Keluarga

Mengenal Sisi Negatif dan Positif Pola Asuh Yes Parenting

Mengenal Sisi Negatif dan Positif Pola Asuh Yes Parenting

Mengasuh anak pastinya adalah sesuatu yang nggak gampang, semua mesti serba dipikirkan dan dipilah, semua demi membesarkan anak menjadi pribadi yang baik dan mampu ‘menghadapi’ dunia.

Nah, sekarang ini, orang tua sedang belajar menerapkan pola asuh baru, karena sudah banyak pola asuh yang dirasa sudah nggak sesuai dengan perkembangan zaman. Di antaranya, yaitu membiasakan diri untuk membatasi mengatakan ‘tidak’ atau ‘jangan’ pada anak. Pola asuh ini disebut dengan istilah ‘yes parenting’.

Apa Itu ‘Yes Parenting’?

Gagasan ‘yes parenting’, awalnya muncul karena banyak orang tua yang terlalu banyak mengatakan ‘tidak’ atau ‘jangan’ pada anak. Terlalu banyak mengatakan ‘tidak’ atau ‘jangan’ pada anak, dikatakan bisa meluruhkan kecenderungan alami anak untuk mengeksplor apa yang ada di sekitarnya. ‘Yes parenting’ ini dipercaya bisa memberikan anak kebebasan dan membentuk pola pikir untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri. 

Pola asuh jenis ini juga sering dikaitkan dengan kebebasan anak memilih dan melakukan apa yang mereka suka, dengan turut belajar menanggung apa yang menjadi risikonya dan mempelajari konsekuensinya.

Contoh, ketika anak memilih ikut dalam kegiatan bela diri, maka ia mesti ia mesti mau capek, mungkin pulang dengan keadaan lebam, serta tidak menggunakan keahliannya untuk melakukan hal yang dilarang.

Selain itu, orang tua juga mungkin nggak menyadari bahwa anak-anak usia dini belum memahami apa makna dari kata ‘tidak’ dan ‘jangan’. Mereka belum memahami, mengapa Anda melarangnya melakukan sesuatu yang diinginkannya.

Mereka hanya memahami, jika ia melakukan apa yang Anda katakan ‘jangan’ tersebut, maka ia akan dimarahi. Nah, ‘yes parenting’ bisa Anda terapkan dalam hal ini, bukan berarti membolehkan segalanya, namun ubah kata ‘tidak’, ‘jangan’ atau ‘berhenti’ dengan kata yang lain.

Seiring usia anak bertambah nanti, Anda sudah bisa mengajak anak berbicara tentang apa dan mengapa Anda melarang mereka melakukan hal tersebut, serta apa yang sebaiknya mereka lakukan sebagai solusi yang lebih baik. Harapannya, jika esok anak menghadapi sesuatu, maka anak punya kemampuan untuk memilih.

Sebelum menerapkan pola asuh ini untuk anak-anak Anda, yuk, simak dulu beberapa kelebihan dan kelemahan dari ‘yes parenting’ dilansir dari verywellfamily.

4 Kelebihan dari ‘Yes Parenting

  1. Membuat Anak Lebih Berdaya

    Yes parents’ cenderung lebih membebaskan anak-anaknya untuk melakukan apa saja untuk mengeksplor dunianya, dan hanya memberlakukan aturan seperlunya. Anak, dengan sendirinya akan belajar untuk mengatasi masalah, menggunakan kekreativitasannya dan mengeksplorasi bagaimana cara kerja untuk banyak hal yang ditemuinya.

    Karena diizinkan untuk melakukan banyak hal, maka anak-anak dari ‘yes parents’ nggak mudah bosan dalam kesehariannya. Bakal selalu ada hal baru untuk mereka coba dan hal ini juga baik untuk meningkatkan rasa ingin tahu pada anak. Membiarkan anak mengeksplor dunianya juga bisa meningkatkan rasa percaya diri.

  2. Memerdekakan Anak

    Bagi para ‘yes parent’, pola asuh ini artinya memerdekakan anak. Contoh, mereka nggak punya aturan khusus tentang kapan seharusnya anak-anak tidur atau tentang bagaimana anak-anak mesti turut membantu dalam pekerjaan rumah.

    Yes parents’ menganggap pola asuh jenis ini juga memberikan pembelajaran bagi diri mereka, yaitu, orang tua jadi tahu banyak hal mengenai diri anak mereka dan turut melihat bagaimana pola pikirnya. 

