Keluarga

Viral! Bayi Minum Jamu Di Usia 54 Hari Meninggal, Ketahui Bahayanya!

Viral! Bayi Minum Jamu Di Usia 54 Hari Meninggal, Ketahui Bahayanya!

Bayi ibarat sebuah kain putih yang masih suci dan bersih. Tak seperti orang dewasa, bayi baru lahir sangat sensitif terhadap lingkungan disekitarnya.

Untuk itu, merawat bayi baru lahir tidak boleh sembarangan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengimbau agar Ibu hanya memberikan ASI pada bayi hingga ia berusia 6 bulan, tanpa terkecuali.

Aturan ini bisa dibilang sudah mutlak, yang sudah didasari oleh penelitian yang jelas. Jangan, sampai dilanggar sehingga dapat mengancam nyawa bayi, layaknya kasus bayi usia 54 hari yang dipaksa minum jamu oleh keluarganya.

Dalam media sosialnya, sang Ibu mengungkapkan, bayi minum jamu tersebut diusulkan oleh keluarga. Walau sebenarnya sang Ibu sudah dirinya melarang.

Akibat dari kejadian bayi minum jamu, bayi mungil tersebut mengalami sesak napas dan infeksi paru-paru. Nahas, bayi tersebut pada akhirnya meninggal dunia akibat diberi jamu dari campuran daun kecipir dan kencur.

Berangkat dari kejadian ini, sebenarnya bolehkah bayi minum jamu? Apa saja dampaknya jika bayi minum jamu di usia kurang dari 1 tahun? Simak selengkapnya dalam ulasan berikut.

Bolehkah bayi minum jamu? 

Orang zaman dahulu percaya bahwa ketika bayi minum jamu, hal ini dapat membantu menaikkan sistem imunnya menjadi lebih baik. Sehingga proses menyusui nantinya juga bisa berjalan lebih lancar.

Sayangnya, pernyataan ini nggak ada fakta dan bukti ilmiah yang mendasarinya ya, Bu. Jika dikutip dari News Medical berdasarkan sebuah studi dari Amerika Serikat, orang tua zaman dahulu biasanya memberikan teh atau suplemen herbal kepada bayi yang dipercaya dapat menenangkan bayi ketika rewel.

Hal ini membuat banyak pasar di Amerika, menjual berbagai produk teh dan produk tumbuhan dengan bahan-bahan seperti, jahe, dan adas yang dipasarkan untuk meredakan masalah perut, kerewelan, dan masalah tidur bayi. Namun hingga zaman berganti, tidak ada bukti ilmiah bahwa hal ini efektif dan aman diberikan pada bayi.

Bahkan, sekadar mengobati kolik, bayi minum jamu bisa dikatakan tidak efektif sama sekali. Padahal, kolik pada bayi nggak ada obatnya, ya Bu.

Kolik merupakan hal yang sangat umum terjadi, dan biasanya menghilang setelah beberapa bulan pertama kehidupan. Salah satu hal yang bisa mengurangi kolik, bukanlah dengan memaksa bayi minum jamu, melainkan Ibu harus memberikan ASI lebih banyak.  

Memberikan bayi minum jamu hanya akan menimbulkan masalah baru. Apalagi sistem pencernaan bayi baru lahir cenderung sangat sensitif.

Bayi minum jamu boleh saja, asal di usia tepat


Jahe, kunyit, bubuk adas dan lain sebagainya adalah beberapa tumbuhan yang menjadi bahan dasar pembuatan jamu. Tumbuhan tersebut tentu punya banyak manfaat untuk tubuh.

Tapi, bagaimana jika dikonsumsi oleh anak atau diberikan pada bayi minum jamu? Melansir WebMD membiarkan bayi minum jamu atau ramuan herbal sebenarnya diperbolehkan. Asalkan bayi sudah berusia cukup yakni di atas 1 tahun.

Akan tetapi, alih-alih ingin si kecil punya sistem imun yang lebih kuat, para ahli mengimbau agar bayi tetap diberikan ASI setidaknya hingga ia berusia 6 bulan. Kemudian dilanjutkan dengan makan makanan bergizi.

Bayi minum jamu di atas usia 1 tahun juga tetap perlu dibatasi, alias nggak boleh berlebihan ya Bu. Usia 1 tahun dianggap merupakan usia yang tepat bagi bayi mengonsumsi jamu layaknya mengonsumsi madu.

Hal ini karena, pada usia 1 tahun sistem pencernaan bayi dianggap sudah jauh lebih baik. Ketimbang usia bayi baru lahir, sehingga ketika bayi minum jamu nantinya dianggap sudah lebih aman karena tubuhnya sudah bisa memproteksi diri sendiri.

Nah, apabila bayi minum jamu diberikan pada usia kurang dari 1 tahun, dikhawatirkan zat-zat dalam jamu tradisional tidak dapat dicerna dengan baik, yang justru bisa mengancam kesehatan dan nyawa si kecil. Jadi, di usia tersebut, jika memberikan asupan lain selain ASI pada bayi baik, jamu, air kelapa, madu atau cairan lainnya dapat menyebabkan keracunan pada bayi.

Cepat tanggap membawa anak ke dokter

Dikutip dari Detik Health Kementerian Kesehatan RI mengimbau agar orang tua tidak boleh sembarangan memberikan minuman ataupun makanan pada bayi baru lahir. Seperti imbauan WHO, bayi di bawah usia 6 bulan hanya perlu diberikan ASI tanpa terkecuali.

Namun, apabila kejadian bayi minum jamu seperti ini ditemukan di sekitar kita, Kemenkes mengimbau agar orang tua harus cepat tanggap membawa bayi ke dokter atau rumah sakit. Hal ini berguna untuk meminimalisir risiko yang tidak diinginkan.

Misalnya saja bayi keracunan, atau bayi tersedak akibat menelan cairan selain ASI.   Ketepatan dan kecepatan orang tua dalam membawa anak dengan segera ke fasilitas kesehatan ini, merupakan bagian dari pertolongan pertama.

Sebab, kita tidak tahu efek setelah bayi minum jamu nantinya. Karena tiap bayi punya respon tubuh yang berbeda. Hal ini akan menentukan berat atau ringannya gejala timbul nantinya.

Pada intinya, bayi minum jamu tidak diperbolehkan dan cenderung sangat dilarang keras. Terutama saat usia bayi minum jamu kurang dari 1 tahun.

Orang tua juga diminta harus bersikap tegas dalam menanggapi usulan dari keluarga mengenai hal yang dilarang medis, karena berisiko membahayakan kesehatan bayi. Jangan sampai, alih-alih menuruti perintah keluarga, ujung-ujungnya malah menghilangkan nyawa anak tersayang.