selalu ada

Kehidupan pernikahan nggak bakal selalu ada di atas. Ada kalanya, masalah muncul. Kadang-kadang, masalah bisa langsung selesai, tapi kadang-kadang nggak juga. Malah justru muncul masalah lainnya.

Seperti yang sudah disebutkan, pernikahan memang bukanlah solusi untuk setiap masalah. Namun, pernikahan bisa memberikan support yang dibutuhkan untuk bisa menyelesaikan masalah.

Jadi, nggak ada untungnya mengeluh tiap masalah muncul. Bahkan, yang paling penting adalah bagaimana cara menyelesaikannya dengan damage seminimal mungkin.

7. Pernikahan bukan 50:50

Meski kelihatannya ideal, kehidupan pernikahan 50:50 ternyata mustahil. Sebab nyatanya, tiap melakukan sesuatu untuk pasangan, belum tentu balasannya akan sesuai ekspektasi.

Ada kalanya kehidupan pernikahan menjadi 70:30, 40:60, atau bahkan 90:10. Namun, effort dalam mempertahankan pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa dihitung secara matematis.

Terus-terusan menghitungnya hanya akan membuat hubungan menjadi sesuatu yang transaksional. Jika saya memberi, maka saya berhak menerima sesuatu. Padahal, belum tentu pihak yang menerima punya pemikiran untuk memberi balasan.

8. Komunikasi penting, tapi cukup sulit diterapka

Sudah banyak nasihat pernikahan yang menyebutkan, komunikasi adalah kunci pemecahan masalah. Namun ternyata, praktinya nggak semudah itu!

Rasanya, ada saja hambatan komunikasi atau miskom. Masalah yang mungkin kelihatannya sepele, jadi makin ruwet hanya karena salah satu pihak salah paham.

Eits, meski menemukan tek-tokan komunikasi yang pas dengan pasangan nggak segampang itu, bukan berarti diam dan memendam perasaan jadi pilihan terakhir, lho! Kalau ujungnya saling diam, yang ada masalah jadi makin runyam!

Dilansir dari Very Well Mind, untuk bisa membangun komunikasi yang baik di dalam pernikahan, kamu perlu menemukan pendekatan yang tepat. Selain itu, hindari menggunakan kalimat-kalimat negatif yang bisa menyudutkan salah satu pihak.

9. Pasangan punya battle-nya sendiri

Dalam menjalani kehidupan pernikahan, hindari melihat dari satu sudut pandang saja, apalagi terlalu keukeh pada pemikiran pribadi. Ini karena pasangan pasti punya battle-nya sendiri. 

Mencoba menempatkan diri pada posisinya akan membantumu untuk lebih memahami apa sih, yang sebenarnya sedang ia hadapi. Jadi, jangan keburu judgemental pada pasangan. Apalagi langsung marah-marah tanpa sebab.

10. Kompromi setelah menikah, wajar kok 

Untuk bisa jadi satu tim yang solid dalam mengarungi bahtera rumah tangga, kuncinya satu, harus bisa kompromi. Dua individu yang berbeda pasti punya pemikiran yang berbeda juga. 

Se-klik apa pun kita dengan pasangan, pasti ada saja hal yang berseberangan. Ini nggak bakal jadi konflik rumah tangga kalau sama-sama mau kompromi atau mencari titik tengahnya.

Dikutip dari Brides, kompromi setelah menikah bisa terbentuk dengan beberapa cara termasuk bersikap terbuka terhadap pasangan, mau mendengarkan apa yang menjadi keinginan pasangan, hingga mencoba untuk melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang. 

Dengan begitu, Ibu lebih mudah berkompromi dengan situasi dan kondisi dalam pernikahan. Dari poin-poin di atas, mana nih yang paling bisa relate dengan kondisi setelah menikah yang Ibu alami? 

Editor: Aprilia