Keluarga

Pahami Cara Yang Tepat Menyampaikan Kabar Duka Ke Anak

Pahami Cara Yang Tepat Menyampaikan Kabar Duka Ke Anak

Kabar duka tengah menyelimuti keluarga dari Vanessa Angel dan suaminya Bibi Ardiansyah. Tepat hari Kamis (4/11) kemarin siang, keduanya mengalami kecelakaan tunggal di lintas tol Jombang.

Saat itu Vanessa, sang suami beserta anak semata wayang mereka Gala Sky Ardiansyah berencana menuju Surabaya dari Jakarta. Namun nahas, mereka mengalami kecelakaan tunggal yang menewaskan Vanessa dan juga Bibi.

Sementara tiga penumpang lainnya, termasuk sang anak Gala saat ini sedang dalam perawatan medis di Surabaya dan Nganjuk. Mereka diketahui mengalami trauma dan luka-luka ringan.

Mendengar kabar ini, publik pun ikut merasakan duka yang amat mendalam. Apalagi Vanessa dikenal dengan sosok Ibu tangguh yang dengan segala problematika kehidupannya, tetap telaten dalam mengurus Gala.

Kematian orang yang dicintai apalagi kedua orang tua memang sangat menyakitkan dan menyedihkan, tetapi bagi anak-anak yang menghadapi kehilangan seperti ini bisa saja hal tersebut terasa sangat membingungkan bagi mereka. Apalagi anak di bawah usia 2 tahun belum mengerti arti dari kedukaan.

Kalau kamu sedang menghadapi kondisi demikian, simak bagaimana cara yang tepat untuk menyampaikan kabar duka ke anak berikut ini ya Bu.

Arti kehilangan dan kesedihan bagi anak


Ketika menghadapi kehilangan dan kesedihan akibat ditinggal orang tua tentu tiap anak akan berbeda-beda responsnya. Namun melansir Unicef rasa sakit akibat kehilangan dan kesedihan ditinggal orang tua sedikit banyak sangat memengaruhi psikologis anak.

Kehilangan biasanya dikaitkan dengan sesuatu yang bisa datang kembali sementara kesedihan bisa menjadi sesuatu yang lebih permanen, seperti perceraian atau kematian orang tua. Biasanya anak usia di bawah 5 tahun masih belum mengerti bahwa kesedihan akibat kematian sifatnya permanen.

Kemungkinan besar, si kecil pun pasti akan menanyakan keberadaan orang tuanya. Kapan orang tuanya akan kembali, mengapa ia tak ikut dan lain sebagainya.

Hal ini tentu membuat pendamping atau wali sang anak menjadi bingung bagaimana cara menyampaikan kabar duka ke anak dengan baik dan benar. Secara keseluruhan, sebenarnya, tidak ada cara yang tepat untuk menyampaikan kabar duka untuk anak kecil ya Bu.

Namun penting diingat, menyampaikan kabar duka ke anak perlu dilakukan secara jujur dan terbuka tanpa menutup-nutupi keadaan yang sebenarnya. Meskipun anak mungkin masih belum mengerti arti duka itu sendiri.

Menyampaikan kabar duka ke anak


Reaksi seorang anak terhadap kematian orang yang dicintai akan bervariasi tergantung pada usia dan kemampuan intelektualnya. Menyampaikan kabar duka ke anak juga nggak bisa sembarangan dilakukan, harus dilakukan sesuai dengan usianya.

Tujuannya agar anak lebih mudah mengerti dan bisa menerima rasa kehilangan tersebut dengan lebih ikhlas. Kamu dapat menyampaikan kabar duka ke anak sesuai tahapan usia dengan cara berikut:

Menyampaikan kabar duka ke anak di bawah usia 5 tahun


Anak kecil di bawah usia 5 tahun masih belum mengerti bahwa kematian itu permanen dan mungkin bertanya apakah orang yang telah meninggal akan kembali. Mereka mungkin menunjukkan perilaku lain seperti menempel pada pengasuh mereka atau menunjukkan beberapa perilaku lain seperti mengompol.

Perilaku ini sangat umum dan biasanya akan berhenti setelah beberapa waktu berlalu. Lalu apa yang harus kita lakukan? Melansir Child Psychologist berkata jujur dan apa adanya merupakan hal pertama yang harus dilakukan.

Meskipun mungkin si kecil belum mengerti arti duka itu sendiri. Kamu bisa menjelaskan apa arti dari meninggal. Gunakan kata dan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak. Selain itu, kamu juga harus bersiap dengan pertanyaan yang mungkin ditanyakan oleh anak.

Menyampaikan kabar duka ke anak usia 6-11 tahun


Pada anak usia ini, kemungkinan besar mereka jauh lebih memahami arti kematian adalah selamanya. Meski beberapa anak mungkin masih berjuang untuk mengerti arti dari kematian itu sendiri.

Mereka mungkin mulai mengajukan lebih banyak pertanyaan dan lebih ingin memahami apa yang terjadi. Mereka mungkin menunjukkan kesedihan melalui kemarahan dan mengalami sakit atau nyeri fisik.

Sementara yang perlu kita lakukan sebagai wali atau orang tua adalah menghargai respons mereka ketika mendengar berita tersebut. Kita pun harus menempati diri dan mengerti bahwa tahap perkembangan dan kedewasaan anak menghadapi suatu hal itu berbeda-beda.

Kita juga harus menempatkan nada bicara dan diri kita setara dengan si kecil. Agar kita juga bisa lebih dihormati dan dipercaya, sehingga ia juga bisa merespon berita duka dengan sikap lebih dewasa.

Menyampaikan kabar duka ke anak usia 12 tahun ke atas


Anak usia 12 tahun ke atas masuk ke dalam kategori remaja. Biasanya mereka juga sudah bisa  memahami bahwa kematian tidak dapat diubah dan akan terjadi pada semua orang, termasuk diri mereka sendiri.

Mereka mungkin lebih tertarik dan bertanya mengapa hal tersebut bisa terjadi, serta alasan dibalik berita duka tersebut. Reaksi mereka akan bervariasi dan bisa timbul kemarahan, kesedihan yang ekstrem, dan gangguan konsentrasi.

Namun yang perlu kita lakukan adalah, mengerti dan memahami reaksi tersebut. Yakinkan pada anak bahwa kamu akan siap menjadi pendengar yang baik kapanpun ia butuh.

Kamu juga bisa menceritakan sedikit apa yang kamu rasakan terhadap duka tersebut. Tak masalah kok Bu, jika anak-anak melihat bahwa kamu sedih, marah, kesal dan lainnya atas berita duka ini.

Justru hal ini dapat memberi mereka kesempatan untuk melihat bagaimana emosi memengaruhi orang lain dan bagaimana mengaturnya agar tidak berlebihan. Selain itu, jika kamu merasa kewalahan atau anak-anak tampaknya mengalami kesulitan untuk mengatasinya, carilah psikolog anak yang sekiranya dipercaya oleh keluarga.

Ibu, perlu kita ketahui bahwa sebenarnya tidak ada cara yang benar untuk menyampaikan kabar duka ke anak. Reaksi anak-anak akan sangat bervariasi tergantung pada usia mereka, kemampuan intelektual mereka, hubungan mereka dengan orang yang meninggal, bagaimana anggota keluarga lainnya merespon serta budaya dan lingkungan tempat tinggal mereka.

Akan tetapi, menyampaikan kabar duka ke anak bisa tetap kita lakukan dengan cara-cara di atas sebagai bentuk pendekatan perlahan. Tujuannya agar tidak timbul trauma atau kesedihan yang berlarut-larut.

Editor: Dwi Ratih