Keluarga

Waspada! Ngeprank Anak Bisa Berdampak Negatif Bagi Psikologisnya

Waspada! Ngeprank Anak Bisa Berdampak Negatif Bagi Psikologisnya

Semakin berkembangnya jaman, terkadang juga diikuti dengan trend yang juga terus berkembang. Seperti yang belakangan ini sedang viral adalah ngeprank anak atau menakut-nakuti anak menggunakan filter Instagram dan Tiktok yang menyeramkan bagi si kecil.

Tak jarang hal ini menimbulkan reaksi ketakutan yang sangat mendalam pada anak. Apalagi sering ngeprank anak juga bisa berdampak negatif bagi perkembangan psikologisnya lho!

Selain anak jadi mudah takut dengan lingkungan baru, ngeprank anak juga bisa membuat rasa empatinya jadi terhambat. Hal ini jelas tidak baik bagi perkembangan emosi dan sosialnya.

Karenanya, trend ngeprank anak seperti ini haruslah dihentikan. Orang tua juga perlu mengetahui dampak ngeprank anak lainnya yang di ulas dalam artikel berikut ini.

Mengenal istilah ngeprank

Menurut Vocabulary prank atau ngeprank artinya merupakan sebuah trik yang dilakukan kepada seseorang. Ngeprank adalah tindakan yang bertujuan untuk membuat orang lain tertawa, kaget, tidak nyaman, atau keheranan.

Prank juga dikenal juga dengan sebutan lelucon praktikal. Prank pada awalnya mulai dikenal dalam budaya Barat yang akrab disebut dengan April Fools atau April Mop.

Prank pada awalnya juga dikenal dengan istilah lelucon praktikal. Hingga akhirnya berkembang pesat dan lebih dikenal dengan istilah prank.

Meski prank sendiri pada awalnya mungkin bertujuan sebagai sebuah hiburan, namun tanpa sadar ngeprank anak merupakan tindakan yang sangat berbahaya bagi perkembangan psikologisnya. Bahkan jika tujuannya hanya sebuah candaan.

Apalagi kita tidak tahu, seberapa besar makna prank yang dilakukan orang tua pada anak. Beberapa anak bahkan bisa mengalami trauma yang jelas berbahaya bagi perkembangan emosionalnya.

Dampak ngeprank anak yang perlu diketahui


1. Mengurangi kepercayaan anak terhadap orang tua 

Melansir Romper menurut Dr. Justin Coulson, selaku dokter anak dari Kidspot Website Australia ngeprank

anak sangat berpotensi mengikis kepercayaan mereka terhadap orang tua. Apalagi selama ini, orang tua adalah satu-satunya orang yang paling ia percaya dalam hidup.

Anak percaya bahwa orang tua tidak akan menyakiti dalam hal apapun. Selain itu, anak juga belajar mempercayai keamanan lingkungan tempat tinggalnya dari orang-orang yang paling dekat dengannya yakni orang tua.

Nah, ketika orang tua lebih sering ngeprank anak bukan tidak mungkin rasa percaya tersebut makin terkikis. Namun, semua tergantung dari seberapa sering orang tua ngeprank anak ya Bu.

2. Bisa berdampak trauma

Ngeprank anak dengan konsep menakut-nakuti seperti trend suara hantu, invisible prank atau poop challenge ternyata bisa menimbulkan trauma pada anak lho! Prank tersebut bisa menyebabkan anak jadi cemas, takut dan merasa tidak nyaman di lingkungan baru.

Kondisi ini bahkan bisa menimbulkan trauma mendalam hingga ia dewasa kelak. Yup! Walau mengundang gelak tawa bagi orang tua yang terlihat sepele, nyatanya hal ini sangat berbahaya bagi si kecil.

Jadi ketimbang ngeprank anak, lebih baik pilih aktivitas lain yang lebih bermanfaat dan dapat membantu mengoptimalkan tumbuh kembangnya. Misalnya saja belajar mewarnai, bermain sambil berolahraga dan lain sebagainya.

3. Perkembangan emosi terganggu

Melansir dari Psychology Today menjadikan si kecil sendiri sebagai sasaran untuk ngeprank termasuk sebagai ekspresi permusuhan terselubung. Hal ini dapat membuat perkembangan emosi anak terganggu akibat ia merasa harga dirinya disakiti.

Makin sering orang tua ngeprank anak, maka hal ini dapat melukainya dan membuat rasa percaya dirinya makin rendah. Otomatis, hal ini dapat membuat kondisi mentalnya jadi mudah goyah alias tidak stabil.

4. Anak jadi gampang cemas

Ngeprank anak sebenarnya sah-sah saja dilakukan jika konteksnya tidak keterlaluan. Sayangnya ada beberapa tipe anak yang sangat sensitif dan tidak suka dijahili.

Nah, ketika orang tua memaksakan ngeprank anak hal ini justru dapat menimbulkan perasaan cemas dalam dirinya. Kalau hal ini diabaikan bukan tidak mungkin malah bisa menimbulkan masalah emosional lain seperti depresi.

5. Anak bisa menganggap prank adalah kegiatan yang wajar

Ngeprank anak memang dapat menimbulkan anak jadi tumbuh menjadi sosok yang sangat sensitif. Mereka juga bisa menganggap bahwa prank adalah sebuah kegiatan yang wajar dan bisa ia lakukan ke semua orang termasuk teman-temannya.

Anak juga bisa berpikir kalau orang lain bisa dipermalukan di depan umum adalah sebuah hal yang wajar dan bisa dilakukan demi kepuasan diri sendiri. Padahal tidak demikian adanya.

Jadi, ketika suatu hal yang orang tua anggap lucu belum tentu menurut si kecil juga demikian ya Bu. Sehingga jika hendak bercanda dengan si kecil usahakan untuk tidak melakukannya dengan hal yang berlebihan layaknya ngeprank anak. Sebab, tanpa disadari ternyata trend seperti ini hanya akan melukai hati anak.


Editor: Atalya