Kesehatan

Bantu Anak Perangi Utang Imunitas, Parents Bisa Lakukan Ini!

Bantu Anak Perangi Utang Imunitas, Parents Bisa Lakukan Ini!

Pernahkah Ayah dan Ibu mendengar istilah utang imunitas atau immunity debt? Beberapa mungkin masih merasa asing dengan istilah ini, ya. Tapi nggak sedikit juga yang memahami tentang adanya utang imunitas.

Istilah ini muncul di Indonesia karena pandemi, lho. Apa hubungannya, ya? Yuk, dengar penjelasan dr. Ajeng Indriastari, Sp.A lebih banyak tentang utang imunitas.

Apa itu utang imunitas?

Dokter Ajeng menjelaskan utang imunitas sebagai fenomena lonjakan penyakit umum, biasanya menyerang saluran pernapasan atas yang disebabkan paparan RSV (respiratory syncytial virus), bahkan berisiko sampai pada bronkitis dan pneumonia.

Lonjakan penyakit ini tidak hanya dialami anak sekali, tapi seringnya berulang sakit lalu sembuh dan sakit lagi. Bahkan ini terjadi secara ping-pong dari anak satu ke anak lain dalam satu lingkungan atau antar anggota keluarga di rumah.

Dulu, ketika Covid-19 belum muncul, imunitas anak terbilang cukup kuat dalam menghadapi infeksi RSV. Seorang anak tidak mudah sakit saat teman sekolahnya sakit. Tapi ini berbeda ketika pandemi telah berjalan 2 tahun saat ini.

Ada sebuah penelitian di Perancis yang menyebutkan bahwa protokol kesehatan Covid-19 ini sangat baik, lho! Memakai masker, sering mencuci tangan, dan lebih sering di rumah.

Sayangnya meninggalkan efek jangka panjang berupa imunitas anak-anak menjadi lebih rendah. Karena anak-anak ini lebih lama menjalani masa isolasi Covid-19. Tentara imunitas tubuh anak tidak banyak dilatih dengan paparan virus.

Momen ketika mobilitas sudah tidak dibatasi dan masyarakat sudah hidup berdampingan dengan Covid-19 inilah yang membuat tentara imunitas anak sedang dilatih dalam menghadapi paparan beraneka ragam jenis virus, terutama virus yang paling umum yaitu RSV dan Rotavirus.

Penyakit yang mungkin muncul selama utang imunitas


Penyakit yang paling sering dikeluhkan selama terjadi utang imunitas adalah infeksi saluran pernapasan atas. Hal ini wajar dikarenakan area mulut, hidung dan mata merupakan pintu awal masuknya nutrisi juga bakteri.

Nggak heran, ya, anak sering sakit karena pintu masuknya sudah diserang duluan. Ketika anak mengalami utang imunitas, maka dengan mudahnya virus dan bakteri masuk dan menyebabkan aneka ragam penyakit.

Selain batuk dan pilek, keluhan berulang yang mayoritas terjadi adalah bronkitis, pneumonia, demam berdarah dan diare. Selama periode sakit ini, anak akan lemas, nafsu makan berkurang dan kemungkinan akan jarang minum. Padahal kurangnya nutrisi dan dehidrasi akan memperburuk keadaan anak.

Batuk dan pilek yang tergolong dalam common cold memang akan sembuh sendiri. Tapi bisa disertai demam lebih dari 3 hari sebaiknya orang tua membawa anak ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan. 

Bila memang perlu nebulisasi, dokter akan menyarankan. Tapi tidak sedikit juga yang terapi ini tidak berhasil, dan berujung pada infeksi lanjutan seperti bronkitis dan pneumonia yang memerlukan perawatan lebih intensif.

Demam berdarah juga tidak bisa dianggap remeh. Mengingat fase pelana kuda yang patut diwaspadai. Selain itu, diare juga menjadi perhatian penting karena anak akan kehilangan banyak cairan tubuh ketika diare.

Bila anak mengalami diare selama utang imunitas, ini yang bisa orang tua lakukan:

  1. Pastikan anak tidak dehidrasi. Karena dehidrasi merupakan tanda bahaya. Teruskan pemberian ASI, makanan bernutrisi, serta minum yang cukup. Perhatikan kondisi anak jika ia lemas, mata cekung dan bibir kering
  2. Berikan cairan cairan rehidrasi oral, yaitu oralit. Cairan ini mudah didapatkan di apotek, dengan dosis pemberian 75 cc x berat badan anak untuk dehidrasi sedang. Tapi Ibu tidak harus beli, lho. Bisa juga dengan modifikasi dari cairan rumah tangga, seperti jus buah yang tidak asam, ASI, air tajin, air kelapa hijau, atau bahkan sayur sop yang dibumbui dengan gula dan garam
  3. Berikan zinc 10 mg untuk usia <10 tahun dan 20 mg usia >10 tahun
  4. Edukasi kebersihan pada anak dan orang tua juga melakukan, seperti cuci tangan sampai benar-benar bersih, perhatikan tempat pembuangan popok, siram WC dengan air sabun, dan berikan obat sesuai anjuran dokter
  5. Orang tua juga dapat melakukan pencegahan, yaitu dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan bahkan eksekutif hingga 2 tahun, imunisasi rotavirus, menjaga kebersihan, serta memberikan asupan probiotik baik dari makanan maupun dari suplementasi tambahan guna memperbaiki mukosa usus, menjaga keseimbangan flora usus, dan mempersingkat periode diare.

