Keluarga

Pelecehan Seksual Anak Bikin Trauma, Ini Cara Mencegahnya!

Pelecehan Seksual Anak Bikin Trauma, Ini Cara Mencegahnya!

Seminggu belakangan ini, tepatnya setelah artis Saipul Jamil bebas dari penjara publik kembali dihebohkan akibat kemunculan sang mantan narapidana tersebut di televisi. Saipul Jamil didakwa atas tuduhan pelecehan seksual anak pada 8 tahun silam.

Awalnya ia hanya dituntut 5 tahun penjara, namun akibat kasus suap pada hakim kemudian hukumannya bertambah menjadi 8 tahun penjara. Yup, kasus pedofilia memang bukanlah kasus yang main-main ya Bu.

Apalagi jika korbannya adalah anak-anak. Bukan tidak mungkin anak akan mengalami trauma berkepanjangan seumur hidupnya nanti. Hal ini jelas akan memengaruhi kualitas hidupnya dan cara ia bersosialisasi kelak.

Kasus pelecehan seksual pada anak harus menjadi perhatian yang serius bagi orang tua. Hal ini berguna agar orang tua bisa mencegah dan mencurigai jikalau hal ini terjadi pada anak.

Lalu apa saja sih jenis pelecehan seksual anak, bagaimana dampaknya serta bagaimana cara kita mengetahui bahwa anak menjadi korban pelecehan seksual? Simak ulasan lengkap berikut ini ya Bu.

Apa yang dimaksud dengan pelecehan seksual anak?


Korban pelecehan seksual bisa terjadi pada siapapun termasuk anak-anak. Melansir National Health Services tercatat 1 dari 20 anak di Inggris pernah menjadi korban pelecehan seksual.

Perilaku menyimpang ini seringkali membuat trauma mendalam pada korbannya hingga dewasa. Otomatis dapat memengaruhi kualitas kehidupan terutama dalam hal bersosialisasi.

Pelecehan seksual pada anak sendiri merujuk pada tindakan bernuansa seksual yang disampaikan melalui kontak fisik maupun non fisik, yang menyasar pada bagian tubuh seksual atau seksualitas seseorang. Akan tetapi, pelecehan seksual anak atau siapapun bukan semata tentang seks.

Pelecehan seksual anak pada intinya adalah penyalahgunaan kekuasaan atau otoritas. Bisa jadi diawali dengan dalih ketertarikan seksual dan keinginan romantis semata.

Pelaku pelecehan seksual seringkali dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan. Akan tetapi, belakangan ini ada juga kasus pelecehan perempuan terhadap laki-laki, dan juga dengan sesama jenis.

Ciri pelecehan seksual anak


Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kasus pelecehan seksual anak merupakan hal yang dianggap cukup unik. Kasusnya berbeda dengan pelecehan terhadap orang dewasa pada umumnya.

Hal ini membuat pelecehan seksual pada anak punya penanganan khusus dan berbeda. Berikut adalah ciri pelecehan seksual menurut perilaku seseorang yang bisa Ibu waspadai:

  • Komentar seksual tentang tubuh;
  • Ajakan seksual;
  • Sentuhan seksual;
  • Grafiti seksual;
  • Isyarat seksual;
  • Lelucon kotor seksual;
  • Menyebarkan rumor tentang aktivitas seksual orang lain;
  • Menyentuh diri sendiri secara seksual di depan orang lain;
  • Berbicara tentang kegiatan seksual sendiri di depan orang lain; dan
  • Menampilkan gambar, cerita, atau benda seksual.

Nah, menurut WHO pelaku pelecehan seksual pada anak disebut dengan pedofil. Dimana pelaku lebih memilih kontak seksual dengan anak-anak daripada orang dewasa.

Mereka biasanya terampil dalam merencanakan dan melaksanakan strategi untuk melibatkan diri dengan anak-anak. Ada bukti yang menunjukkan bahwa pedofil dapat membagikan informasi mereka tentang anak-anak (misalnya pornografi anak). Hal ini dapat terjadi pada siapa saja, sehingga Ibu perlu meningkatkan pengawasan pada si kecil dengan ketat.

