Keluarga

Wabi-Sabi Parenting, Berdamai Dengan Ketidaksempurnaan Mendidik Anak

Wabi-Sabi Parenting, Berdamai Dengan Ketidaksempurnaan Mendidik Anak

Mengasuh dan mendidik anak merupakan tugas utama orang tua. Sebagai orang tua, kita juga seringkali terlalu terbawa ego dan selalu ingin si kecil tumbuh dan berkembang secara sempurna.

Alih-alih sebagai bentuk pencapaian karena inner child orang tua yang tidak terpenuhi ketika masih kanak-kanak, tentu saja hal ini sebenarnya tidaklah pantas untuk diterapkan dalam mendidik anak-anaknya. Akibatnya, orang tua sering merasa kecewa ketika anaknya gagal untuk terlihat sempurna.

Mulai dari pendidikan, pencapaian hingga pola asuh dari orang tuanya. Padahal Ibu pun tahu, sebagai manusia kita tidak bisa menuntut manusia lain untuk terlihat sempurna, termasuk anak-anak.

Karenanya, Ibu mungkin perlu berkenalan dengan pola asuh wabi-sabi parenting. Ketimbang Ibu merasa stress akibat kecewa dengan ketidaksempurnaan yang cenderung berantakan dalam mengasuh si kecil.

Lalu apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan pola asuh wabi-sabi parenting? Yuk kenalan terlebih dahulu, siapa tahu pelan-pelan metode ini bisa kamu terapkan dalam mendidik anak.

Apa itu wabi-sabi parenting? 

Jika melansir Family Matters of Marin wabi-sabi berasal dari bahasa Jepang yang artinya merupakan sebuah pandangan dunia tentang estetika yang terpusat pada penerimaan terhadap kefanaan dan ketidaksempurnaan. Dengan kata lain, wabi-sabi dijelaskan sebagai suatu pandangan terhadap suatu keindahan yang tak sempurna, tak lengkap atau tak kekal.

Ini adalah konsep yang diturunkan dari ajaran Buddha dan juga berkaitan dengan ketidakkekalan. Wabi-sabi mengakui kebenaran otentik bahwa tidak ada yang abadi, tidak ada yang selesai, dan tidak ada yang sempurna di dunia ini.

Wabi sendiri berkaitan dengan aspek-aspek positif dari hidup sendirian di alam luas. Dengan suasana kesederhanaan pedesaan yang tenang dan damai. Sementara Sabi bermakna sebuah kecantikan di usia tua yang menandakan bahwa bekas luka adalah tanda dari sebuah pengalaman.

Nah, konsep wabi-sabi ini kemudian bisa diterapkan dalam mengasuh dan mendidik anak. Sehingga dikenal dengan istilah wabi-sabi parenting.

Pola asuh anak wabi-sabi parenting ini bisa diterapkan terutama bagi orang tua yang cenderung perfeksionis dan selalu ingin sempurna dalam segala hal. Termasuk dalam mengasuh dan mendidik si kecil.

Dengan kata lain, wabi-sabi parenting dapat mengajarkan orang tua untuk lebih memberanikan diri dalam mengakui hal yang tidak sempurna. Sehingga ia bisa membina hubungan yang lebih baik dengan anak-anaknya.

Apa manfaat pola asuh orang tua wabi-sabi parenting? 

Sebagai orang tua, kita tentu selalu ingin mengusahakan yang terbaik bagi si kecil. Mulai dari pendidikan, pola asuh orang tua, dan hal-hal terkait lainnya.

Tanpa disadari hal ini justru sangat menyiksa diri. Terutama bila si kecil tidak bisa mencapai hal yang diinginkan, seperti kalah dalam perlombaan, terjatuh saat naik sepeda dan lain sebagainya.

Kalau kamu adalah tipe orang tua yang cenderung perfeksionis, mungkin kamu bisa pelan-pelan belajar menerapkan wabi-sabi parenting ya Bu. Sebab, jika melansir Scary Mommy ketika kamu sudah menerapkan wabi-sabi parenting dalam pola asuh keluarga maka kamu bisa mendapatkan beberapa manfaat seperti berikut:

  • Belajar dan mengingat kembali bahwa tidak ada satupun manusia yang sempurna di dunia ini. Termasuk dalam hal mengasuh anak-anaknya.
  • Tidak semua hal dapat berjalan sesuai dengan rencana dan harapan.
  • Belajar untuk mengapresiasi hal sekecil apapun yang berhasil dicapai oleh anak.
  • Menerima ketidaksempurnaan sebagai bagian dari proses.
  • Membuat Ibu bisa belajar berdamai dengan ketidaksempurnaan.
  • Belajar bahwa tiap manusia pasti pernah berbuat kesalahan dan selalu bangkit setelah kita terpeleset dan jatuh. Hal ini adalah bagian dari keindahan atau sendi menjadi manusia, termasuk dalam hal pola asuh orang tua.
  • Membuat orang tua bisa lebih dekat dengan si kecil, karena lebih memahami perasaannya ketika menghadapi ketidaksempurnaan dalam hidupnya.
  • Membuat orang tua belajar untuk menghargai keadaan yang selalu berubah. Serta menghargai keajaiban dan keindahannya, termasuk ketika menghadapi kehilangan.
  • Membuat orang tua bisa belajar untuk lebih bersabar dalam mendidik anak-anaknya.

‘Mantra-mantra’ dalam wabi-sabi parenting

Meski sekilas menerapkan wabi-sabi parenting tampak terlihat mudah, nyatanya memang hal ini menjadi sulit diterapkan bagi sebagian orang tua. Nah, berdasarkan pengalaman Ibumin kamu mungkin bisa me-mind-set pikiranmu dengan mantra-mantra sederhana berikut ini.

Tujuannya tak lain agar ketika belajar menerapkan wabi-sabi parenting terasa lebih mudah:

  • “Nggak ada satupun manusia yang sempurna, termasuk anak-anak. Kalau gagal, besok bisa dicoba lagi”. Mantra-mantra ini sangat cocok bagi kamu yang batu belajar menerapkan pola asuh wabi-sabi parenting, terutama bagi orang tua yang punya sifat perfeksionis.
  • “Jatuh dan gagal adalah sebuah proses agar si kecil bisa belajar mengembangkan diri dan menerima ketidaksempurnaan”. Hal ini dapat membuat kamu bisa menerima ketika si kecil mengalami kegagalan dan harapanmu tak sesuai dengan ekspektasi.
  • “Jangan anggap sepela keinginan anak, sebab bisa jadi ia memang mampu menjalani”. Mantra ini biasanya diterapkan bagi kamu yang kurang bisa percaya terhadap pencapaian anak, terlebih ketika anak seringkali mengalami kegagalan.
  • “Seperti kata pepatah, kegagalan adalah guru terbaik”. Artinya kegagalan dapat dijadikan pelajaran asalkan kita mau jujur mengakui dan terus belajar darinya.

Nah, dari pada menyiksa diri dengan kekecewaan lebih baik belajar berdamai dengan ketidaksempurnaan dengan menerapkan pola asuh wabi-sabi ya Bu! Ya, itung-itung sebagai terapi untuk melatih kesabaran diri juga nih. Selamat mencoba ya Bu!