Menjaga pencernaan sebagai awal membangun imunitas yang baik

Pernah mendengar istilah pencernaan yang baik adalah awal imunitas yang baik? Rupanya ini bukan hanya istilah tanpa dasar. Karena ini benar adanya, bahwa dengan pencernaan yang sehat, maka imunitas anak juga meningkat, sehingga keadaan utang imunitas dapat teratasi.

Bila pencernaan terganggu, nutrisi tidak terserap dengan baik. Bakteri jahat juga lebih banyak jumlahnya daripada bakteri baik, sehingga benteng terhadap penyakit juga melemah.

Langkah yang bisa dilakukan orang tua dalam menjaga pencernaan anak


Dalam fase utang imunitas ini, orang tua bisa berperan dalam menjaga pencernaan anak sebagai bentuk meningkatkan imunitasnya. Meningkatkan imunitas dari dalam dan luar tubuh sebaiknya seimbang dilakukan, yaitu dengan menerapkan protokol kebersihan dari luar serta menjaga asupan nutrisi dan kesehatan saluran cerna anak dari dalam. Ini yang bisa orang tua lakukan:

1. Asupan nutrisi

Perbaiki nutrisi anak, evaluasi makanan yang diasup sehari-harinya. Pastikan kandungan makro mikro nutrisinya lengkap, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Coba tingkatkan asupan protein karena protein adalah zat pembangun, termasuk pembangun imunitas. 

Variasikan lauk hewani serta jangan lupakan makanan dengan kandungan vitamin dan mineral. Bahkan pemberian probiotik juga bisa ditambahkan untuk menjaga keseimbangan mukosa usus agar optimal mencerna makanan. 

Probiotik sendiri juga membutuhkan prebiotik sebagai makanan. Sehingga mengonsumsi sayuran akan melengkapi asupan pro dan prebiotik. Tetapi, keduanya harus dipastikan masih hidup sampai ke usus. 

Sedangkan pengolahan bahan makanan dengan kandungan pro dan prebiotik berpotensi mengurangi keefektifan keduanya. Inilah mengapa suplementasi pro dan prebiotik tambahan bisa orang tua pilih untuk diberikan pada anak. Suplementasi bisa diberikan setiap hari untuk maintenance saluran cerna anak.

2. Lengkapi semua imunisasinya

Lengkapi sesuai rekomendasi IDAI tahun 2020. Bila terkendala biaya, orang tua bisa memilih berdasarkan prioritas, yakni imunisasi influenza dan PCV;

3. Pastikan anak cukup istirahat

Kurang tidur selain berakibat pada berat badan juga akan berdampak pada ketahanan tubuh terhadap infeksi. Saat tidur pulas di jam 22.00–02.00, tubuh memproduksi hormon pertumbuhan juga senyawa melatonin yang berperan sebagai anti infeksi dan anti inflamasi.

4. Perbanyak aktivitas fisik

Gerak dan aktivitas yang tinggi di luar ruangan  dapat membantu mengurangi risiko anak terkena infeksi saluran pernapasan atas.

5. Berjemur 

Sinar matahari membantu meningkatkan imunitas dan mengubah pro vitamin D menjadi vitamin D yang diserap tubuh untuk menurunkan respon alergi.

6. Menjaga kebersihan 

Salah satunya busa dengan rutin mencuci tangan setelah ke toilet, sebelum dan sesudah makan, serta sesudah bermain.

7. Gunakan masker 

Ibu juga perlu menghindari anak masuk sekolah dulu jika anak sedang sakit. Dengan langkah-langkah ini, utang imunitas dapat kita segera kita selesaikan. 

Karena jika bukan kita yang memulainya sekarang, maka bisa jadi utang imunitas ini akan berlangsung lebih lama. Kitalah yang harus segera mengakhirinya dengan cepat beradaptasi mengatasi utang imunitas ini.

Tanda waspada saat mengalami utang imunitas


  1. Perhatikan jenis batuk pilek anak, apakah karena infeksi, alergi atau peradangan. Bapil infeksi biasanya disertai demam dan terjadi sepanjang waktu. Bapil alergi  ditandai dengan anak yang tetap aktif, makan tidak terganggu, muncul bapil di waktu-waktu tertentu saja, seperti pagi atau malam hari. Bapil peradangan biasanya bisa dicek oleh dokter, apakah area tenggorokannya bengkak, memerah atau disertai tonjolan-tonjolan kecil di sekitarnya. Bila bapil disertai demam yang persisten hingga lebihd ari 3 hari, sebaiknya segera periksakan anak ke dokter, karena dikhawatirkan ada infeksi sekunder.
  2. Anak mengalami dehidrasi, matanya cekung, pipis berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali dalam 6 jam. Setiap kali anak sakit, apapun jenisnya, tanda dehidrasi ini patut diwaspadai dan sebaiknya langsung bawa ke dokter.

Itulah yang perlu kita ketahui lebih banyak tentang utang imunitas dan bagaimana kita sebagai orang tua bisa mengatasinya. Semangat terus, ya, Bu, dalam membersamai anak-anak kita menghadapi gempuran utang imunitas ini!

Editor: Aprilia