Jenis-jenis pelecehan seksual


Menurut kategorinya, pelecehan seksual pada anak remaja atau siapapun dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:

  1. Pelecehan gender (misoginis/androginis): Perilaku menghina atau merendahkan jenis kelamin.
  2. Perilaku menggoda: Seperti mengulangi ajakan seksual yang tidak diinginkan melakukan teror dan lainnya.
  3. Penyuapan seksual: Permintaan aktivitas seksual atau perilaku terkait seks lainnya dengan janji imbalan.
  4. Pemaksaan seksual: Pemaksaan aktivitas seksual atau perilaku terkait seks lainnya dengan ancaman hukuman.
  5. Pelanggaran seksua: Sudah meliputi kontak fisik seperti menyentuh, merasakan, atau meraih secara paksa.

Tanda anak jadi korban pelecehan seksual


  • Sering mimpi buruk hingga mengalami masalah tidur;
  • Perilaku berubah, misalnya menggunakan mainan atau benda sebagai rangsangan seksual;
  • Menjadi sangat tertutup dan pendiam;
  • Emosinya akan sangat meledak dan tak terkendali;
  • Menyebutkan kata-kata atau istilah yang tidak pantas;
  • Menceritakan teman barunya yang berusia lebih tua dan menyebutkan kalau ia mendapatkan banyak hadiah dari orang tersebut tanpa alasan yang jelas;
  • Tiba-tiba merasa ketakutan jika diajak ke suatu tempat tertentu atau ketika bertemu dengan orang lain padahal sebelumnya baik-baik saja;
  • Anak mungkin menunjukkan tanda-tanda pemberontakan;
  • Anak menjadi tidak nafsu makan;
  • Anak mungkin mencoba untuk bunuh diri;
  • Sering melamun atau menyendiri, padahal awalnya sangat ceria misalnya; dan
  • Adanya keluhan fisik; nyeri pada daerah kemaluan, keluar cairan dari kemaluan, anus, atau mulutnya, terdapat darah di pakaian dalamnya dan menjadi lebih sering ngompol.

Cara menghilangkan trauma akibat pelecehan seksual

Hati orang tua mana yang tidak sakit melihat si kecil mengalami trauma akibat pelecehan seksual? Untuk membantu menghilangkan luka mendalam pada anak, peran orang tua sangatlah penting dalam hal ini.

Malansir The National Child Traumatic Stress Network berikut adalah beberapa cara menghilangkan trauma akibat pelecehan seksual anak yang bisa Ibu terapkan:

  • Bangkitkan kembali gairah sosialnya. Ajak anak melakukan hal-hal rutin keluarga bersama seperti makan bersama, nonton tv bersama, dan pergi tidur. Lakukan kegiatan sehari-hari ini seperti biasa.
  • Berikan perhatian khusus pada anak setelah mengalami trauma. Dalam hal ini peran seorang Ibu menjadi sangat penting sebagai seseorang yang paling dipercaya oleh anak. Jangan ragu untuk memberikan anak pelukan agar ia merasa lebih aman dan nyaman.
  • Menjauhkan hal-hal yang berhubungan dengan penyebab trauma anak.
  • Pahami reaksi anak terhadap trauma sebab reaksi mereka umumnya memang berbeda-beda. Anak mungkin dapat bereaksi dengan cara sangat sedih dan marah. Beri anak pengertian bahwa perasaan sedih dan kecewa merupakan perasaan yang wajar mereka rasakan saat ini.
  • Rutin bicara heart to heart pada anak. Dengarkan cerita anak dan pahami perasaan mereka, beri jawaban yang jujur dan mudah dimengerti anak. Gunakan kata-kata yang membuat anak nyaman, bukan menggunakan kata-kata yang dapat membuat anak takut.
  • Dukung anak dan beri ia rasa nyaman sebab saat ini ia hanya membutuhkan perhatian dari orang tua untuk mengobati rasa traumanya.

Editor: Dwi Ratih