  3. Memperkuat Hubungan Keluarga

    Sebagian dari penganut ‘yes parenting’ memiliki pemikiran bahwa ‘waktu bersama anak tidaklah panjang, maka melakukan kesenangan anak dan bersenang-senang dengan mereka, adalah hal yang penting’.

    Contoh, mereka bahkan ikut mandi di bawah hujan bersama anak, atau menuruti keinginan anak yang tiba-tiba ingin pergi makan es krim. Banyaknya waktu yang dilalui bersama anak, bisa mempererat hubungan antara anak dan orang tua.

  4. Masa Kecil Anak Lebih Menyenangkan

    Dengan banyak melakukan hal yang diinginkannya, memungkinkan anak mengingat masa kecilnya yang menyenangkan.

    Contoh, anak A mengingat di masa kecilnya, ia sering bermain di luar saat hujan atau pergi makan es krim dengan Ayah. Apalagi jika Ibu membuatkan dokumentasinya, wah, dijamin kenangan tersebut makin indah, deh.

3 Kelemahan dari ‘Yes Parenting

  1. Orang Tua Gagal dalam Menegakkan Aturan

    Salah satu kelemahan dari pola asuh ini, adalah gagalnya orang tua dalam menegakkan aturan. Kebebasan bagi anak, menjadi kebablasan, begitu kira-kira. Intinya, memberi kebebasan pada anak boleh-boleh saja, namun segala sesuatunya tetap mesti ada batasnya.

    Misalnya, pada anak usia dini, mereka masih membutuhkan batasan, untuk menjaganya agar tetap aman. Contoh, ketika anak tidak ingin dipegang tangannya ketika ia berada di dekat jalanan, maka hal ini bisa membahayakan buat si anak.

    Kasus lain yang pernah terjadi adalah, ketika orang tua membiarkan anaknya bermain gunting, yang berakhir dengan si anak memotong kabel yang dilihatnya tanpa mengetahui apa dampak yang bisa terjadi.

  2. Menciptakan ‘Self-Centered Kids

    Self-centered, bermakna seseorang yang peduli dengan keinginan dan kebutuhannya sendiri. Nama lain dari self-centered, misalnya egosentris, self-obsessed, narcissistic, dst. 

    Anak, mesti belajar, bahwa tidak melulu segala hal adalah mengenai dirinya sendiri. Anak mesti belajar, bahwa seringkali kehidupan tidak berjalan seperti keinginannya dan bahwa apa yang dipilihnya mungkin bukanlah pilihan yang baik. Anak juga mesti memahami, bahwa nggak semua keinginannya wajib dituruti.

  3. Pola Asuh yang Membuat Orang Tua Kewalahan

    Pola asuh ‘yes parenting’ tanpa menerapkan batasan justru bisa membuat orang tua kewalahan dalam mengasuh anak. Anak bisa saja jadi suka berbuat sesuka hatinya, anak cenderung suka melawan ketika merasa tidak senang dan nanti ketika akhirnya Anda melarangnya melakukan sesuatu atau menolak permintaannya, anak bisa merasa ditolak, sedih atau sakit hati.

Jadi sudah jelas, ya, boleh saja kita membebaskan anak melakukan ini dan itu, tapi, semua tetap ada batasan dan aturannya. Jika sekiranya anak hendak melakukan sesuatu yang dilarang, maka gunakan kalimat pengganti selain kata ‘tidak’ atau ‘jangan’, serta berikan penjelasan lebih lanjut.

Pakar anak menyebutkan, menyebutkan kata ‘tidak’ atau ‘jangan’ pada anak, nggak selamanya adalah hal buruk dan memang ada kalanya, orang tua harus bisa mengatakan ‘tidak’ pada anak. 

Dengan begini, anak jadi belajar tentang aturan dan batasan, tentu saja, harus dilakukan dengan cara yang baik dan disertai dengan alasan di belakangnya, sehingga anak nggak hanya mendapatkan manfaatnya, tapi juga untuk menunjukkan kasih sayang Anda untuk si anak.

Selain itu, jika anak nggak mampu menjalankan peraturan, maka bisa berdampak pada kehidupannya. Anak juga akan kebingungan ketika suatu saat ada yang menentangnya, anak yang tidak disiplin dan tidak terstruktur, cenderung bermasalah pada kehidupannya.

Jadi, pola asuh untuk orang tua yang mana, nih, yang lebih baik? Tidak ada aturan baku tentang bagaimana pola asuh anak yang baik dan benar. Ada baiknya, Anda coba mengombinasikan beberapa metode yang Anda nilai sesuai dengan kebutuhan anak, jadi nggak bisa dipaksakan, ya, Bu. 

(Stephanie)